Share

Keluarga Busuk

Briana makan dengan lahap karena sangat lapar. Dia menghabiskan satu porsi makanan dengan sangat cepat karena sudah lama sekali tak bisa makan dengan tenang seperti itu.

Sejak dirinya memberitahu ke suami dan keluarganya kalau perusahaannya bangkrut beberapa bulan lalu dan harus menjual semua aset termasuk saham ke orang lain, sejak itu hidup Briana tidak tenang.

Briana mulai diperlakukan buruk, bahkan untuk makan pun dibedakan oleh mertuanya. Tindakan itu pun didukung Farhan yang tak mempermasalahkan sikap sang ibu ke Briana.

Namun, ada satu rahasia yang tak diketahui Farhan dan keluarganya, Briana menyembunyikan sesuatu yang akan dijadikan senjata untuk membalas dendam atas segala perlakuan yang didapatnya.

Saat Briana baru saja merenung, terdengar suara ketukan pintu kamar, membuat Briana buru-buru menarik selimut untuk menutup setengah tubuhnya.

Briana melihat Dharu yang masuk membawa paper bag di tangan.

“Aku pikir kamu takkan nyaman memakai pakaian itu, jadi aku memesan pakaian untukmu. Aku tidak tahu apakah ini sesuai dengan ukuranmu atau tidak,” ucap Dharu lantas meletakkan paper bag itu di atas ranjang.

“Terima kasih,” ucap Briana yang merasa malu menatap Dharu.

Dharu hanya mengangguk mendengar ucapan Briana. Dia hendak pergi, tapi terhenti dan kembali berbalik menatap Briana yang masih menatapnya.

“Kamu bisa istirahat di sini, aku akan tidur di luar,” ucap Dharu lantas kembali berbalik untuk pergi.

“Dharu.” Briana memanggil, membuat pria itu menghentikan langkah.

“Kamu butuh sesuatu?” tanya Dharu saat melihat Briana terlihat khawatir.

“Apa aku bisa meminjam ponselmu untuk menghubungi temanku? Tapi, nomornya ada di simcardku,” jawab Briana agak ragu.

Briana melihat pria itu tersenyum, sangat manis seperti bertahun-tahun lalu saat dia mengenal pria itu pertama kali.

“Sudah kuduga kamu membutuhkan ponsel baru. Aku sudah membelikannya ada di paper bag,” ucap Dharu

Briana langsung mengambil paper bag di ranjang dan melihat ada ponsel baru di sana. Dia tersenyum lantas menatap Dharu.

“Terima kasih.”

Dharu hanya mengangguk, lantas pergi meninggalkan kamar itu.

Briana buru-buru mengganti pakaianya lebih dulu, baru kemudian memasukkan simcardnya ke ponsel yang diberikan mantan kekasihnya.

Briana mencari nomor kontak seseorang, lantas mencoba menghubungi.

“Akhirnya kamu menghubungiku.” Suara seseorang terdengar dari seberang panggilan.

“Ini sudah waktunya, aku ingin bertemu denganmu. Aku benar-benar membutuhkanmu.”

**

Di rumah Farhan. Pria itu makan malam sambil melamun, membuat ibunya akhirnya menegur.

“Kenapa kamu melamun? Masih memikirkan Briana?” tanya sang mama sambil menatap tak senang ke Farhan.

Farhan memandang ke sang mama, lantas menggelengkan kepala kemudian memasukkan suapan ke mulut.

“Untuk apa sih, kamu memikirkan wanita itu? Dia juga ga bisa kasih kamu apa-apa, hanya jadi beban saja di rumah ini,” ucap sang adik tak senang ke Briana karena tak bisa memberinya kemewahan.

Sebelumnya Briana sangat memanjakan adik Farhan, tapi setelah bangkrut adik Farhan langsung tak tahu diri dan sering menghina Briana.

“Tidak ada yang memikirkannya,” balas Farhan sambil menatap ibu dan adiknya.

“Baguslah kalau kamu tidak memikirkannya lagi. Wanita menyedihkan seperti itu untuk apa dipertahankan, lebih baik kamu fokus dengan hubunganmu dan Litta. Dia kaya, bahkan menyukaimu sejak sebelum kamu nikah, jadi manfaatkan kesempatan itu, jangan terlalu larut dengan masalahmu dengan Briana,” ujar sang mama memprovokasi.

“Benar kata Mama, lagi pula kamu sudah bilang mau menceraikannya. Ceraikan saja, tapi pastikan juga dia tak mendapat harta gono-gini, jangan sampai dia ngungkit uang yang pernah dikasih ke kamu, Kak,” timpal sang adik memprovokasi.

“Ah … benar. Pokoknya mama juga ga rela ya kalau kamu memberinya uang gono-gini atau apalah. Dia juga ga hamil atau punya anak, dia ga berhak atas harta di rumah ini,” ujar sang mama membenarkan ucapan putrinya.

Farhan terdiam sejenak mendengar ucapan sang mama. Sebagian saham di perusahaan yang menjadi miliknya, dulu dibeli menggunakan uang Briana. Namun, semua saham itu atas miliknya, jadi tidak salah kalau Farhan tak memberi karena sudah menjadi haknya.

“Farhan, kenapa kamu malah diam? Jangan-jangan kamu berpikir ingin memberinya sebagain harta kita, begitu?” Sang mama langsung menuduh karena Farhan diam.

“Mama tenang saja, aku pastikan dia takkan mendapat sepeser uang pun dari rumah ini. Salah dia yang meminta cerai, jadi jangan salahkan aku kalau bertindak kejam kepadanya.”

“Bagus, itu baru putraku. Sekarang fokus saja ke hubunganmu dengan Litta, mama ingin punya menantu seperti wanita itu. Pasti menyenangkan, bahkan keluarga kita pasti akan semakin terpandang.”

Farhan melihat sang mama yang sangat senang, begitu juga dengan adiknya yang setuju jika dia melanjutkan hubungan dengan Litta yang notabene masih menjadi selingkuhannya itu.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Adeena
dasar Farhan belom dpt karma dia...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status