Siang itu, ruang rapat di perusahaan milik keluarga Briana terlihat penuh dengan para pemegang saham yang diundang datang hari itu.Para pemegang saham itu agak bingung kenapa perusahaan mengadakan rapat secara mendadak tanpa pemberitahuan jauh hari seperti biasanya.“Apa ada masalah di perusahaan?” tanya salah satu pemegang saham ke yang lainnya.“Sepertinya tidak. Aku memantau harga saham sangat bagus, mana mungkin ada masalah,” jawab yang lainnya.Mereka benar-benar bertanya alasan rapat itu diadakan, hingga beberapa saat kemudian pintu ruang rapat terbuka, terlihat Medha yang masuk lebih dulu ke ruangan itu.Mereka masih memperhatikan, hingga sangat terkejut dan langsung berdiri ketika melihat Briana.Briana mengangguk sambil tersenyum ke para pemegang saham. Dia lantas berdiri di kursi utama yang membuat semua pemegang saham bingung.“Silakan duduk,” ucap Briana ke para pemegang saham.Medha duduk di kursi samping Briana bersama asistennya yang berdiri di belakang kursi.“Kedatan
Briana bergeming saat melihat siapa yang kini berjalan ke arahnya.“Kenapa dia di sini?” Briana bergumam dalam hati ketika melihat Dharu berjalan menghampirinya.Medha mengulum bibir sambil melirik Briana. Siapa lagi pelaku yang memberitahu Dharu soal keberadaan Briana jika bukan wanita itu.“Ah, kamu Dharu, kan?” Medha langsung berpura-pura mengingat agar tak ketahuan Briana kalau dia dan Dharu sudah pernah bertemu sebelumnya.“Iya.” Dharu pun begitu bekerjasama dengan mengiakan ucapan Medha.Medha malah cengesan tak jelas karena panik dan takut ketahuan Briana soal tindakan yang sudah diperbuatnya.Briana masih terkejut sampai terlihat tegang. Dia menoleh Medha yang malah tersenyum-senyum.“Kamu punya waktu, ada hal yang ingin kubicarakan denganmu,” ucap Dharu ke Briana.“Oh, kamu ada perlu dengan Bri. Ya sudah, sana pergi. Aku pulang dulu ya, Bri.”Medha mendadak kabur begitu saja setelah Dharu mengungkap ingin bicara dengan Briana.Briana sangat terkejut melihat Medha langsung kabu
“Janji? Janji apa?” tanya Briana dengan dahi berkerut halus.Dharu malah memalingkan muka mendengar pertanyaan Briana, tapi sedetik kemudian kembali menoleh ke wanita itu.“Aku bisa membantumu balas dendam, tapi aku ingin meminta imbalan,” ucap Dharu sambil menatap Briana. Dia mengatakan itu agar Briana mau menerima bantuannya.Briana tentunya sangat terkejut mendengar ucapan Dharu. Dia awalnya takut jika pria itu datang karena ingin membalas perbuatannya di masa lalu, siapa sangka ternyata Dharu pun punya maksud tersendiri.“Imbalan? Imbalan apa?” tanya Briana penasaran.“Menikahlah denganku,” ucap Dharu.Briana terkesiap mendengar ucapan Dharu, hingga sedetik kemudian tertawa terpingkal seolah apa yang dikatakan oleh pria itu sangat lucu dan menggelikan.“Jangan bercanda. Kamu mau menikah dengan wanita yang pernah membuangmu? Belum lagi wanita itu sekarang janda?”Briana kembali tertawa keras seolah menganggap apa yang dikatakan Dharu adalah sebuah lelucon.“Mamaku sakit parah. Dia
“Apa? Kamu bilang apa?” Medha sangat terkejut mendengar cerita Briana.Briana menatap Medha yang terkejut seolah menertawakan apa yang baru saja dikatakan.“Kenapa reaksimu begitu?” tanya Briana sambil menatap aneh.“Lalu aku harusnya bereaksi seperti apa? Aku ini sedang terkejut, Bri!” Medha benar-benar tak percaya dengan yang dikatakan Briana.Briana menarik bantal, lantas memeluk sambil meletakkan dagu di atas bantal.“Kamu terima tawarannya untuk menikah?” tanya Medha memastikan karena melihat Briana diam yang menandakan jika sahabatnya itu tak bercanda.“Awalnya aku menertawakannya,” jawab Briana.“Lalu akhirnya kamu setuju?” tanya Medha lagi penasaran.Medha hanya terkejut mendengar Briana dilamar Dharu. Bukankah ini di luar prediksi semua orang.“Aku setuju karena tidak tega dengan mamanya,” jawab Briana lantas memanyunkan bibir.“Mamanya kenapa?” tanya Medha penasaran.Briana menghela napas kasar, lantas menjawab, “Mamanya punya jantung, tapi Dharu bilang jika tak boleh membah
“Maaf jika mengajak makan siang secara mendadak seperti ini,” ucap Farhan saat bertemu dengan Dharu.“Tidak masalah,” balas Dharu dengan santai. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Farhan sedangkan asistennya duduk di meja lain.Farhan melirik ke asisten Dharu yang duduk di meja tak jauh dari mereka, lantas menatap ke Dharu yang terlihat tenang.“Bisakah kita bicara non formal? Saya rasa akan lebih nyaman kalau kita bicara layaknya teman,” ucap Farhan.“Tentu, asal Anda nyaman, silakan saja,” balas Dharu santai.Farhan tersenyum senang mendengar balasan Dharu, hingga kembali bicara.“Aku senang kamu mau menerima tawaran makan siangku. Sebenarnya ada sesuatu juga yang ingin aku sampaikan,” ucap Farhan bicara non formal dengan Dharu.“Kebetulan siang ini aku sedang tidak ada jadwal, jadi bisa menerima ajakan makan siang,” balas Dharu tampak santai atau menaruh curiga karena ajakan Farhan.Farhan lagi-lagi tersenyum, hingga dia siap melancarkan rencananya.“Sebelumnya aku minta maa
“Apa aku perlu membeli sesuatu untuk mamamu?” tanya Briana saat berada di mobil Dharu.Dharu menjemput Briana di perusahaan setelah dia makan siang bersama Farhan.“Tidak usah, dia juga sudah mau pulang jadi tidak perlu dibawakan apa-apa,” balas Dharu sambil sibuk menyetir.Briana mengangguk-angguk, tapi sedetik kemudian berkata, “Tapi tak sopan menjenguk orang sakit tanpa membawa buah tangan.”“Apa kamu sedang berusaha jadi calon menantu yang baik,” seloroh Dharu tanpa menoleh Briana.Briana sangat terkejut mendengar ucapan Dharu. Dia menoleh pria itu tapi tak bisa berkata-kata. Briana pun akhirnya memilih diam.Dharu tersenyum tipis saat tak mendengar Briana bicara lagi. Mobil mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit tempat orang tua Dharu dirawat.“Ingat, jangan membahas soal jantung,” ucap Dharu memperingatkan.Briana menoleh pria yang berjalan di sampingnya itu, heran saja punya sakit jantung tapi tidak boleh dibahas. Namun, demi menjaga mental orang tua Dharu, Briana pun mengi
“Apa?”Semua orang terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Dharu.“Dharu!” Dhira sangat syok mendengar apa yang dikatakan saudara kembarnya itu.“Kalian tidak sedang bercanda, kan?” tanya sang mama yang sangat syok mendengar putranya tiba-tiba mau menikah.“Mama pernah bilang ingin melihatku segera menikah. Jadi sekarang aku kabulkan. Aku akan menikah, tapi dengan Briana,” jawab Dharu meyakinkan sambil menggenggam telapak tangan Briana.Briana awalnya terkejut karena Dharu meraih telapak tangannya. Dia pun berusaha tenang karena merasa jika keluarga Dharu sepertinya tak menyukai dirinya.“Banyak wanita lain, kenapa harus dia?” Dhira langsung tak terima, bahkan bicara sambil menunjuk ke Briana.Renata dan Evan terkejut melihat Dhira marah. Evan pun meminta agar Dhira tenang mendengarkan penjelasan sang kakak.“Kalian benar-benar yakin ingin menikah? Bukankah dia ....” Renata bicara dengan lemah lembut ke putranya karena tahu bagaimana sifat Dharu.“Aku sangat yakin ingin menika
“Keluarganya tak menyukai. Oh bukan, adik kembarnya tak menyukaiku.”Medha mengerutkan alis mendengar ucapan Briana. Dia menoleh ke sahabatnya itu yang kini sedang duduk sambil memeluk bantal.“Kamu ini bicara apa?” tanya Medha lantas menepuk mask yang ada di wajah.Briana menatap Medha yang baru saja memakai masker, lantas mendengkus kasar sambil mengubah posisi duduk.“Mamanya sangat baik, ayahnya biasa saja, tapi kembarannya sangat jutek. Dia sepertinya membenciku karena aku pernah membuat kakaknya patah hati,” ujar Briana mendadak mencemaskan hal itu.Medha mendekat ke Briana sambil menepuk-nepuk masker yang ada di wajah. Dia duduk di samping sahabatnya itu, lantas menatap Briana yang terlihat kesal.“Ya, seharusnya kamu memaklumi. Bukankah kamu pernah bilang kalau kembaran Dharu itu memang sangat protektif ke pria itu?” tanya Medha.“Iya, tapi entah kenapa aku tetap saja kesal.”“Kenapa harus kesal kalau pernikahanmu hanya sandiwara?” tanya Medha keheranan.Bukankah seharusnya Br