“Maaf jika mengajak makan siang secara mendadak seperti ini,” ucap Farhan saat bertemu dengan Dharu.“Tidak masalah,” balas Dharu dengan santai. Dia duduk di kursi yang berhadapan dengan Farhan sedangkan asistennya duduk di meja lain.Farhan melirik ke asisten Dharu yang duduk di meja tak jauh dari mereka, lantas menatap ke Dharu yang terlihat tenang.“Bisakah kita bicara non formal? Saya rasa akan lebih nyaman kalau kita bicara layaknya teman,” ucap Farhan.“Tentu, asal Anda nyaman, silakan saja,” balas Dharu santai.Farhan tersenyum senang mendengar balasan Dharu, hingga kembali bicara.“Aku senang kamu mau menerima tawaran makan siangku. Sebenarnya ada sesuatu juga yang ingin aku sampaikan,” ucap Farhan bicara non formal dengan Dharu.“Kebetulan siang ini aku sedang tidak ada jadwal, jadi bisa menerima ajakan makan siang,” balas Dharu tampak santai atau menaruh curiga karena ajakan Farhan.Farhan lagi-lagi tersenyum, hingga dia siap melancarkan rencananya.“Sebelumnya aku minta maa
“Apa aku perlu membeli sesuatu untuk mamamu?” tanya Briana saat berada di mobil Dharu.Dharu menjemput Briana di perusahaan setelah dia makan siang bersama Farhan.“Tidak usah, dia juga sudah mau pulang jadi tidak perlu dibawakan apa-apa,” balas Dharu sambil sibuk menyetir.Briana mengangguk-angguk, tapi sedetik kemudian berkata, “Tapi tak sopan menjenguk orang sakit tanpa membawa buah tangan.”“Apa kamu sedang berusaha jadi calon menantu yang baik,” seloroh Dharu tanpa menoleh Briana.Briana sangat terkejut mendengar ucapan Dharu. Dia menoleh pria itu tapi tak bisa berkata-kata. Briana pun akhirnya memilih diam.Dharu tersenyum tipis saat tak mendengar Briana bicara lagi. Mobil mereka pun akhirnya sampai di rumah sakit tempat orang tua Dharu dirawat.“Ingat, jangan membahas soal jantung,” ucap Dharu memperingatkan.Briana menoleh pria yang berjalan di sampingnya itu, heran saja punya sakit jantung tapi tidak boleh dibahas. Namun, demi menjaga mental orang tua Dharu, Briana pun mengi
“Apa?”Semua orang terkejut mendengar apa yang baru saja dikatakan Dharu.“Dharu!” Dhira sangat syok mendengar apa yang dikatakan saudara kembarnya itu.“Kalian tidak sedang bercanda, kan?” tanya sang mama yang sangat syok mendengar putranya tiba-tiba mau menikah.“Mama pernah bilang ingin melihatku segera menikah. Jadi sekarang aku kabulkan. Aku akan menikah, tapi dengan Briana,” jawab Dharu meyakinkan sambil menggenggam telapak tangan Briana.Briana awalnya terkejut karena Dharu meraih telapak tangannya. Dia pun berusaha tenang karena merasa jika keluarga Dharu sepertinya tak menyukai dirinya.“Banyak wanita lain, kenapa harus dia?” Dhira langsung tak terima, bahkan bicara sambil menunjuk ke Briana.Renata dan Evan terkejut melihat Dhira marah. Evan pun meminta agar Dhira tenang mendengarkan penjelasan sang kakak.“Kalian benar-benar yakin ingin menikah? Bukankah dia ....” Renata bicara dengan lemah lembut ke putranya karena tahu bagaimana sifat Dharu.“Aku sangat yakin ingin menika
“Keluarganya tak menyukai. Oh bukan, adik kembarnya tak menyukaiku.”Medha mengerutkan alis mendengar ucapan Briana. Dia menoleh ke sahabatnya itu yang kini sedang duduk sambil memeluk bantal.“Kamu ini bicara apa?” tanya Medha lantas menepuk mask yang ada di wajah.Briana menatap Medha yang baru saja memakai masker, lantas mendengkus kasar sambil mengubah posisi duduk.“Mamanya sangat baik, ayahnya biasa saja, tapi kembarannya sangat jutek. Dia sepertinya membenciku karena aku pernah membuat kakaknya patah hati,” ujar Briana mendadak mencemaskan hal itu.Medha mendekat ke Briana sambil menepuk-nepuk masker yang ada di wajah. Dia duduk di samping sahabatnya itu, lantas menatap Briana yang terlihat kesal.“Ya, seharusnya kamu memaklumi. Bukankah kamu pernah bilang kalau kembaran Dharu itu memang sangat protektif ke pria itu?” tanya Medha.“Iya, tapi entah kenapa aku tetap saja kesal.”“Kenapa harus kesal kalau pernikahanmu hanya sandiwara?” tanya Medha keheranan.Bukankah seharusnya Br
“Kenapa kamu harus menikahi wanita itu?”Dhira langsung menatap tak senang saat Dharu masuk kamar.“Biar aku jelaskan,” ucap Dharu sambil mendekat ke Dhira yang ada di atas ranjang.“Apa sih? Kamu tuh kenapa masih saja menyukai wanita itu? Kamu tahu sendiri, dia itu sudah membuangmu demi pria lain, bagaimana bisa sekarang kamu malah mau menikahinya? Aku tidak rela!” Dhira akan terus memprotes keputusan sang kakak.Dharu selalu sabar menghadapi kembarannya yang memang labil dan mudah emosi. Dharu menarik tangan Dhira, kemudian menggenggamnya erat.Dharu sendiri tak pernah sama sekali marah dengan segala sikap protektif Dhira kepadanya karena dia tahu jika itu hanya bentuk kepedulian dan kasih sayang sang adik kepadanya.“Dia memang membuangku, tapi aku tidak pernah sekalipun bisa membuangnya, Dhira.” Dharu bicara dengan lembut ke sang adik.Dhira menatap kesal, kenapa sang kakak harus sebaik itu.“Tapi tetap saja, Dharu. Masa jutaan wanita di negara ini, tak ada yang bisa membuatmu me
Briana masuk ke ruangan untuk konferensi pers. Di sana awak media langsung mengambil foto Briana.Konferensi pers itu sengaja dilakukan tak secara live hanya untuk berjaga-jaga hal yang tak diinginkan saat konferensi berlangsung.Acara itu dibuka dengan sambutan, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sesi tanya jawab.“Beberapa bulan lalu perusahaan Anda dikabarkan bangkrut, bahkan sampai diambil alih perusahaan lain, belum lagi aset berharga juga ikut disita, apa sekarang Anda memang mendapatkannya kembali sehingga sekarang bisa ada di sini?” tanya salah satu awak media mengawali pertanyaan.Briana berdeham sebelum kemudian mendekat ke mic yang ada di meja. Dia pun mulai menjelaskan.“Sebelumnya saya ingin minta maaf ke semua orang yang terlibat dalam masalah yang sudah saya buat sebelumnya. Itu termasuk para pemegang saham juga sahabatku, Medha. Yang sudah membantuku meyakinkan semua orang soal kebangkrutan perusahaanku,” ujar Briana memang berencana membongkar yang direncanakannya ag
Briana pulang ke rumah milik keluarga. Rumah yang ditinggal sejak dia menikah, lalu tak pernah dijamah semenjak ayahnya meninggal demi sandiwara yang sedang dijalankan.Saat baru saja turun dari mobil, pelayan yang menjaga rumah itu sudah menyambut di depan rumah. Mereka senang karena akhirnya Briana pulang.“Selamat kembali ke rumah, Nona.”Pelayan paruh baya yang sudah bekerja di sana selama belasan tahun, langsung menyambut Briana penuh suka cita.Briana memeluk wanita yang sudah merawatnya sejak remaja sampai dewasa. Dia sangat bahagia akhirnya bisa berkumpul dengan orang-orang yang menyayanginya.“Aku rindu kalian, Bi.” Briana memeluk erat.Medha hampir menangis karena melihat suasana haru itu. Pelayan lain juga ikut bahagia sampai ingin menangis.“Kami sudah masak masakan Anda saat tahu akan pulang,” ucap wanita paruh baya itu setelah melepas pelukan.Briana menganggukkan kepala. Dia menggandeng Medha agar masuk bersamanya.“Makanlah bersamaku. Meja ini terlalu besar untuk aku y
Sore itu, mantan mertua dan mantan adik ipar Briana sedang santai di ruang keluarga sambil menonton tayangan televisi, hingga mereka melihat Hot News yang sedang ditayangkan.“Ap-apa maksudnya itu?” Mirna sangat terkejut melihat berita yang sedang ditayangkan.Rani—adik Farhan juga sangat syok saat melihat pengakuan Briana soal kebangkrutan perusahaan beberapa bulan lalu.Rani sampai mengganti channel, ternyata beberapa saluran berita memang sedang menyiarkan berita yang sama.“Apa dia sebenarnya mempermainkan kita?” Mirna sangat emosi karena Briana membohongi mereka.Rani menggigit bibir bawahnya. Dia mendadak menyesal saat tahu kalau Briana ternyata masih kaya. Andai tahu sandiwara itu, pasti Rani akan berusaha bersikap baik.“Apa jangan-jangan ini hanya sandiwara, Ma? Biar kita menyesal saja gitu.”Rani mencoba mengelak dari rasa menyesal dengan menganggap jika konferensi pers itu hanya sandiwara saja.“Bisa saja dia berpura-pura seperti itu agar kita menerimanya kembali. Dia mungk