Keesokan paginya.Galvin yang sudah rapi membuka pintu kamar sang ibu, Dia melihat adiknya sedang menjaga sang ibu yang masih terbaring di atas kasur.Dia berjalan menghampiri mereka. “Bagaimana keadaan Mama?""Mama baik-baik saja," jawab Lisa mengalihkan pandangan untuk menatap Galvin. "Hanya perlu istirahat lebih banyak," timpalnya selagi mengusap tangan ibunya.Mendengar itu, Galvin memegang tangan ibunya untuk memeriksa keadaan nadinya. Melihat bahwa kondisi ibunya sudah lebih baik dan tepat untuk diberikan penanganan lanjutan, dia pun berkata, "Jaga Mama dengan baik, aku akan pergi keluar sebentar.”"Mau ke mana, Kak?" Lisa bertanya dengan sedikit khawatir. Dia khawatir kakaknya akan kembali bertemu masalah setelah pertemuan mereka dengan Elena dan Peter kemarin."Aku hanya ingin berkeliling sebentar," jawab Galvin dengan tatapan yang datar. Sebuah kebohongan, tentu saja. "Aku ingin melihat daerah perumahan ini, siapa tahu ada toko obat yang bisa kukunjungi untuk membeli keperl
Galvin merenggangkan tubuhnya. Dia sekarang berada di pusat kota karena sudah tidak ada mood untuk berkeliling di perumahan. Dia khawatir kali berikutnya malah akan bertemu salah satu kerabat Elena lagi yang akan mengganggunya. Jadi, lebih baik dia menjauh dan ke pusat kota.Saat berjalan-jalan, sejumlah wanita memperhatikannya, bahkan ada beberapa yang menghampirinya. Tidak mengherankan, lagi pula bahkan dengan kaos putih dan celana jins tuanya, tubuh Galvin memang cukup memesona."Kakak!" sahut seorang wanita berlari mendekati Galvin.Mendengar panggilan itu, Galvin memalingkan wajahnya ke arah suara itu. Awalnya, dia refleks menoleh karena mengira itu adalah sang adik. Namun, ketika sadar bahwa seorang wanita asinglah yang berlari ke arahnya, Galvin mengerutkan kening.'Siapa?' batinnya sembari menghela napas. ‘Kenapa hari ini begitu banyak orang menggangguku?’Galvin memalingkan wajahnya dengan cepat ketika dia melihat beberapa wanita lain mengikuti wanita tersebut. Hal itu membua
“A-apa itu?!”Keterkejutan menyelimuti semua orang yang berada di tempat tersebut. Mereka melihat bagaimana kotak yang Galvin hancurkan memiliki lapisan tersembunyi, dan dalam lapisan tersembunyi itu terdapat sebuah cincin berukiran naga yang menakjubkan.Mengabaikan pertanyaan semua orang yang melihat hal tersebut, Galvin meraih cincin dengan ukiran naga tersebut dan membuang kotak besi tua di tangannya.Galvin tersenyum puas melihat cincin itu. ‘Dengan Qi panas dari cincin, Qi dingin dalam tubuh mama bisa dinetralisir. Ini akan mempercepat pemulihannya!’ batinnya dengan bersemangat."Itu … itu bukan cincin biasa! Ada aura menakjubkan yang mengelilingnya!""Jangan-jangan, dia bukan sembarangan membuang-buang uang dan bodoh, melainkan bertujuan mendapatkan cincin tersebut! Bagaimana dia bisa tahu?”"Dari detail ukiran dan bahannya yang masih bersinar, itu pasti benda bersejarah yang bernilai tinggi! Dia bisa mendadak kaya dengan benda itu!"Komentar orang-orang di sekeliling membuat G
Sang pemilik toko memerhatikan Galvin dengan pandangan waspada. ‘Bocah ingusan ini bisa menghindari tendanganku?!’ Dia mencoba mengecek aura Galvin, tapi tidak merasakan apa pun. ‘Apa hanya kebetulan saja?’ Melihat Galvin masih begitu muda, dia pun mendengus. ‘Kalau dia juga kultivator, tidak mungkin levelnya di atasku!’Memikirkan hal itu, pemilik toko tersebut melesat ke arah Galvin sambil mengarahkan kepalan tangannya ke wajah pria itu. Suara angin yang menderu terdengar di toko itu, membuat sebagian besar pengunjung toko lari berhamburan untuk menyelamatkan diri.“B-bocah itu pasti akan mati kalau menerima tinju bos secara langsung!” seru salah seorang bawahan sang pemilik toko yang menghindari area pertarungan.“Matilah kau!” teriak sang pemilik toko saat melihat Galvin hanya terdiam di tempatnya. Dia yakin tinjunya akan mendarat dengan sangat keras.TASSS!!Suara keras tinju yang mendarat membuat semua orang yang masih ada di sana membelalak. “A-apa?!”Suara terkejut itu berasa
[Galvin, apa kamu sudah sampai?]Pertanyaan yang terlontar dari orang di ujung panggilan yang lain itu membuat seorang pria berambut hitam menjawab, “Ya, aku sudah berada di Aberleen.”Dengan kaos dan celana jin tua yang membalut tubuhnya, pria bernama Galvin itu terlihat menyeret koper kecilnya keluar dari pintu kedatangan bandara. Penampilannya sangat sederhana, membuatnya terlihat mencolok di antara orang-orang berpakaian rapi di tempat tersebut.Berdiri di area tunggu penjemputan, Galvin berkata, “Aku hanya perlu menunggu untuk dijemput oleh–”BRUK!“Aduh!”Lenguhan kesakitan seorang wanita bisa terdengar. Hal tersebut membuat Galvin, yang tertabrak oleh wanita itu, menoleh.“Kamu nggak apa-apa, Sayang?” tanya seorang pria berjas yang sepertinya datang dengan wanita itu. Pria itu pun mengalihkan pandangan ke arah Galvin dengan tatapan yang garang dan memaki, "Apa kamu buta?!”Teriakan nyaring orang asing itu menarik perhatian orang-orang di sekeliling, menjadikan Galvin dan pasang
“Dia ahli beladiri tingkat tinggi!”Semua orang yang mendengar ucapan atlet bela diri itu terkejut hingga membelalakkan matanya. Mereka mundur satu langkah, takut terlibat masalah tersebut.‘Ahli beladiri tingkat tinggi?’ Vincent memasang wajah buruk dan keringat dingin mulai menghiasi dahinya, sadar bahwa sepertinya dia telah mencari masalah dengan orang berkemampuan. Namun, kalaupun pria di hadapan mahir bela diri, lalu kenapa?! Dia masih ahli waris Keluarga Chester yang terhormat! “Siapa kamu!? Beraninya kamu melakukan hal ini kepada bawahanku!” bentaknya dengan tangan sedikit bergetar.Seruan tersebut membuat Galvin mengalihkan pandangannya kepada Vincent. Perlahan, dia berjalan menghampiri pria itu, membuat tuan muda Keluarga Chester dan kekasihnya itu gemetar. Seakan melihat malaikat pencabut nyawa sedang menghampiri.Ketika jaraknya cukup dekat, Galvin menjulurkan tangannya ke arah Vincent, seakan ingin mencengkeram kepala pria tersebut. Namun, saat hanya tersisa beberapa inci
"Tuan Zero, sekali lagi saya meminta maaf atas kelalaian saya. Saya tahu Anda tidak ingin kedatangan Anda ke kota ini berakhir menarik perhatian banyak orang. Akan tetapi, karena keterlambatan saya ….”Javon tidak berani untuk bahkan melanjutkan ucapannya. Dia hanya bisa terdiam selagi menunduk untuk menunjukkan rasa bersalahnya terhadap Galvin.Sebagai salah seorang pejabat militer dengan posisi yang tinggi, Javon menerima tugas untuk menyambut kedatangan Zero—nama samaran Galvin, seorang komandan pasukan elit yang identitasnya sangat dirahasiakan. Javon tidak sepenuhnya tahu mengenai latar belakang pria misterius itu, tapi dia tahu bahwa Zero adalah sosok yang patut ditakuti, terutama karena prestasi yang dia capai selama bekerja di bawah arahan sang presiden.Dengan kemampuan yang dimiliki, Zero, yang disebut juga sebagai sang Dewa Perang, kala itu pernah memimpin pasukan elitnya untuk meluluhlantakkan pemerintahan satu negara.Javon mengangkat kepalanya sedikit, menatap sosok Galv
“Berhenti di sini,” ucap Galvin, sontak membuat sopir menginjak rem di depan gerbang kompleks perumahan mewah. "Agar tidak menarik perhatian orang-orang, lebih baik aku turun di sini dan berjalan kaki menuju rumah," jelasnya. “Aku tidak ingin ada kenalanku yang tahu mengenai hubunganku dengan kemiliteran.”Galvin membuka pintu mobil diikuti oleh sang sopir yang membukakan bagasi untuk mengeluarkan koper pria tersebut.Setelah Galvin menerima kopernya, dia pun menghadap Javon. “Terima kasih atas tumpangannya, saudaraku,” ujarnya seraya berjalan pergi tanpa menunggu balasan pria di hadapan.Javon terkejut melihat Galvin yang langsung berbalik pergi, dia pun langsung mengejar pria itu dan berkata, “Tuan Galvin!” Teriakannya berhasil menghentikan langkah Galvin. Javon pun menyodorkan kartu kecil ke arah sang dewa perang sembari membungkuk hormat. “Ini adalah kartu namaku, Tuan bisa menghubungiku jika membutuhkan bantuan, aku akan selalu siap membantu."Saat dia menerima kartu nama itu, Ga