"Aku tak kenal mereka dan aku juga tak mau kenal dengan mereka. Aku hanya ingin tidur bersama istriku kelak. Jadi, hilangkan rasa cemburumu itu!""Siapa yang cemburu? Aku tidak ...."Drt ... Drt ..."Iya!" kata Darren memasang handset untuk menjawab telepon yang masuk.Natasha menghela nafas panjang. Bibirnya merapat seraya menatap ke arah Darren yang memang sangatlah sempurna. Tak heran kalo kaum hawa kepincut akan pesona yang di miliki atasannya itu. Setiap gerakan yang dilakukan mempunyai kelebihan tersendiri."Kenapa hatiku senang saat dia bilang tak mengenal mereka? Masa' iya aku sempat cemburu? Argh! Apa sih yang aku pikirkan? Tak mungkin tak mungkin," gumam batin natasha beralih menatap ke arah jendela mobil. ***Bara mengetuk sebuah bolpoin tepat di atas meja. Menunggu seseorang yang akan meringankan pekerjaan saat ini.CeklekBara mendongak. Senyumnya mengembang saat Pak Angga datang menghampiri."Selamat siang, Pak!" ucap Pak Angga yang merupakan pimpinan security mall yang
"Kita akan bermalam di sini!" kata Darren yang membuat natasha tercekat."Kenapa tak bilang kalo kita akan bermalam di Bogor? Aku kan bisa bawa ...," kata natasha terhenti. "Di koper itu, ada pakaian kita berdua. Jadi, kamu tak perlu bingung lagi," kata Darren.Natasha menunduk. Memperhatikan koper yang ia ambil dari rumah madam Ayu, sebelum berangkat ke Bogor."Kamu jangan berpikiran negatif dulu. Mama selalu menyiapkan baju ganti setiap aku berangkat ke luar kota. Siapapun orang yang pergi denganku," tutur Darren menjelaskan."Seharusnya, madam ayu tak perlu menyiapkan baju ganti untukku. Kalo semalam sih, aku tak bingung. Hanya saja pakaian dalamku yang harus ganti," gumam batin natasha tersenyum tipis."Nanti, setelah acara selesai, aku bisa beli pakaian dalam dulu. Dan, tak mungkin juga kan madam ayu menyiapkan pakaian dalamku juga!"Kedua alis Darren bertaut melihat natasha tersenyum seorang diri.TekJentikan tangan Darren seketika membuat lamunan natasha buyar."Sudah siap?" t
Wanita yang sudah membuatku menangis tiga hari tiga malam, sudah berada di sini, Paman. Beri pelajaran padanya!"Devan menegak salivanya. Ia mendongak, kembali menatap ke arah Agatha yang duduk tepat di depan natasha."Baiklah!" balas Devan mengirim pesan untuk keponakannya.Agatha menyeringai. Sudut bibirnya mengembang sinis menatap natasha yang duduk tepat di depannya."Tamat sudah masa depanmu, wanita bodoh! Itulah balasan orang yang berani menantang Agatha Christie," gumam batin Agatha menghela nafas panjangnya. Menopangkan kedua tangan di dada, seakan lega dengan jawaban dari pamannya.Selesai meeting, Natasha menghela nafas panjang. Jari jemari tangannya dengan lincah mengikat rambut panjangnya yang membuat dirinya mulai kepanasan."Oh my God! Padahal ini sudah malam, tapi kenapa rasanya gerah sekali, ya?" tanya natasha seorang diri. Mulai bersandar di jok bahu mobil sembari menunggu Darren yang masih sibuk dengan salah satu kliennya.Sejenak, natasha menyeringai. Menatap keara
"Oh my God! Bagaimana bisa aku lupa kalo aku sedang berdua bersamanya?" gumam batin natasha.Darren menunduk. Tegakkan salivanya mengalir dengan paksa ketika melihat gembulan dua bukit kembar milik natasha yang terlihat begitu jelas. Alih-alih tak mau hasrat birahinya memuncak, Darren berpaling menatap wajah cantik yang di miliki kekasih enam bulannya itu."Tenang natasha tenang! Kamu tak boleh grogi. Semakin kamu grogi, dia akan menertawakanmu habis-habisan. Dan, takutnya dalam kontrak itu juga tertulis di larang menggoda! Ahhh, bisa-bisa aku akan ganti rugi lagi," gerutu batin natasha menerka-nerka. Bulu mata natasha tak berhenti mengerjap. Senyumnya mengembang dan mencoba menghilangkan rasa malu yang sempat tertahan."Apa kamu berusaha menggodaku?" Pertanyaan Darren seketika membuat senyum manisnya memudar. "Tidak. Siapa yang menggodamu. Hanya saja, aku lupa kalo kita tinggal bersama," kata natasha mengerucutkan bibir mungilnya. Dengan cepat, ia mencoba menegakkan tubuhnya. Beru
"Ada apa dengannya? Kenapa hari ini, dia memperlakukanku layaknya seorang ratu? Lantas, Kenapa tiba-tiba dia memanggilku 'Amora'?" batin natasha bertanya.Sejenak, bibirnya merapat. Jemari tangannya perlahan memegang kening yang mendapat kecupan hangat dari atasannya tersebut. Kecupan itu terasa masih membekas hingga membuat ritme degupan jantungnya kian tak beraturan. Berbalik meraih guling sembari tersenyum meluapkan rasa bahagia yang tak tertahankan.Seketika, senyum Natasha memudar. Bibirnya merapat saat merasakan perasaan aneh dalam dirinya. Perasaan yang seharusnya tak boleh terjadi dalam isi kontrak yang telah ia tandatangani bersama Darren."Fix, aku benar-benar jatuh cinta padanya. Bahkan, rasa ini begitu besar melebihi diriku sendiri. Akan tetapi, bagaimana konsekuensinya jika dia tau dengan apa yang aku rasakan? Bisa-bisa, aku akan hidup di kelilingi dengan hutang. Huft!" kata Natasha menghela nafas panjang."Andai saja kontrak itu tak ada, sudah pasti aku akan mengungkapk
Sepuluh kali lipat? Natasha seakan tak mampu menegak salivanya sendiri."Saya membeli jam tangan itu dengan harga awal dua juta. Jika sepuluh kali lipat berarti menjadi dua puluh juta. Itu kalo kakak mau, sih!" cakap lelaki itu tersenyum tipis."Dua puluh juta? Huft, uangku saja tinggal lima juta. Lalu, darimana aku mendapatkan sisanya lagi?" batin natasha bertanya. Bibirnya merapat. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap sembari berpikir sejenak."Haruskah aku meminjam uang padanya lagi?" Natasha yang teringat mempunyai boss yang sangat mungkin membantunya untuk mendapatkan jam tangan itu kembali."Bagaimana, Kak? Kalo iya kakak bisa transfer sekarang dan kalo kakak berubah pikiran juga tak mengapa."Natasha mendongak. Dengan santai, ia menyetujui harga yang mereka lontarkan kepadanya."Iya. Tapi, saya hubungi tunangan saya dulu, ya. Kebetulan, uang saya tak cukup!" acap natasha.Selesai mandi, Darren mengerling saat membuka benda layar pipih yang merupakan benda penting d
Darren menyeringai. Ia tak menyangka jika Natasha sangat memperjuangkan benda yang telah ia berikan."Setelah apa yang kamu lakukan dengan apa yang pernah aku berikan padamu, aku semakin yakin untuk membawamu ke tahap yang lebih serius!" kata batin Darren senang."Apa ada cerita di balik jam tangan itu?" tanya Darren mencoba ingin tau jawaban yang akan di berikan oleh natasha."Iya. Dulu, waktu kecil aku di beri jam tangan ini oleh pangeran kecilku," ucap natasha."Pangeran kecil?""Heem. Dia itu my first love. Dan semoga saja sebelum aku menikah nanti, kami sudah di pertemukan kembali," harap Natasha tersenyum tipis."Jika kamu bertemu dengannya, apa yang akan kamu lakukan?" "Yang pasti aku akan memeluknya dengan erat. Meskipun, dia sedang bersama kekasih atau istrinya, aku tak peduli," kata natasha yang seketika membuat tubuh Darren meremang menahan rasa bahagia yang tiada tara."Jangan seperti itu! Tak baik memeluk lelaki yang sudah mempunyai istri ataupun kekasih," ucap darren se
Udara pagi terasa menyejukkan. Kabut tebal mulai memudar saat sang surya menampakkan cahayanya. Agatha menggeliat. Dua bola matanya terbelalak saat melihat dirinya terbaring bersama Devan. Lelaki yang pernah menolongnya dan di jadikannya sebagai paman pelindungnya.GlekTenggorokannya tercekat. Menatap tajam ke arah lelaki yang seharusnya menjadi partner dalam menjalankan misinya."Oh my God! Apa yang aku lakukan bersamanya?" tanya Agatha memukul keningnya. Pengaruh minuman alkohol yang berlebihan membuat kepalanya terasa sangat berat.FlashbackAgatha duduk di pangkuan Devan. Meluapkan masalah yang datang sembari meminum minuman keras yang tersaji di depan mereka."Paman, aku lihat-lihat paman itu ganteng juga. Malah lebih tampan dari kak Darren," ucap Agatha melingkarkan kedua tangannya tepat di leher Devan.Devan menyeringai. Jemari tangannya dengan lembut membelai rambut panjang terurai yang di miliki Agatha. Terlihat begitu cantik dan imut. "Bukankah aku sudah bilang padamu, kal