"Jangan-jangan, wanita itu ...," gegas Darren berlari mengikuti staff keamanan yang menuju tempat kejadian. Sejenak, Darren bernafas lega melihat korban tenggelam itu bukanlah natasha. "Syukurlah, bukan dia," gumam batin Darren menghela nafas panjang. Sesaat, pandangan matanya beralih ke arah beberapa orang yang berada di ujung kolam renang satunya. Sosok wanita mengenakan kimono putih berkaca mata hitam yang sangat mirip dengan Natasha."Mas Darren!" Suara natasha seketika membuat Darren menoleh. Sudut bibirnya mengembang dan berlari memeluk erat tubuh langsing yang di miliki tunangannya tersebut.Lentik indah bulu mata natasha tak berhenti mengerjap. Bibirnya merapat mengimbangi rasa tak karuan yang datang menghampiri. Pelukan erat yang sungguh terasa sangat berbeda dari biasanya."Mas, kenapa ...," ucap natasha terhenti."Aku takut kehilanganmu!" kata Darren yang membuat natasha tercekat seketika. Perkataan sekaligus pernyataan yang telah melanggar kontrak mereka berdua.Darren
"Semoga saja, apa yang aku rencanakan berjalan sesuai harapanku!" gumam batin natasha berjalan menuju ke arah pintu rumahnya yang tertutup rapat.Ting tongNatasha memencet bel pintu rumahnya. Sesekali, ia melirik ke arah Darren yang berdiri tepat di sampingnya. Terlihat tampan, gagah dan nyaris terbilang sangat sempurna."Ya Tuhan, aku tak menyangka dia mau menolongku," gumam batin Natasha menyeringai.CeklekPintu terbuka. Senyum natasha mengembang saat bertemu dengan simbok Narti yang membuka pintu untuknya."Non Cacha," ucap simbok Narti seakan tak percaya melihat kedatangannya. Yah, wanita tua yang bertubuh besar itu seakan seperti mimpi melihat anak majikannya itu pulang ke rumah. "Apa ka ...."Natasha terkejut saat mbok narti tiba-tiba memeluknya begitu erat. Seakan meluapkan rasa rindu yang tak tertahan."Akhirnya, Non Cacha pulang juga!" kata Mbok Narti melepas pelukannya. "Iya, Mbok. Mbok sehat?" tanya Natasha tersenyum saat pengasuhnya waktu kecil menganggukan kepala."Sy
Natasha mendongak menatap ke arah mall yang berdiri kokoh di hadapannya. Sebuah perusahaan yang mungkin bisa menerimanya untuk bekerja."Semoga saja aku mendapatkan pekerjaan di sini. Entah itu menjadi apa, aku akan menerimanya. Meskipun gajinya sedikit sekalipun, tak apa. Yang penting aku mempunyai pemasukan untuk makan sehari-hari. Sungguh, rasanya sangat lelah tubuhku ini, hampir satu minggu mencari pekerjaan, tak ada satupun perusahaan yang mau menerimaku. Apalagi, uangku sudah menipis," gumam batin natasha seraya mengerucutkan bibirnya.HuftHelaan nafas mulai keluar dari hidung dan mulutnya. Sudut bibirnya mengembang dan mulai melangkah memasuki mall tersebut."Semangat natasha semangat! Kamu pasti di terima!" ucap Natasha mengepalkan tangannya untuk menyemangati dirinya sendiri.Sesaat, langkah kakinya terhenti ketika melihat lelaki yang begitu tak asing baginya. "Bukankah itu om Angga?" Natasha berjalan mendekat. Memastikan orang berseragam serba hitam itu pamannya atau bukan
Satu bulan kemudianKring ... Kring ...Dengan mata yang masih terpejam, Natasha meraih jam weker yang masih berbunyi tepat di sampingnya. Sejenak, dua bola matanya menyipit melihat arah jarum jam yang menunjukkan pukul 06.30 WIB. Waktu dimana ia harus pergi bekerja satu jam lagi."Hah! Rasanya lelah sekali!" Dua bola matanya mengerjap sembari menghela nafas panjang. Seakan mengumpulkan tenaga yang telah hilang akibat mimpi yang datang. "Huft! Rasanya tulangku remuk semua. Ternyata begini rasanya menjadi seorang security. Aku kira hanya duduk manis sambil melihat orang-orang belanja. Ternyata tidak!" gumam Natasha seraya merapatkan bibirnya."Tapi, seru juga sih! Setiap kali ada pencuri, tangan dan kakiku seakan tak mau diam untuk menghajarnya. Seperti yang ada di film-film," ucap natasha tersenyum senang. Ia mulai berbalik meraih guling, mendekap dan menatap ke arah boneka kecil yang terpajang di atas meja. Sebuah boneka yang telah menjadi saksi bisu perjuangan hidupnya. Sesaat, ia
Alis Darren bertaut seketika. Dahinya mengernyit menatap wanita yang begitu berani menuduhnya sebagai seorang pencopet."Hah, aku tak habis pikir. Melihat orang berpenampilan layaknya kerja kantoran seperti Anda, tapi sangat hobi dalam mencopet. Apa Anda tidak malu dengan semua itu?" Pertanyaan Natasha yang seketika membuat semua orang di sekitar menoleh ke arahnya.Darren menegak salivanya dengan paksa. Untuk kali pertama, ia di permalukan oleh orang yang tidak di kenal tepat di depan semua orang. Sungguh, suatu hal yang sangat memalukan dalam kehidupannya. Sejenak, dua bola manik matanya beralih menatap Natasha dari bawah ke atas."Apa kamu security baru di sini?" tanya Darren memastikan.Natasha tersenyum sinis. Kedua tangannya menopang di dada, menatap lelaki yang harus segera ia tangkap."Apa jawaban itu sangat penting bagi Anda?" Natasha mulai melangkah dan dengan cepat memelintir tangan Darren dan memborgolnya."Apa-apaan ini!" "Sekarang, Anda tak bisa lari lagi!" ketus Na
"Bukan dia?" tanya batin Natasha berpaling. Bibirnya merapat mengimbangi lentik bulu matanya yang tak berhenti mengerjap. Seolah-olah masih tak percaya dengan apa yang terlontar dari mulut pak Angga."Serius, Pak? Bapak sedang bercanda, kan?" lirih natasha memastikan. Helaan nafas panjang mulai keluar dari hidung mancung natasha saat pak Angga menggelengkan kepala."Lepaskan borgolnya sekarang! Jika tidak, bisa-bisa pekerjaan kita yang akan jadi taruhannya!" Perkataan Pak Angga seketika membuat Natasha takut setengah mati. Bagaimana tidak, jika ia kehilangan pekerjaannya hanya gara-gara kecerobohan yang telah ia lakukan. Bisa-bisa, ia akan menjadi gelandangan di luar sana. Hal yang paling menakutkan dalam kehidupan bagi Natasha Amora."Apa konsekuensinya seperti itu?" bisik natasha memastikan. "Heem. Apalagi berhadapan dengan dia. Bisa hancur kehidupan kita nantinya," jawab pak Angga begitu meyakinkan.Natasha mengulum bibir mungilnya. Pandangan bola matanya beralih menatap ke arah
"Kamu tau, anak pemilik mall ini orangnya sangat tegas. Banyak karyawan yang di mutasi tanpa sebab yang jelas."Perkataan Dea, salah satu security yang kembali melintas dalam benak Natasha. Helaan nafas mulai keluar secara perlahan mengimbangi rasa gugup yang datang.'Bagaimana bisa aku salah menangkap orang? Dan kenapa orang itu pemilik mall ini!' gumam Natasha dalam hati.'Apa aku akan di mutasi gara-gara kesalahanku ini? Oh no! Ya Tuhan, apa yang telah aku lakukan. Jika aku tau dia pemilik mall ini, aku tak mungkin berbicara kasar padanya, apalagi memelintir tangannya hingga kesakitan. Ya Tuhan, tolonglah aku. Semoga dia bermurah hati memaafkanku!' gumam batin Natasha berdoa seraya menutup mata.Perlahan, ia mulai membuka kedua matanya. Lentik indah bulu matanya tak berhenti mengerjap mengimbangi detakan jantung yang berdetak begitu kencang saat darren sudah berdiri di hadapannya dengan pandangan yang begitu tajam.'Semoga saja kata pecat tidak keluar dari mulutnya!' gumam batin nata
'Ratu!' gumam batin Darren tersenyum tipis. Rasa rindu yang terpendam beberapa tahun tak bertemu, akhirnya mulai hilang dengan kedatangan sahabat dekatnya."Jika aku datang kepadamu sebelum usiaku 25, itu berarti keinginanmu terwujud!" Perkataan Ratu kembali terlintas dalam benaknya.'Dia benar-benar mewujudkannya!' gumam batin Darren tersenyum senang.Namun, senyum manis itu mendadak memudar saat wanita itu membalikkan badan."Selamat malam, Pak Darreen!" ucap Natasha mengembangkan senyum manisnya.'Dia lagi!' gumam Darren dalam hati. Menghela nafas panjang seraya menatap ke arah arloji yang melingkar di tangannya."Maaf mengganggu waktu malam Anda. Sebenarnya saya ingin bicara dengan bapak besok, tapi ..." jelas Natasha terhenti."Saya mau pergi! Jika ini tentang pekerjaan, kamu bisa berbicara besok pagi!" kata Darren lantas berlalu. Melangkahkan kaki ke arah mobil jeep yang terparkir tak jauh darinya.Lagi dan lagiLangkah kaki Darren terhenti. Dua matanya menyipit menatap natasha