Share

4. Gadis Yang Hebat

Chen Yang bersama Tabib Sun Bai menuntun para murid sekte Lampion Merah bersembunyi di ruang rahasia yang berada di bawah tanah. Setidaknya ada sekitar 75 murid yang berada di sekte Lampion Merah.

Ruangan tersebut berukuran cukup besar dengan sejumlah obor yang menyala. Jumlah obor terlalu sedikit dibandingkan dengan luasnya ruangan, sehingga cahaya yang dihasilkan terbilang redup.

Untuk mengurangi kepanikan para murid, Tabib Sun Bai menceritakan situasi dunia persilatan saat ini. Dalam waktu satu tahun, dunia persilatan mengalami perubahan yang drastis. Dari yang awalnya tenang menjadi penuh darah.

Hal itu dimulai ketika ditemukannya kunci untuk membuka Peti Pengetahuan. Di dalam Peti Pengetahuan, terdapat lima kitab yang memiliki ilmu beladiri tertinggi. Lima kitab tersebut dikenal sebagai Kitab Langit.

Para Pendekar dari berbagai sekte ingin membuka peti tersebut agar bisa mempelajari ilmu yang telah hilang 200 tahun yang lalu.  

Namun, yang terjadi justru kekacauan. Terjadi perdebatan tentang pembagian Kitab Langit. Hanya ada lima kitab sedangkan sekte-sekte beladiri berjumlah puluhan. Hasinya, sejumlah sekte berperang untuk dapat memiliki Kitab Langit.

Salah satu Kitab Langit, yaitu Kitab Mata Angin berada di sekte Lampion Merah. Sangat mudah menebak alasan sekte Taring Pedang melakukan serangan pada sekte Lampion Merah.

Cerita Tabib Sun Bai membuat Zhao Lin kembali teringat dengan keluarganya. Ia tidak bisa menahan kesedihan sehingga memutuskan untuk meninggalkan ruangan tersebut secara diam-diam.

“Kenapa Tabib Sun menceritakan itu! Dunia persilatan lebih mementingkan Kitab Langit dari pada mencari siapa pembunuh keluargaku.”

Kemunculan kunci Peti Pengetahuan hanya berselang satu hari setelah pembunuhan terhadap keluarga Zhao Lin. Dunia persilatan menjadi sibuk dengan perebutan Kitab Langit sehingga melupakan pembunuhan terhadap keluarganya.

Padahal ayahnya, Zhao Ming, memiliki sebuah informasi penting yang akan ia sampaikan pada dunia persilatan. Pembunuhan tersebut terjadi saat Zhao Ming hendak akan pergi ke pertemuan antar sekte untuk memberitaukan informasi tersebut.

Dunia persilatan seperti tidak lagi peduli dengan informasi tersebut, padahal sebelumnya, Zhao Ming mengatakan bahwa informasi tersebut mengenai bahaya yang akan dihadapi dunia persilatan.

Sebelum Zhao Lin keluar dari ruangan tersebut, Chen Yang melihatnya, “Kau mau ke mana?”

Zhao Lin langsung bergerak dengan cepat keluar dari ruangan tersebut sebelum Chen Yang mengejarnya.

Terjadi aksi kejar-kejaran antara Zhao Lin dan Chen Yang di tengah sepinya sekte Lampion Merah. Zhao Lin bersembunyi di antara barang-barang bekas sehingga Chen Yang tidak dapat menemukan.

Zhao Lin adalah murid yang paling sulit diatur di sekte Lampion Merah. Ia sering kali melanggar peraturan dan bertindak seenaknya. Para Tetua Lampion Merah kerap dibuat pusing oleh kelakuan Zhao Lin.

Mata Chen Yang berkeliling mencari keberadaan Zhao Lin. Dari balik satu bangunan, muncul sebuah bayangan. Chen Yang mengira itu adalah Zhao Lin sehingga ia mengejarnya.

Menyadari Chen Yang telah meninggalkan tempat tersebut, Zhao Lin keluar dari persembunyian. Namun, tiba-tiba seseorang memegang tangannya dengan erat.

“Ikut aku!”

Suara orang itu terdengar seperti suara seorang wanita. Sudah pasti orang yang menarik tangan Zhao Lin bukanlah Chen Yang.

“Lepaskan! Siapa kau?” Zhao Lin menatap gadis itu sembari berupaya menahan tarikannya. Ia menggunakan cadar sehingga Zhao Lin tidak dapat melihat wajahnya.

Terjadi tarik-tarikan antara Zhao Lin dan gadis itu. Entah siapa gadis itu, tapi sepertinya ia berusaha menculik Zhao Lin. Keributan yang mereka buat telah mengundang kedatangan Chen Yang.

“Lepaskan muridku!” ucap Chen Yang sambil melepaskan pukulan.

Gadis itu berhasil menghindari pukulan dari Chen Yang, tapi ia melepaskan tangan Zhao Lin. Gadis itu mulai menarik pedang.

Terjadi pertarungan antara Chen Yang dan gadis itu. Mereka saling bertukar jurus dan memecah suasana hening di dalam sekte Lampion Merah. Zhao Lin menghindar agar tidak terkena dampak dari pertarungan.

“Siapa kau? Lupakan saja mimpimu memiliki Kitab Mata Angin!” ucap Chen Yan sambil terus mengayunkan pedang.

“Aku tidak membutuhkan kitab itu, aku hanya menginginkan anak itu!” balas gadis itu.

Bilah pedang keduanya terus saling bertemu menghasilkan suara denting yang bergema ke seluruh penjuru sekte.

Gerakan gadis itu begitu lincah sehingga bisa terus menahan dan menghindari setiap tebasan dari Chen Yang. Tubuhnya terasa begitu ringan membuat ia bisa bergerak dengan leluasa. Chen Yang keteteran menghadapinya.

Gadis itu baru berada di tingkat Pendekar Ahli, satu tingkat dibawah Chen Yang yang sudah berada di tingkat Pendekar Raja. Namun, kemampuannya bisa mengimbangi bahkan menyulitkan Chen Yang.

Pendekar yang memiliki tingkat lebih tinggi akan memiliki keuntungan dibandingkan Pendekar dengan tingkat lebih rendah. Namun, itu tidak menjamin mereka akan bisa memenangkan pertarungan. Ada lebih banyak hal yang menentukan dalam perterungan.

Pada dasarnya, tingkat Pendekar lebih ditentukan dalam mengolah Tenaga Dalam. Tenaga Dalam bisa meningkatkan kecepatan, kekuatan dan stamina seorang Pendekar. Semakin tinggi tingkat seorang Pendekar, maka akan semakin kuat dan cepat juga ia.

Kebanyakan Pendekar menggunakan Tenaga Dalam dan tingkat Pendekar sebagai tolak ukur dalam mengukur kemampuan seorang Pendekar. Mereka sering melupakan hal yang sangat penting, pemahaman terhadap teknik atau jurus.

Banyak Pendekar hanya mempelajari teknik dan jurus seadanya sehingga pemahaman mereka sangat sederhana. Mereka berpikir dengan meningkatkan Tenaga Dalam dan tingkat Pendekar, maka kemampuan mereka akan meningkat.

Mereka yang memiliki pemahaman teknik secara mendalam akan lebih dinamis dalam pertarungan. Akan lebih mudah membaca situasi pertarungan sehingga bisa menentukan gerakan apa yang harus dilakukan secara efektif dan efisien.

Seperti dalam pertarungan ini, kelebihan kecepatan dan kekuatan Chen Yang sama sekali tidak berarti karena gadis itu bisa membaca setiap gerakannya, sedangkan Chen Yang kesulitan membaca gerakan gadis tersebut.

Hanya satu dari seratus Pendekar yang mau mempelajari teknik dan jurus secara mendalam. Sekte Lampion Merah dahulu memiliki orang seperti itu dalam diri Zhao Ming, tapi sekarang ia telah tiada.

Pola pikir seperti itu diwariskan oelh Zhao Ming pada anaknya, Zhao Lin. Sejak usia dini, Zhao Lin telah belajar untuk memahami teknik dan jurus, terlebih setelah ia mengalami kerusakan Lingkaran Pusat.

Namun, Zhao Lin baru bisa mempelajari teknik dan jurus dasar. Biar bagaimanapun, Tenaga Dalam tetap penting karena teknik dan jurus tertentu hanya bisa digunakan menggunakan Tenaga Dalam.

Satu ayunan pedang Chen Yang berhasil membuka cadar gadis itu, menunjukkan wajah yang cantik dan menawan. Chen Yang semakin terkejut melihat wajah gadis itu. Ia terlihat begitu muda, kira-kira berumur sekitar 16 atau 17 tahun.

Hari ini, Chen Yang benar-benar beruntung bertemu dengan seorang jenius beladiri. Memiliki kemampuan yang hebat diusia yang sangat muda. Bahkan, Zhao Ming pun tidak mencapai tingkat seperti ini di usia semuda ini.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status