Antusias penonton makin membludak setelah melihat kemunculan Ki Seno Aji di tengah-tengah arena. Pendekar lencana giok kewalahan menghadapi riuhnya suasana. Petinggi Sekte Pendeta Langit bersiap membantu pendekar lencana giok, tapi Abah Suradira melarangnya.
Salah satu pria yang duduk di bangku terdepan bangkit mengangkat pedangnya tinggi-tinggi. Dia adalah orang terkuat pertama di Perguruan Banyu Damar, tamu undangan istimewa seleksi kali ini.
"Kemunculan api hitam selalu jadi pembuktian kalau lelaki di sana benar-benar Ki Seno Aji, pendekar terkuat di masa ini." Raden Bagaskara berteriak sangat keras. "Aura kematian yang menghujam tubuh-tubuh kalian adalah aura milik Ki Seno."
Asoka mendelik ke tengah lapangan. Pantas saja ada aura kematian yang bisa membuatnya ambruk, ternyata aura itu berasal dari gurunya sendiri. Dia masih penasaran, apa gerangan yang dilakukan Ki Seno kala Seleksi Musim Panas sedang berlangsung.
Datuk Lembu mengalihkan pandangannya
"Pertarungan kita sebentar lagi dimulai. Jangan kira aku kasihan hanya karena tahu calon penantangku adalah seorang bocah 15 tahun. Bersiaplah, kita bertarung mempertaruhkan harga diri sebagai murid Perguruan Api Abadi!"Lelanang Mana memberi salam pembuka pada Asoka, menawari pemuda itu tos tangan. Membalas tos tangan Lelanang Mana, Asoka mengerlingkan matanya."Suatu kehormatan bisa bertarung melawan pemimpin murid lencana emas. Aku bisa menguji seberapa pesat perkembanganku selama empat bulan di perguruan." Asoka meremas tangan Lelanang Mana, memberi salam berupa kobaran api merah."Bocah yang menarik. Aku tidak sabar bertarung denganmu."Meski kekuatannya terlampau jauh di atas Asoka, pemimpin murid lencana emas itu tidak semerta-merta sombong dan merendahkan Asoka. Justru dia menghargai Asoka karena keberanian dan percaya dirinya yang sangat tinggi.Bersama dua murid lencana emas lain, Lelanang Mana menuruni anak tangga, kembali ke tempat dudu
Pertarungan antara Asoka dan Lelanang Mana terlihat berat sebelah di mata penonton. Bagaimana tidak, pengalaman bertarung Lelanang Mana jauh lebih mumpuni dari pada pemuda yang hanya pernah bertarung empat kali seumur hidup.Empu Nara mundur beberapa langkah, bersiap memukul gong menggunakan Nafas Api Kilat ke ujung arena.Duang!Lelanang Mana maju lebih dulu menggunakan Nafas Api Bumi. Kuda-kudanya hampir mirip seperti yang dilakukan Empu Nara, tapi kecepatannya masih berbeda jauh. Nafas Api Kilat merupakan tingkat terakhir dari ilmu Gulungan Nafas Api.Asoka menahan gerakan tersebut dengan Pedang Kalacakra selama beberapa detik. Gesekan antar dua pedang menciptakan percikan bunga api. Sontak pertahanan itu membuat penonton riuh, terkejut karena tidak menyangka Asoka dapat mengimbangi kecepatan Lelanang Mana.Pemimpin lencana emas membanting pedangnya dari atas ke bawah. Tidak terlalu menguasai ilmu berpedang, reflek yang dimiliki Asoka tergolong
Beberapa kedipan mata sebelum Lelanang Mana meluapkan seluruh amarahnya dalam satu energi, Asoka lebih dulu tersenyum kala serangannya berhasil melukai pemimpin murid lencana emas.Pemuda itu berjalan dua langkah ke depan, mengepalkan tangan erat tinggi-tinggi. "Senior Mana, meski kekuatanmu jauh lebih besar dariku, meski lencanamu jauh lebih berharga dari lencakau, meski mayoritas murid perguruan lebih membelamu dari pada aku, tapi akhirnya aku bisa membuatmu terpojok lemah di ujung arena.""Beberapa murid lencana perak cerita kalau kau berjuang jauh lebih keras dari pada pendekar-pendekar lainnya. Maka dari itu, aku tidak menyerah meski tahu kemungkinan menangnya hanya sepersekian persen. Sampai ambang batas sekalipun, aku tidak akan menyerah!"Para peserta Turnamen Neraka Bumi yang berasal dari perguruan dan sekte-sekte lain nampaknya termotivasi mendengar kata-kata Asoka.Lelanang Mana tersadar dari pingsannya. Memasang wajah muak seolah tak peduli, p
Meredam aura iblis dalam tubuh Asoka, Ki Seno Aji minta agar pemuda itu diistirahatkan lebih dulu di gubuk milik Ki Damardjati. Penetralan energi dilakukan di sana.Dibantu Datuk Lembu Sora dan Ki Setyo Waringin, sang pendekar terkuat mulai melakukan meditasi, mencari iblis apa yang merasuki tubuh Asoka. Hampir dua jam meditasi dan berbincang dengan sesepuh siluman yang menguasai Nusantara, akhirnya Ki Seno tahu jenis iblis yang merasuki tubuh Asoka.Terperanjak mendengar nama Yasa disebut, pendar hijau Ki Damardjati terpental hingga merobohkan tiga pohon beringin besar."Yasa iblis merah terkuat?" tanya Ki Damardjati. "Setahuku, anak dalam ramalan memiliki hati yang suci dan bersih. Ini sedikit aneh."Ki Seno berdiri dan berjalan mondar-mandir. "Iblis Yasa terlalu berbahaya jika dibiarkan bersarang dalam tubuh pemuda ini. Aku harus menyegelnya di suatu tempat.""Segel batu laut sepertinya tidak cukup kuat untuk menahan kekuatan dahsyat iblis ini,
Asoka terbangun di hamparan pasir tandus luas, sepertinya ini gurun pasir. Menelan ludah terus-menerus karena kehausan, pemuda berkuncir mencari oase atau danau kecil. Namun semakin dia berlari, rasanya dia hanya berputar-putar di satu tempat saja.Hingga pemuda itu menemukan sebuah sumur dan seorang lelaki tua. Kulitnya terbungkus tipis, agaknya lebih cocok dianggap tulang dari pada daging. Lelaki tua itu berkata kalau sumur ini tidak pernah kering sejak kelahiran Bhagawad Gita dulu.Tepat empat ratus tahun lalu, berkah dewa api pernah diturunkan kepada Bhagawad Gita yang dilahirkan dari seorang gadis perawan tanpa suami bernama Dewi Anjarlaras.Berlari mengelilingi gurun selama tujuh kali semasa hamil, akhirnya Dewi Anjarlaras menemukan sumur yang diberkahi. Siapapun yang meminumnya, berhak mewarisi berkah Dewa Api.Berkah itu berupa anting bergambarkan matahari dan zirah berselimutkan api hitam. Fungsinya melindungi tubuh anak dalam ramalan dari segala
"Asoka sering mendengar nama Bhagawad Gita disebut-sebut oleh pendekar sakti Nusantara." Asoka membuka matanya, mengalihkan fokus latihannya ke arah pertapa tua di belakangnya. "Angkat aku jadi muridmu, Guru!"Bhagawad Gita menoleh ke arah Asoka, kemudian mendekati pemuda itu dengan kaki yang sama sekali tidak menyentuh tanah."Kau sudah jadi muridku, bahkan jauh sebelum kau hadir di dunia ini." Bhagawad Gita kembali menepuk pundak belakang Asoka. "Kita dihubungkan takdir yang sama. Aku, kau, dan semua anak dalam ramalan yang lain. Perbedaan kita hanya, apakah kau berhasil menumpas Serikat Zhang Ze, atau hancur lebur seperti yang dialami anak-anak dalam ramalan sebelumnya.""Guru, aku tidak paham tentang ramalan itu.""Kala bulan sudah dikuasai aura hitam, memancarkan cahaya ilusi yang menghasut semua pendekar kuat di dunia ini, kelak kau akan tahu kenapa kau yang terpilih jadi anak dalam ramalan. Pada hari itu, darah dan teriakan rasa sakit tergabung men
"Bertapalah di sini sampai kau bisa mengendalikan berkah Dewa Api yang ada di leher kirimu, mengendalikan pikiranmu, mengendalikan nafsumu, terlebih mengendalikan jiwa iblis yang selamanya akan bersarang di tubuhmu. Setelah dirasa cukup, kau boleh pergi, kembali ke kehidupan nyatamu." Asoka hanya diam mendengar perintah gurunya. Sesaat sebelum benar-benar pergi meninggalkan Asoka, sang guru memberi bingkisan kecil. Terpancar cahaya kehijauan dari dalam bingkisan. "Kekuatan berasal dari Dewata dan semua akan kembali ke Dewata pula. Dalam kehidupan ini, menjadi kuat tidak lah cukup. Meski kau menjadi sepertiku nanti, jadi pendekar tanpa tanding, tapi jika hatimu kotor, semuanya percuma. Tidak ada gunanya menjadi kuat!" "Murid mengerti maksud perkataan Guru, percaya jika semua perintah Guru mengandung kebaikan, untukku, untuk semua Nusantara, untuk para pendekar di dunia ini." Kepergian Bhagawad Gita menyisakan angin segar yang berhembus dari dal
Dahulu ketika Bhagawad Gita masih muda, dia juga melakukan hal yang sama seperti yang Asoka lakukan, bahkan butuh kisaran tujuh tahun hanya untuk melakukan tapa brata, penyucian diri dari semua aura iblis yang melekat di tubuhnya.Atas bimbingan Ki Damardjati, sang legenda akhirnya tahu apa arti dari kehidupan hingga bisa menggapai tahta tertinggi bertajuk pendekar terkuat sepanjang masa.Semua pendekar tingkat naga pasti mengalami hal yang sama. Karena itulah, pendekar yang sudah mencapai tingkat kahyangan akhir, harus menempuh waktu belasan, bahkan puluhan tahun agar bisa naik tingkat jadi tingkat naga awal.Beberapa bahkan rela diguyur air terjun sampai bahu mereka bungkuk permanen, atau dikubur hidup-hidup di lautan pasir panas demi menyempurnakan kanuragan yang mereka miliki.Tapi itu semua tidak berlaku untuk pendekar aliran hitam, terutama penyembah iblis atau pemuja setan yang penyebaraannya merata di tiap-tiap penjuru dunia. Bahkan pendekar alira