Ancaman terus menerjang mereka, baik dari lautan, badai, hingga beberapa siluman hiu tulang yang tiba-tiba muncul dari dasar laut. Mereka terus mengguncang kapal, berharap kayu jati yang melapisi dek bawah kapal hancur.
Lenong Panama tidak takut menghadapi para siluman, dia jauh lebih khawatir jika dek bawah kapal hancur, maka air laut akan masuk dan kapal akan tenggelam.
Arus terus bergulir, beberapa membawa remukan batu laut yang bisa menetralkan semua energi dan kanuragan seorang pendekar.
Geni yang kala itu dimintai tolong melindungi kapal dari serangan siluman hiu laut, malah mengaum keras. “Pangeran Kamandanu tidak memberiku perintah untuk membantu kalian, karena itu, kalian harus berjuang sendiri tanpa kekuatanku.”
Geni merubah wujudnya jadi cahaya kekuningan, lantas kembali ke dalam Pusaka Giok Api.
Tak berselang lama, muncul sesosok siluman gurita raksasa. Satu tentakelnya memiliki ukuran sama besar dengan kapal. Matanya m
“Hentikan kapalnya, Paman!” teriak Asokasangat keras, dia merasakan energi dahsyat dari bawah kapal. Jika kapal terus melaju, bisa jadi Topus menyerang dengan menusuk tentakelnya ke bagian bawah kapal, membelah kapal menjadi dua.Beberapa awak kapal memprotes keputusan Asoka karena lelaki itu bukan kapten sekaligus nahkoda kapal, tapi lancang berani memerintah.Anak buah LenongPanamayang memegangi tali jangkar langsung membentak Asokadengan kata-kata kasar.“Bocah, diam kau! Kau tidak tahu apapun mengenai Segitiga Siluman, jangan lancang menyuruh kami yang sudah puluhan tahun bekerja sebagai awak kapal!”“Paman, dia berkata benar, ada energi raksasa yang terasa dari bagian bawah kapal. Energi itu semakin besar setiap kali kapal melaju ke arah Utara … percaya pada kami!” Ranu menenangkan emosi para awak kapal.“Pergi ke dek belakang, temui kapten kami dan sampaikan maksud ucapanm
Ranu meloncat tinggi ke atas dan mengayunkan pedangnya tiga kali. Ayunan itu membentuk tiga buah garis tajam yang langsung mengenai gerombolan siluman ikan. Sayang, serangannya tidak mempan dan terpental ke atas saking kerasnya tulang siluman.“Sialan! Mereka bukan siluman biasa, aku harus menggunakan sedikit lebih banyak energi untuk menembus tulang-tulang keras itu!”Pijakan kaki Ranu berada di pegangan kapal. Ilmu meringankan tubuhnya masih dalam tahap pemulihan dan tidak bisa digunakan terus-menerus. Jika dipaksakan, Ranu bisa tumbang karena energinya terkuras habis untuk ilmu meringankan tubuh saja.Dengan sedikit tenaga yang tersisa, Ranu mencoba meniru jurus Asokayang dia tunjukkan sebelum berangkat mengarungi lautan pukul sembilan tadi.- Pedang Tanpo Wujud -Angin menyilang terbentuk dari gerakan pedang Ranu.Dalam sekejap, angin itu menghilang dan siluman ikan terus melaju ke arah kapal. “Rasakan seranganku!
Asoka harus bergerak cepat membantu rekannya. “Urus bagian pertahanan kapal, aku akan menyerang mereka sampai kau selesai membentuk perisai energi!”Ranu memegangi pedangnya dengan dua tangan. Pedang itu dia angkat tinggi-tinggi hingga memancarkan cahaya kekuningan, mengelilingi kapal seolah cahaya itu adalah perisai energi yang terbuat dari api kuning pertahanan.Lenong Panama loncat tinggi menggunakan ilmu meringankan tubuh, dia berdiri di sebuah ruangan kecil melingkar antara dua layar kapal, mengamati aliran air dan mencari tahu mana arus yang belum dicemari batu laut.Merasa kurang puas berdiri di samping layar, Lenong kembali loncat dan dia nekat jongkok di atas tiang penyanggah layar yang diameternya hanya tiga puluh centi. Hilang keseimbangan sedikit saja, Lenong bisa jatuh dan mengoyak kayu dek tengah kapal.“Cepat buka layar dan ambil alih kemudi!” teriak Lenong Panama dari atas tiang, masih berposisi sebagai pengamat cua
“Kita tidak bisa bergantung pada perisai ini, Ranu.” Asoka coba menerawang masa depan seperti yang dilakukan Lenong Panama karena dia tahu, Topus tidak akan diam begitu saja melihat kapal ini masih berlayar di atas kerajaannya.“Siluman Topus hanya menggunakan serangan fisik. Energi kita bisa terkuras kalau terus-terusan memasang perisai, sedangkan kita harus menyerang dan mengalahkan siluman itu.”Ranu menyetujui ucapan Asoka, mereka harus mengambil tindakan sebelum Topus meluncurkan serangan yang jauh lebih hebat. “Seharusnya begitu, tapi melepas perisai energi bukan pilihan terbaik. Kapal bisa karam tersapu tsunami raksasa, belum lagi gerombolan paus dan siluman hiu tulang yang terus-terusan mengobrak-abrik bagian samping kapal.”“Ini sangat rumit,” ujar Asokadengan wajah cemas.“Percakayan bagian pertahanan kapal padaku. Perisai energiku pasti dapat menahan serangan selanjutnya.”R
Asokasemakin yakin kalau Topus memiliki kedudukan tinggi di kerajaan yang sering disebutSegitiga Silumanini.Dari ukuran tubuh dan daya hancur serangan, Topus tiga kali lipat lebih kuat dari Batara Wasji, siluman kelelawar yang dia lawan di Hutan Larangan.Yang berbeda, kulit Topus tidak sekeras kulit Batara Wasji, dan mungkin hal itu yang menyebabkan Gatra enggan meminjamkan sedikit energi mustika merah karena dia tahu, Asoka dapat mengalahkan sang gurita dengan kekuatannya sendiri.“Aku pasti bisa menembus sisik gurita menjijikkan itu,” lirih Asokayang bersiap di moncong depan kapal.Topus semakin ganas begitu melihat Asokaberdiri di sana.Energi dalam tubuh lelaki itu membangkitkan hasrat tinggi Topus untuk segera meruntuhkan kapalseolah energi dalam tubuh Asoka dapat digunakan untuk hal jahat seperti membangkitkan iblis Roshan atau menghancurkan seluruh pendekar aliran putih.Gatra masih be
Asokaterkejut, perisai energi di bagian depan kapal tiba-tiba menghilang tepat ketika Topusmengayunkan dua tentakelnya. Ukuran tentakel itu sepuluh kali lipat lebih besar dari tubuh Asoka. Panjangnya setara tiga kali panjang kapal.“Tidaaaakkk!”“Ranu sialan! Kenapa kau tidak memberitahuku lebih dulu … dia ingin membunuh kita semua!” Asoka terus-terusan mengumpat sembari berpikir, masih ada waktu empat detik sebelum tentakel itu menghantap dek depan kapal.Hanya ada satu cara, serangan ditangkis dengan serangan!Dengan segenap energi dalam tubuhnya, Asokameloncat tinggi ke arah Topus. Satu-satunya jalan untuk menyelamatkan kapal hanyalah mengadu kekuatan tentakel dengan Pedang Kalacakrayang sudah dilapisi energi alam.“Jangan lakukan itu!” teriak Lenong Panama yang melihat Asokameloncat.Terlambat.Pemuda itu sudah menolakkan kakinya ke dek bagian depan kapal. As
“Ketika kau takut, pintu kegagalan sudah menunggu di depan pelupuk mata.” Gatra mengulang kata-kata yang pernah dia katakan pada Bhagawad Gita dulu.Paham dengan apa yang harus dia lakukan, Asoka segera menggerakkan kakinya memutar searah hembusan mata angin untuk meningkatkan kekuatan serangan elemennya.“Ajian Ilmu Putih, Pusaran Kaki Tandus!”Asokamelakukan gerakan memutar di udara dan menendangkan tumitnya ke ruang kosong.Retakan udara terbentuk dua meter di atas kapal, disusul gempa dahsyat yang mengguncang seluruh selat.Blar!Tendangan itu menimbulkan hentakan besar di lautan.Mulut siluman hiu yang tadinya ternganga, langsung menutup. Pendarahan terjadi pada siluman hiu itu. Serangan berhasil mankhlukkan siluman hiu tulang yang ukurannya tiga kali lipat lebih besar dari siluman hiu tulang lainnya.Asoka yakin, siluman hiu tulang yang ingin memangsanya merupakan pemimpin prajurit siluman Segi
Pedang Kalacakramengeluarkan asap kembali, tapi warnanya sedikit kemerahan. Asap itu menyelimuti pedang dan keluarlah api dari ujung Pedang Kalacakra.Aliran energi alam bercampur kekuatan mustika merah terkandung dalam pedang itu.Campurannya menghasilkan tato pendar berupa garis kekuningan yang terhempas dari ujung gagang hingga puncak bilah.“Kita harus melakukannya sekarang!”Tidak mau menunggu lagi, kaki Asokamendepak angin dengan posisi muka di bawah.Di sisi belakang kapal, Ranu masih bertarung dengan beberapa siluman tulang ikan. Semakin dibunuh, jumlah mereka terus bertambah. Setiap tulang yang terpecah akan membentuk siluman baru. Begitu terus tiada habis.Ranu tidak kehabisan akal. Dia tahu jurus ini saat berlatih dengan Empu Nara. Ada sesosok siluman lintah yang menjaga bagian belakang perguruan. Siluman itu bisa membelah setiap kali terkena serangan hebat.“Kelemahan siluman dengan kekuatan mem