“Aaak! Aaak!” Pergumulan penuh bara asmara berlangsung di kamar Iblis Jelita yang harum. Saat itu, orang lain dilarang keras untuk mengintip, apalagi masuk menyaksikan. Bukan Iblis Jelita yang memekik nikmat, tetapi justru Ardo Kenconowoto yang menjerit berulang kali. Entah apa yang terjadi terhadap Ardo dalam pergumulan tanpa busana tersebut? Perpaduan antara wanita yang sangat haus asmara dan sangat berpengalaman dalam kuda-mengkuda dengan pemuda yang sedang kecanduan asmara dan sangat penasaran, membuat pengalaman pertama Ardo itu berlangsung sangat sengit. Iblis Jelita sangat tekun mengajari dan menuntun, sementara Ardo sangat ingin belajar dan membuat Nyai Sakti bahagia dengan layanannya. “Aaak…!” “Aaah!” Setelah pertarungan yang perlu napas panjang dan menghasilkan peluh asmara, akhirnya Ardo memekik keras dan panjang, seperti orang kesakitan, padahal itu pekik puncak pelepasan yang sangat enak baginya saat itu. Itu perkara paling legit yang pernah dia rasakan dalam hidupn
“Aku ingin bicara sebentar denganmu, Jelita,” ujar Adipati Banting Arak. Dia lalu bergerak turun dari kereta kudanya meninggalkan Anoman seorang diri. Melihat itu, Iblis Jelita ikut turun dari punggung kudanya. Di saat Adipati Banting Arak dan Iblis Jelita bertemu di pertengahan jarak, Ardo dan Anoman saling tatap tanpa nuansa persahabatan. “Kau telah menjadi musuh Kerajaan Panesahan, Jelita. Selain membunuh para perwira, kau juga telah membantai dua pasukan arjunatama….” “Apakah kau mau mencoba menangkapku?” tanya Iblis Jelita memotong kata-kata sang adipati. “Tidak, tidak. Aku menghargai kesepakatan damai kita. Tidak lama lagi aku akan menjadi musuh Kerajaan juga, karena aku akan menguasai Kadipaten Babatoto. Aku telah menggunakan tangan putra mendiang Nyai Wetong untuk membunuh Adipati Rentang Gatang. Karena….” “Kau memberontak, Adipati?” tanya Iblis Jelita dingin, kembali memotong. “Ya.” “Jadi, karena kita sama-sama musuh Kerajaan, kau mau mengajakku untuk bersekutu denganm
“Kakang Ardo, hentikan!” teriak Rinta Kemiri.“Tidak, dia telah mengintip Nyai Sakti. Keholmatan Nyai Sakti halus aku lindungi!” seru Ardo tanpa mau berhenti.“Kakang Sambar, berhenti!” seru Rawa Kujang pula kepada kakaknya.“Aku tidak akan berhenti sebelum menghajar pemuda mesum ini!” seru Sambar Anuk pula sambil terus bertarung melawan Ardo.Saat itu pertarungan masih berlangsung secara umum dengan pukulan dan tendangan biasa yang saling berusaha mengenai lawan.“Kakang Rawa, tolong pisahkan mereka berdua,” kata Rinta Kemiri kepada Rawa Kujang.“Iya,” ucap Rawa Kujang sambil mengangguk.Pemuda tampan berwajah halus itu lalu berlari meninggalkan kudanya. Dia memasukkan dirinya ke antara kedua petarung itu.Dak dak!Rawa Kujang menangkis pukulan Ardo dan Sambar Anuk yang sebenarnya bukan untuknya.“Hentikan pertarungan kalian!” seru Rawa Kujang kepada keduanya.Dak! Beg!Kembali Rawa Kujang menangkis tendangan kakaknya agar tidak sampai kepada Ardo. Namun sayang, tinju kiri Ardo justr
“Jangan dekat-dekat lagi dengan pemuda berpedang itu, Linta. Aku khawatil dendam meleka dilampiaskan kepadamu,” kata Ardo kepada adiknya saat perjalanan pulang menuju sungai.“Iya, Kakang,” ucap Rinta Kemiri. Lalu tanyanya, “Kakang, apakah kakak Kakang Rawa akan mati?”“Entahlah. Dia telkena Tinju Mustika Hijau. Aku tidak tahu pasti kekuatan pukulan ilmu itu. Aku tidak tahu, apakah dia akan mati atau tidak,” jawab Ardo.“Kakang harus hati-hati. Aku dan Ibu tidak ingin Kakang celaka,” kata Rinta Kemiri.“Jangan cemas, kakangmu ini sudah menjadi pendekal yang diakui oleh tiga gulu Iblis. Aku sekalang belgelal Pendekal Tiga Iblis. Buktinya aku bisa dengan mudah mengalahkan lawanku,” kata Ardo.“Kenapa Kakang pergi menyusul Ibu ke pasar?”“Nyai Sakti ingin bicala penting kepada Ibu. Jadi aku ingin menjemput Ibu. Telnyata kau yang jualan.”“Bicara penting tentang apa?” Rinta Kemiri penasaran.“Nyai Sakti ingin melamalku, Linta,” jawab Ardo seraya tersenyum sambil menengok kepada adiknya.“
Drap drap drap…! Sekitar seribu prajurit berseragam hitam-cokelat keluar dari markas besar militer Kerajaan Panesahan. Ada puluhan prajurit berkuda, ratusan prajurit pejalan kaki dengan tiga keahlian senjata yang berbeda, yaitu pedang, tombak dan panah. Pasukan itu dipimpin oleh Panglima Tiga Seblak Alus. Seorang panglima tiga memiliki wewenang memimpin seribu prajurit dalam satu pasukan besar. Di bawahnya ada tiga orang perwira berpangkat arjunasiwa yang masing-masing membawahi tiga ratus orang prajurit. Selain itu, pasukan itu juga mengikutkan empat pendekar sakti, paling sakti yang untuk sementara dimiliki oleh Kerajaan Panesahan. Mereka yakni: Perwira Hidung Baja, Si Tombak Ayun, Setan Bayang Merah, dan Nenek Tanpa Luka. Pengerahan pasukan itu atas perintah Prabu Rawasakti setelah Maroto sampai ke Istana dan melapor. Masih ingat prajurit yang bernama Maroto? Itu loh, prajurit cengeng yang satu-satunya disisakan hidup oleh Iblis Jelita. “Iblis Jelita bilang, kirim pendekar ters
Ketika Iblis Jelita, Ardo Kenconowoto dan Rinta Kemiri tiba di sekitar Tugu Setia, mereka belum melihat keberadaan sosok-sosok yang punya niat menantang bertarung.Karena musuh belum terlihat daun telinganya, Iblis Jelita memilih pergi ke kedai makan, hal yang sama dia lakukan delapan tahun lalu sebelum bertarung melawan Nyai Wetong.Sekedar mengingatkan. Tugu Setia adalah tugu batu berbentuk tombak raksasa yang menjulang lurus ke arah langit. Tugu itu memiliki tebal dua pelukan tangan orang dewasa. Jika tombak sungguhan memiliki mata yang runcing, tetapi tombak batu itu tidak lancip, tapi tumpul seperti kepala yang gundul, sehingga terlihat seperti simbol keperkasaan lelaki. Tingginya empat kali tinggi tubuh lelaki ideal. Tugu Setia adalah simbol kesetiaan seorang lelaki. Yang jelas tugu itu memiliki cerita panjangnya sendiri.Kedatangan Iblis Jelita selalu menjadi pusat perhatian. Tidak saja di kala dia masih berpenampilan seronok, tetapi juga ketika dia sudah tobat dari penampilan
Slass!Tiba-tiba pedang yang dicabut oleh Rawa Kujang bersinar putih sangat menyilaukan mata semua orang yang memandangnya, termasuk Ardo.Saking terangnya silauan pedang itu, semua yang melihat sinar pedang jadi buta dalam keputihan. Keputihan pandangan maksudnya, bukan keputihan penyakit wanita. Semoga tidak salah paham.Mereka tidak bisa melihat apa-apa selain warna putih polos, termasuk Ardo.Ardo langsung bisa menduga apa yang akan terjadi di saat dia tidak bisa melihat apa pun selain warna putih terang membuat matanya menutup.Syess! Tesss!Meski tidak bisa melihat apa yang menyerangnya, tetapi Ardo mampu merasakan energi yang datang cepat kepadanya.Di saat Rawa Kujang datang melompat dengan tebasan pedang yang bersinar putih menyilaukan, Ardo cepat mengeluarkan ilmu Perisai Hijau, yaitu sinar hijau lebar berpola susunan daun melebar. Lapisan sinar itu muncul di depan tubuh Ardo dengan arah hadap kepada serangan yang datang.Pedang bersinar putih itupun menebas lapisan sinar hi
Untung kepala Akar Sejara terlindungi oleh tangkisan tangan yang mengandung ilmu Pembunuh Sadis. Kuatnya energi ilmu itu berjasa besar menyelamatkan kepalanya dari tendangan Lompatan Iblis Mabuk Ardo Kenconowoto.Meski selamat, Akar Sejara tetap merasakan kepalanya pusing dan berat. Sedikit banyaknya itu akan mempengaruhi performanya dalam bertarung.“Lelele…!” teriak Ardo dengan lidah cadelnya.“Kau dengar teriakan kakakmu, Rinta?” tanya Iblis Jelita kepada Rinta Kemiri, adik Ardo yang usianya 18 tahun, hanya selisih dua tahun dari usia kakaknya.“Iya, Nyai. Itu teriakan kegembiraan Kakang Ardo,” jawab Rinta Kemiri.Saat itu mereka masih duduk di dalam kedai makan, tetapi di dekat jendela agar bisa menyaksikan langsung pertandingan meski dari jauh.“Itu tandanya dia sudah menikmati pertarungan itu. Jika dia sudah bertarung dengan gembira, aku pun akan sulit mengalahkannya. Yang harus kau tahu, kakakmu murid tiga orang Iblis, bukan satu Iblis saja,” kata Iblis Jelita.Di medan tarung,