Share

Calon Mertuaku

Makanan yang aku hidangkan udah siap untuk dicicipin sama para juri. Tapi masih juga pertanyaan receh yang keluar. Ya, nggak apa-apa, sih. Malah jadi seru dibuatnya.

“Abdi negara cabang apa?” Aku jawab loreng tapi bukan bagian umum, jadi nggak bisa aku kasih tahu secara spesifik.

“Udah berapa tahun tugas.” Aku jawab mau jalan lima sama masa pelatihan.

“Emang udah boleh nikah kalau misalnya nih, Iqis terima kamu dan kamu lamar dia.”

“Is, Om apaan, sih?” protes gadis bergigi taring satu.

“Boleh, paling cepat itu nikah dua tahun sejak masa dinas.” Apakah ini tanda-tanda lamaranku diterima?

“Oke, bawa makanannya ke sini.” Chef Aron menyela perbincangan dari kami.

Aku maju dan menghidangkan coto Makassar pakai daging sapi. Iqis maju duluan, dia mencicipi sambil melirikku, eh, cieh, agak senyum dikit.

Pas sendok itu diambil dan dimasukin dalam mulutnya, pikiranku jadi berkelana. Ekpresi Iqis agak lain dan dia melihatku dengan raut wajah kecewa. Kenapa, menurutku itu enak banget.

Ma
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status