Di dalam sebuah kamar pelayan yang ada di bagian belakang dari rumah keluarga Aditama. Terlihat seorang gadis cantik kini sedang duduk meringkuk di atas ranjang.Dengan ditemani seorang wanita yang usianya 8 tahun lebih tua darinya, gadis itu menangis sesegukan menceritakan semua hal yang telah terjadi padanya semalam."Ya, Allah, Nay. Kamu yang sabar ya!" ujar Eni yang ikut menitikan air matanya karena merasa sedih ketika mendengar semua ceritanya tadi."Hiks ... hiks ... sekarang aku harus bagaimana, Mbak? Mahkotaku kini sudah hancur da-dan aku sudah tidak suci lagi, Mbak. Hiks ... hiks!" ucap Nayla. Dengan tersedu-sedu gadis berlesung pipi itu masih meneruskan tangisnya yang seolah tidak bisa untuk dihentikan.Eni langsung memeluknya dengan sangat erat. Lalu mengusap-usap punggungnya pelan, mencoba untuk menenangkannya. Sungguh ia merasa miris, iba dan tidak tega melihat gadis yang baru 4 bulan yang lalu ia bawa untuk bekerja di rumah ini, tengah bersedih.Dirinya tidak pernah meny
"Ternyata se-semalam dia telah tidur dengan Arga, Pah!" kata Larissa."Apaa?!" Lagi-lagi semua orang yang sedang berada di kamar itu dibuat syok saat mendengar tiap perkataan yang diucapkan oleh Larissa."A-apa maksud kamu, Sayang?" tanya Winda dibuat kebingungan belum mengerti arti dari perkataan ambigu yang dilontarkan oleh putrinya ini."Sekarang semua keluar!" usir Aditama kepada beberapa orang pelayan yang sedang berdiri di samping Nayla.Dengan patuh, ketiga orang pelayan itu keluar dengan satu per satu meninggalkan kamar tersebut. Hingga akhirnya di saat Eni berjalan ingin menuju pintu, lelaki paruh baya itu langsung mencegahnya."Tunggu, Eni! Kamu tetap di sini temani Nayla!" titahnya lagi."Ba-baik, Tuan," jawab Eni menggangguk. Kemudian ia bergerak mendekati Nayla dan menuntunnya untuk kembali terduduk di pinggir ranjang."Sekarang jelaskan, Nayla! Apakah yang dikatakan oleh Rissa tadi adalah benar?" tanya Aditama mulai menginterogasi. Dengan wajah yang terlihat datar, tatap
"Apaa?! A-arga datang ke sini?" pekik Larissa syok.Sontak secara bersamaan semua orang yang sedang berada di kamar itu langsung merasa panik dan juga tegang."Duh ... bagaimana ini, Pah, Mah?" tanya Larissa merasa kebingungan."Ya udah, tolong suruh dia menunggu dulu, Bik. Biar nanti kami akan menyusul ke sana," tukas Aditama."Baik, Tuan. Permisi." Lalu pelayan wanita yang berusia 30 tahunan lebih itu segera pergi menuju ke ruang tamu untuk menyampaikan pesan Tuannya ini kepada lelaki yang kini telah berstatus sebagai anak mantu majikannya."Sekarang kamu pergi temui Arga! Dan sebisa mungkin kamu harus bersikap normal, jangan sampai ada yang mencurigakan, Ok!" saran sang ayah."Baik, Pah," jawab Larissa mengangguk patuh.Kemudian pria paruh baya itu menoleh ke arah Nayla."Dan kamu. Tetaplah berada di sini, jangan pernah keluar dari kamar sebelum Arga pergi dari sini. Mengerti?" lanjutnya."Me-mengerti, Tuan," Dengan terbata gadis itu juga menganggukkan kepalanya."Ayo, Mah, Rissa k
Di pinggir kolam renang, Arga masih terus sibuk mengamati keadaan di sekitar rumah itu. Dengan sorot mata yang tajam, setajam mata elang yang sedang mencari mangsa. Lelaki tampan berkemeja hitam itu tampak seperti sedang mencari ataupun sedang menyelidiki sesuatu hal di rumah tersebut.Sembari terus mengayunkan langkah kakinya, pandangan matanya menelisik menyusuri tiap sudut ruang yang ada di sekitarnya. Keadaan di sekitar kolam itu tampak tenang dan sunyi. Tidak ada yang mencurigakan.Selain kursi dan meja tempat ia duduk tadi, di sisi kanan kiri kolam itu ada hamparan rumput hijau yang dilengkapi dengan beberapa macam bunga atau pun tumbuhan hias yang membuat suasana di kolam itu tampak asri dan sangat sejuk di pandang mata.Lalu, tanpa sengaja kedua netranya tertuju pada sisi lain dari tempat ini. Pandangan matanya jauh menyorot lurus ke depan. Di mana ia mendapati ada sebuah bangunan kecil yang berada di bagian paling sudut belakang rumah tersebut.Bangunan itu tampak seperti dere
Sementara dari dalam kamar, gadis cantik yang sedang mengintip lewat kaca jendela itu tampak syok dan juga merasa sangat panik, saat melihat Arga yang kini seperti sedang berjalan menuju ke arahnya.Dengan reflek ia segera menutup gorden. Sehingga membuat lelaki itu menyadari pergerakannya."Aduh ... gawat! Apakah laki-laki itu akan menuju ke mari?" batin Nayla mulai resah.Kini dengan bergerak gusar, gadis itu berjalan mondar-mandir di dekat ranjang. Sesekali ia menoleh ke arah pintu. Sungguh ia merasa sangat panik dan juga ketakutan.Ia takut jika lelaki itu datang menghampirinya. Namun, ia berusaha untuk tetap tenang dan mencoba berpikiran positif."Tidak mungkin, 'kan laki-laki itu akan masuk ke dalam kamar ini. Lagi pula buat apa ia ke sini? Ah ... mungkin ini hanya perasaanmu saja, Nayla! Jadi, kamu harus tetap tenang, ok?" batin Nayla sibuk berbicara dengan dirinya sendiri."Huff ...." Sembari menempelkan tangan di dada, Nayla menghela nafasnya dengan pelan. Berusaha menenangka
Fllashback.Beberapa menit yang lalu.Brugh!Eni yang sedang tergesa-gesa berlari masuk ke dalam rumah, dengan tanpa sengaja ia malah menabrak sang majikan yang sedang berdiri tepat di hadapannya."Aduh, Maaf, Tuan!" ujar Eni menundukan kepala."Eni, kamu ini kenapa sih? Kaya lagi dikejar-kejar setan aja!" celetuk Aditama merasa keheranan melihatnya."I-itu, Tuan, gawat!" jawab Eni dengan wajah yang terlihat tegang dan gugup ia menunjuk ke arah kolam renang."Hah, gawat! Gawat apanya?" sambar Winda yang baru saja akan memanggil suaminya untuk makan malam, merasa penasaran saat mendengar ucapannya.Kini ketiga orang itu sedang berdiri di tengah-tengah ruangan yang berada tepat di depan tangga. Lalu, dengan saling melempar pandang satu dengan yang lainnya, sepasang suami istri itu menjadi ikut panik ketika melihat wajah tegang pelayannya itu."Ih ... Eni! Kok malah diam aja, sih!" tegur Winda yang kesal melihat pelayanan itu malah terdiam."Sebaiknya kalian tenang dulu. Ayo kita ke ruan
Tok-tok-tok!Kedua orang yang sedang berada di dalam kamar itu terjingkat kaget dan langsung menoleh ke arah pintu. Keduanya tampak syok saat melihat dua majikannya itu sedang berdiri di depan pintu yang belum sempat tertutup tadi."Em ... maaf, Nayla. Kurasa kita perlu bicara," ucap Aditama.Nayla pun mengangguk. Kemudian ia segera turun dari ranjang dan berdiri di samping tempat tersebut.Kemudian sepasang suami istri itu memasuki kamar. Lalu, Winda memilih untuk duduk di kursi kayu kecil yang ada di sana. Sementara suaminya berjalan mendekati dua pelayan itu.Lelaki paruh baya itu tampak resah dan bimbang. Karena dengan berat hati dia terpaksa harus mengambil keputusan yang menurutnya sangat-sangat merugikan bagi gadis malang ini.Namun, ia tidak ada pilihan lain. Dia harus mengambil keputusan ini, walaupun harus mengorbankan masa depan gadis tersebut. Ia lakukan demi kebaikan semua orang. Terutama kebaikan putri semata wayangnya itu dan tentu saja demi masa depan dari bisnis kelua
Di sebuah klub malam yang sangat terkenal mewah dan megah, sengaja Arga ingin mengadakan pesta pernikahan bersama teman sesama anak pengusaha kaya ataupun teman rekan bisnisnya.Lelaki tampan nan rupawan itu telah memesan sebuah tempat khusus untuk mereka berpesta nanti. Ya, sudah biasa pria tersebut memang senang sekali melakukan berpesta ria ataupun berfoya-foya dengan cara berdugem, meminum minuman keras dan bahkan bermain perempuan juga di sana.Nampak sekumpulan para tamu undangan sudah mulai berdatangan memenuhi ruangan VVIP yang memang dikhususkan hanya untuk orang-orang dari kalangan elite saja yang bisa masuk ke sana.Orang-orang tersebut ada yang datang bersama pasangannya dan ada juga yang datang hanya bersama teman-temannya saja alias para jomblo yang belum mempunyai pasangan ataupun istri.Sembari menunggu sang empu yang menyelenggarakan pesta mewah ini. Semua orang itu kini sudah tampak sibuk mulai menikmati pesta tersebut. Ada yang sedang mengobrol saling menyapa dan b