Share

Merasa Janggal

Di hotel Kartika, hotel bintang lima yang terkenal mewah dan megah di Jakarta, tepatnya di ballroom. Terlihat pihak wedding organizer tampak sibuk mendekorasi pelaminan yang diadakan di ballroom hotel bintang lima itu.

Terlihat banyak awak media yang berdatangan untuk meliput jalannya pernikahan yang fenomenal itu. Di mana di tempat ini akan diadakan pesta pernikahan antara dua anak pengusaha kaya raya yang pasti akan menjadi topik hangat yang memenuhi berita-berita di berbagai media.

Walaupun acara pernikahan itu akan diselenggarakan pada pukul sepuluh pagi, namun para pemburu berita itu sudah stanbay dari subuh tadi. Ya, seperti itulah mereka rela melakukan itu semua semata-mata hanya untuk bisa meliput berita itu secara ekslusif.

Sementara di tempat lain, kini Nayla berdiri mematung di tengah-tengah jalan. Matanya langsung membulat dengan sempurna, ketika melihat siapa yang kini sedang terduduk di depan pak penghulu. Raut wajahnya menyiratkan antara syok dan juga kebingungan. Ia benar-benar tidak percaya dengan apa yang ia lihat kali ini.

Dengan tatapan yang penuh tanda tanya ia menoleh ke arah samping, di mana sang majikan sedang berjalan mendampinginya. Wanita paruh baya itu hanya tersenyum manis kepadanya, tanpa mengeluarkan sepatah kata pun. Yang membuat gadis itu semakin bingung dengan keadaan sekarang ini.

Dalam hatinya pun berkata, "Aduh ... bisa gawat ini? Bukankah itu CEO muda yang sedang viral di media sosial itu, 'kan? Kenapa cowok itu yang harus menjadi pengantin laki-lakinya, sih? Aduh, bisa bahaya ini kalau aku sampai ketahuan bagaimana? Yang ada aku bisa langsung dihabisin sama dia nanti."

"Ayo, kita harus ke sana sekarang! Liat para tamu sudah menunggu kita dari tadi, Nayla!" ucapan Winda langsung membuyarkan lamunannya dan membuat gadis berlesung pipi itu tersadar.

"Ta-tapi, Nyonya!" Ingin sekali Nayla menolak pernikahan ini dan lari ke ujung dunia agar bisa membatalkan pernikahan tersebut. Namun belum sempat ia melakun itu. Dia kembali melihat raut wajah seram Winda yang kini sedang menatapnya tajam.

"Ingat dengan perjanjian kita, Nayla! Jika bukan karena keteledoranmu itu, mana mungkin Larissa bisa kabur seperti ini? Jadi, sekarang kamu yang harus bertanggung jawab! Jangan sampai keluargaku nanti malu karena semua ini. Mengerti!" Dengan setengah berbisik wanita yang masih terlihat cantik walau usianya sudah tak muda lagi mulai menggertaknya.

"Dan ingat, jangan sampai rencana kita ini gagal. Jika sampai gagal, maka kamu akan rasakan akibatnya nanti!" lanjutnya lagi.

Lagi-lagi dengan sangat terpaksa Nayla hanya bisa mengangguk pasrah. Sungguh ia merasa sangat tertekan sekaligus bimbang dan ragu di hadapkan dengan pilihan yang sangat-sangat sulit baginya ini.

Dirinya benar-benar tidak berdaya untuk bisa menolak semua ini? Ia harus menuruti kemauan kedua majikannya itu untuk bisa memperoleh uang 10 juta tersebut? Namun, di luar diguaan. Masa ia harus menikah dengan CEO yang terkenal angkuh dan sangat arogan itu?

Ya, walaupun bukan menikah dalam artian yang sebenarnya. Justru itu yang membuatnya merasa sangat khwatir dan ketakutan setengah mati. Sungguh dia merasa sangat syok dan juga bingung dengan situasi sekarang ini.

Dengan tatapan kosong dan wajahnya yang terliat pias. Kini langkah kakinya terasa sangat berat, ia terpaksa mengikuti ke mana langkah Winda membawanya. Hingga pada akhirnya ia terduduk di sebelah pria yang akan menjadi calon suami palsunya itu.

Kini dada gadis bermasker itu berdebar dengan sangat kencang dan perasaannya pun mulai tidak karuan. Keringat mulai mengucur deras di dahinya, telapak tangannnya yang terasa sangat dingin dan kaku bergerak gusar.

Sembari duduk menunduk ia terlihat begitu gugup dan grogi ketika ijab kobul akan dimulai.

Sementara di kursi sebelahnya, tampak seorang pemuda sedang duduk di depan penghulu. Ditemani oleh beberapa para tamu undangan yang duduk berjejer di sekitarnya. Pemuda itu terlihat sangat tampan, gagah dan mempesona dengan mengenakan jas pengantin berwarna putih yang senada dengan pakaian pengantin wanita.

Ketika melihat sang memepelai wanita yang sedang berjalan mendekat ke pelaminan tadi. Pandangan semua orang langsung tertuju kepadanya.

Walaupun wajah gadis itu tertutup masker, namun aura kecantikannya masih saja tetap terpancar dengan sangat jelas. Hingga mampu membuat orang yang memandangnya pun merasa terkagum-kagum, takjub, dan langsung terhipnotip oleh kecantikan gadis itu.

Begitu juga dengan Arga Dewantara, nama si pemuda sang calon pengantin pria itu juga cukup terkesima melihatnya. Dia kini tertegun memandangi sang calon istrinya itu. Sungguh ia merasa begitu luar biasa aura kecantikan yang terpancar dari gadis yang akan menjadi istrinya ini. Gadis itu terlihat begitu cantik nan ayu bak putri keraton dengan kebaya putihnya sedang berjalan anggun mendekat ke arahnya.

Namun, sayangnya ia belum bisa melihat kecantikan yang sesungguhnya wajah gadis tersebut. Karena masker yang melekat di wajahnya itu menutupi hampir separuh wajah gadis tersebut. Sehingga membuat pemuda itu mengernyitkan dahi menatapnya dengan keheranan.

Dirinya merasa ada hal yang aneh, kenapa gadis tersebut harus memakai masker? Bukankah seluruh tamu ataupun para pengunjung yang menghadiri acara ini sudah lolos tes web Corona. Berarti mereka semua tidak perlu memakai masker lagi, kan? Lalu, kenapa hanya dia sendiri saja yang hanya memakai masker? Sungguh aneh, bukan?

Entah kenapa hatinya ini seperti merasa ada yang tidak beres dengan wanita itu. Namun, ia pun tidak tau apa penyebab yang membuatnya merasakan keanehan tersebut.

Berbagai macam pertanyaan mulai bermunculan dalam hati. Hingga membuat lelaki itu tertegun dan terbengong menatapnya.

Saking terbengongnya dia, hingga membuat orang-orang yang melihatnya pasti mengira kalau pemuda itu sedang terpesona dengan kecantikan gadis yang akan menjadi istrinya tersebut.

"Hey, Bro! Awas ngeces tuh air liurmu!" Sambil menepuk pundak lelaki itu, Daniel yang duduk di belakangnya, melihat Arga yang terbengong seperti sapi ompong memandangi wajah cantik yang tertutup masker sang calon pengantin. Ia pun langsung menggodanya.

"Ih, apaan sih lo?" jawab Arga sewot.

Namun pemuda yang seumuran dengannya itu malah tersenyum tengil terus mengejeknya. "Alah ... gak usah malu gitu deh, Ga! Kemarin-kemarin ... aja nolak mati-matian. Eh, sekarang malah gak mau kedip ngeliatinya. Awas, nanti bisa jatuh cinta loh!" celetuk Daniel yang mulai jail menggodanya.

"Berisik! Bisa diam gak?" geram Arga merasa kesal. Dengan setengah berbisik kepada temannya itu, kedua matanya pun melotot tajam ke arah pria tersebut.

Namun Daniel hanya terkekeh menahan tawanya agar tidak mengganggu orang-orang yang ada di sana.

"Kamu, merasa aneh gak sih, Dan?" tanya Arga dengan nada yang sangat pelan agar tidak sampai terdengar oleh orang lain yang berada di sekitarnya.

Kini bergantian Daniel yang mengerutkan dahinya merasa kebingungan. "Hah, aneh bagaimana?"

"Liat semua orang di sini gak ada yang memakai masker. Lalu kenapa dia pakai masker sendiri?" ujar Arga sembari melirik ke arah semua orang yang ada di sekitar sana.

Sehingga membuat pemuda berkemeja hitam itu ikut mengedarkan pandangannya ke seluruh orang-orang tersebut. Lalu beberapa detik kemudian, baru ia menyadarinya. "Eh, iya ya. Kok bisa gini?"

"Cih, sungguh ini benar-benar aneh bukan? Dan ... entah kenapa aku jadi merasa curiga, ya?" sambung Arga lagi.

"Hah, curiga bagaimana?" sahut Daniel.

"Ya, aku merasa seperti ada yang janggal saja. Tapi ... apa ya?" Arga merasa kebingungan sendiri.

"Ah ... itu mah cuma perasaan kamu aja kali," imbuh Daniel.

"Tapi ... ya sudahlah." Arga langsung menghentikan ucapanya di saat ia melihat gadis yang kini sudah duduk berada di sisinya.

Lalu sambil melirik sinis, Ia mencuri pandang mengamati gadis tersebut. Dan ia dapat melihat kalau sang calon istrinya ini tampak begitu panik dan juga tegang. Itu semua terlihat jelas dengan cara ia yang kini duduk menunduk dan terus bergerak gusar. Seolah gadis itu sedang merasa ketakutan ataupun karena hal yang lainnya, ia pun tidak tau.

"Baiklah, saudara Arga. Apakah Anda sudah siap?" tanya si Pak penghulu membuat pemuda itu terkesiap kaget dan langsung tersadar dari lamunannya.

"Iya, saya sudah siap, Pak." Arga mengangguk mantap.

"Baiklah, kita mulai ijab kabulnya sekarang." Kemudian Pak penghulu itu menjabat tangan sang mempelai pria.

"Saudara Arga Dewantara, saya nikah dan kawinkan dengan saudari ...."

"Saya terima nikah dan kawinnya ... dengan mas kawin tersebut dibayar tunai." Suara Arga terdengar begitu mantap dan lantang.

"Sah!"

"Sah!" sahut semua orang.

"Alhamdulillah!"

Walaupun Arga merasakan ada hal yang aneh pada gadis tersebut. Pada akhirnya lelaki itu tetap saja melanjutkan pernikahan itu. Hingga ijab kobul pun bejalan dengan lancar dan penuh hikmad.

Di mana nama Larissa Aditama Putri yang disebut sebagai pengantin wanitanya. Namun, gadis lain yang harus duduk bersanding di depan penghulu bersama sang pengantin pria tersebut.

Di antara percaya dan tidak percaya, di dalam hati Nayla berdoa dan berharap semua ini hanyalah mimpi buruk belaka.

"Ya, Allah ... bangunkanlah hamba dari mimpi buruk ini, ya Allah!" batin Nayla.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status