Amanda Santika bertubuh sedikit gemuk, yang membuat kakak laki-lakinya itu sedikit tidak senang. Tetapi Victor Hutapea meyakinkan David Hutapea bahwa calon istrinya yang sedikit gemuk adalah simbol keberuntungan yang abadi, ditambah lagi, dia cenderung tidak menimbulkan masalah dengan cara itu, sehingga mereka bisa merasa aman meninggalkannya di sekitar David.
Itulah satu-satunya hal yang mampu meyakinkan ayahnya. Tapi betapa terkejutnya Victor ketika melihat wanita ini, dengan sosok langsing memiliki wajah yang sangat cantik dan menawan. Wanita ini bukanlah Amanda Santika. "Kamu pasti bercanda, Saudaraku. Aku secara pribadi membantu ayah untuk memilih calon pengantin Kakak. Apakah menurutmu aku tidak akan mengenalinya? Aku tahu Amanda bukan wanita yang cantik, tapi itu tidak berarti kamu boleh selingkuh, kamu harus terima apa adanya istri pertamamu." "Jadi, Amanda telah menjadi pengantin pilihan Victor untuk saudaranya?" gumam Anisa di dalam hatinya. Anisa menyembunyikan cemoohannya atas kejahatan kecil pria ini. Namun, mengapa David tidak menyangkal tuduhan tersebut? Tidak ada gunanya bagi mereka berdua, jika tersiar kabar tentang David yang selingkuh dari istrinya sebagai pengantin baru. Anisa membungkukkan badannya, sehingga dia sejajar dengan David lalu berkata dengan berbisik, "Apa yang harus kita lakukan? Dia tidak percaya kita sudah menikah." Namun David hanya bisa terdiam membeku tak mampu menjawab pertanyaan Anisa. Dengan separuh wajahnya tertutup topeng khusus, yang bisa dilihat Anisa hanya mata suaminya. Kedalaman cinta mereka tidak bersalah dan polos. Pikiran Anisa berpacu tanpa suara dan berkata di dalam hatinya, “Apa yang harus aku lakukan?” Padahal David bisa mengacungkan buku nikah sebagai bukti. Namun Anisa tidak percaya bahwa suaminya tidak mampu memberikan solusi sederhana seperti itu. "Luka di wajah dan di kaki suamiku tidak mempengaruhi pikirannya, bukan?" gumam Anisa di dalam hatinya. Apakah ini berarti David ingin Anisa menunjukkan bukti pernikahan mereka? Hanya saja, bagaimana Anisa bisa melakukan itu? David mengamati kedipan emosi di wajah Anisa dengan sedikit kegembiraan, dia menyaksikan ekspresi terombang-ambing antara tidak terkejut dan bingung dari istrinya. “Istri kecilku ini sungguh menarik,” katanya di dalam hati. Saat itu, secercah inspirasi menyinari mata Anisa. Dia menurunkan topeng khusus milik David dan mencium bibirnya lalu berkata, “Apakah bukti ini sudah cukup untuk membuktikan bahwa aku istri dari Tuan David Hutapea?” David menatapnya, sedikit bingung. Dia telah merencanakan untuk memberikan tantangan kepada Anisa dan membiarkannya mengambil alih untuk menemukan solusi, tetapi dia tidak mengira, jika Anisa akan begitu tulus mengakui dirinya sebagai istri dari dirinya yang berkebutuhan khusus itu. Bibir lembut Anisa menempel di bibir suaminya dengan begitu saja, bibir itu terasa nikmat dan penuh kasih sayang. David hanya terdiam tak mampu berkata-kata lagi, seolah-olah dia tidak bisa mempercayai apa dilakukan Anisa. “Ya,” kata David yang tidak berdaya untuk berkata-kata lagi. Victor melihat mereka berdua, lalu bekas luka bakar yang mengerikan mengotori wajah saudaranya. Karena merasa jijik, dia mengangkat tangan untuk melindungi pandangannya lalu berkata, “Sepertinya itu tidak benar, saudaraku. Bisakah sebuah ciuman membuktikan bahwa wanita ini adalah istrimu? Jika aku membawanya ke tempat tidur, apakah itu berarti aku bisa mulai memanggilnya menantu perempuanku?” Dalam sekejap mata, ekspresi David menjadi gelap, tatapan lembutnya berubah menjadi berbahaya dan berkata dengan tegas, “Apa katamu, Victor? Apakah kamu meremehkan aku?” Paman Iskandar Muda telah melayani David selama bertahun-tahun, dan dia tahu saat ini tuannya sedang benar-benar marah sekali. Dia mengambil pisau yang dibuang Anisa di talenan dan meraih lengan Victor dengan mata pisau yang menempel. “Kamu berani tidak menghormati istri Tuan Muda David Hutapea?” Paman Iskandar Muda menggeram. “Apakah kamu ingin kehilangan lenganmu ini?” Victor melirik pisaunya, berkilauan dalam cahaya, dan mencibir, “Aku hanya bercanda, Saudaraku, jangan menganggapnya terlalu serius.” Victor melepaskan diri dari genggaman Paman Iskandar Muda, berhati-hati agar tidak melakukan gerakan tiba-tiba, dia sadar akan bahaya yang berada di hadapannya. “Aku hanya penasaran saat Kak David berganti pengantin,” lanjut Victor yang seolah-olah sedang menjelaskan dirinya sendiri. Saat menyebutkan bahwa Anisa adalah pengantin pengganti, rasa khawatir muncul di mata Anisa. Merasa istrinya tegang, David menepuk tangannya untuk meyakinkan dan berkata kepada Victor, "Oh, jadi kamu dan ayah yang bertanggung jawab merencanakan pernikahan ini?” David berhenti sejenak lalu memasang tatapan tajam dan berkata dengan serius, “Sekarang setelah Anda memberi tahu saya bahwa saya menikahi pengantin yang berbeda dari yang Anda pilih, apa yang Anda harapkan dari saya?" "Yah..." Victor tergagap dan tak bisa berkata-kata lagi. Pernikahan David telah diatur oleh Victor, dan itu memang benar. Tapi dia tidak tahu dari mana pengantin pengganti yang baru ini berasal. Kecuali jika itu adalah Amanda yang di balik tipu daya ini. David menambahkan dengan ucapannya yang tegas, "Saya menikah dengan siapa pun yang menjalani upacara pernikahan dengan saya, jadi Anisa Rahma adalah istri saya, dan saudara ipar perempuan Anda." Anisa memandangnya dengan heran lalu berkata di dalam hatinya, “Apakah ini berarti dia telah menerima aku sebagai istrinya?” Victor hampir meledak amarahnya. Dialah yang mencari wanita jelek dan kelebihan berat badan untuk istri David sebagai penghinaan terhadap kakak laki-lakinya yang sakit-sakitan itu. Sebaliknya, kakak laki-lakinya telah mendapatkan wanita cantik yang tidak disangka olehnya. "Kalau begitu, selamat, Saudaraku," ucap Victor sambil menggerutu. "Tapi jangan lupa, istri Kakak tetap harus kembali mengunjungi kedua orang tuanya setelah pernikahan, karena kesehatanmu buruk, sehingga tidak nyaman untuk bepergian, mengapa aku tidak menemani kakak iparku ini saja?" Victor akan mengirim wanita ini kembali ke Keluarga Siregar dan menanyakan bagaimana sebenarnya dia bisa menggantikan Amanda sebagai pengantin pengganti. Paman Iskandar Muda bisa saja menertawakan Victor. Betapa kecilnya dia harus menghargai nyawanya, hingga melanggar otoritas saudaranya sebagai suami seperti itu? Dia praktis meletakkan dirinya sendiri di bagian algojo. Mendengar tawaran Victor, Anisa menolak dengan keras, "Tidak perlu merepotkan dirimu sendiri, Tuan Muda Kedua. Jika David merasa tidak nyaman untuk bepergian, saya dapat kembali sendiri." Lalu Victor bergumam di dalam hatinya, “Apakah wanita ini benar-benar mencintai dengan tulus kakakku yang berkebutuhan khusus itu?”Victor menatap Anisa dengan sedikit kilatan kebingungan di matanya. Dia benar-benar menyukai semangat penuh dari semangat wanita ini. Terutama ketika dia tahu bahwa Anisa adalah istri saudara laki-lakinya. "Kakak ipar, jika kamu pulang kembali ke keluargamu sendirian, orang-orang akan bergosip bahwa Keluarga Hutapea telah memperlakukanmu dengan tidak baik dan menganiaya kamu." "Tidak apa-apa. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka katakan," kata Anisa dengan nadanya yang lembut. "Aku akan menemani Anisa ketika dia kembali ke rumah keluarganya," balas David sambil mengeluskan tangannya kepada tangan Anisa. "Kamu tidak perlu khawatir tentang apa pun, Saudaraku." Tidak lama setelah David selesai berbicara, dia tiba-tiba kembali terbatuk-batuk. Anisa mengeluskan tangannya ke punggung suaminya dengan cemas. Melihat bagaimana David batuk cukup keras hingga dadanya terangkat, Victor dengan cepat mencubit hidungnya, lalu mengejek, "Jangan memaksakan dirimu sendiri, saudaraku. Semu
Mereka kembali ke ruang tamu. Menurut Anisa, urusan mereka sudah selesai dan mereka bisa pergi. Anisa tidak penting bagi Keluarga Siregar, dan dia tidak peduli bahwa peraturan mengamanatkan bahwa dia harus pulang ke rumah mereka. Jika memungkinkan, dia akan puas tidak melihat Keluarga Siregar lagi seumur hidup. “Sebaiknya kita pulang saja, keluargaku tidak ada di rumah. Aku khawatir dengan kesehatan kamu, suamiku tersayang,” kata Anisa sambil membujuk David untuk pulang. Namun ketika Anisa mengutarakan pikirannya, dia mendapat jawaban mendesak yang tidak seperti biasanya dari David: “Kami akan menunggu.” Jika David tidak tahu apa-apa tentang kehidupan yang dialami Anisa di Keluarga Siregar, dia mungkin tidak rela membiarkan segalanya berlalu begitu saja. Tapi setelah menyaksikannya dengan kedua matanya sendiri, dia tidak bisa hanya duduk diam dan tidak melakukan apa pun. “Baiklah aku akan menunggu, aku akan mencari informasi tentang Anisa di Keluarga Siregar,” gumam David d
“Apa? Bawa Amanda kembali? Sebenarnya apa yang dipikirkan oleh Victor? Apakah dia ingin menghancurkan pernikahan aku?” Anisa mau tidak mau mencuri pandang ke arah David, namun dia tetap bergeming dan diam seperti biasanya. Anisa Rahma merasakan tawa masam dan pahit di bibirnya setelah mendengar pernyataan Victor Hutapea. Dia telah membodohi dirinya sendiri dengan berpikir bahwa David Hutapea telah menyetujuinya. Seperti orang bodoh yang mengalami delusi dan mabuk cinta, dia bahkan sangat menyayanginya. Anisa telah menjadi istri David yang berbakti kepada suaminya. Dia ingat pelajaran dari neneknya, jika telah menjadi seorang istri seseorang, maka surga dan neraka seorang istri berada di tangan suami. “Bagaimanapun juga aku telah resmi menjadi istri David. Kenapa kemudian Victor ingin memisahkan aku dengan suamiku? Lalu bagaimana dengan nasib nenek aku jika aku gagal menjalankan perjanjiannya? Bukankah itu kejam?” gumam Anisa di dalam hatinya dengan menahan air matanya yang i
David terbatuk dua kali dan melirik Ardiansyah lalu berkata, “Kau lebih tahu dari siapa pun mengapa Amanda meninggalkan negara ini, dan mengapa kau membiarkan Anisa menikah denganku untuk menggantikan dia? Saya yakin Anda berhutang maaf pada istri saya.” Permintaan maaf? Bukankah dua puluh juta dolar sudah cukup? “Anak haram kecil itu memilih menjadi pemanjat sosial atas kemauannya sendiri, ” gumam Ayu penuh racun di dalam hatinya. “Sekarang kamu mengharapkan kami meminta maaf padanya?” David terbatuk, dan Paman Iskandar Muda memperlihatkan ekspresi wajah mengintimidasi dan menyinggung perasaan Ayu dengan berkata, “Ini peringatan untuk Anda, Nyonya Siregar, karena berani memfitnah nyonya muda keluarga Hutapea!” Saat Paman Iskandar Muda berbicara, dia mengambil pisau yang tergeletak di dekat mangkuk buah. Bilah pisau itu memancarkan kilatan dingin, seolah siap menancap di tenggorokan Ayu dalam waktu kurang dari satu detik saja. Ayu menutup mulutnya, terlalu takut untuk berb
Ketika Anisa Rahma berada di dalam mobil, kerutan muncul di wajahnya karena penghinaan Victor Hutapea yang tidak langsung terhadap saudaranya. Tampaknya rumor tersebut benar adanya. Ayah dari David Hutapea kurang menyayangi putranya karena kesehatannya yang buruk dan memiliki kekurangan yang membuatnya dipandang rendah. Kalau tidak, bagaimana Victor bisa begitu kurang ajar terhadap kakak laki-lakinya? “Jadi rumor itu benar? Suamiku David direndahkan oleh saudaranya sendiri bahkan ayahnya sendiri, hanya karena suamiku memiliki kebutuhan khusus? Sungguh kejam mereka!” gumam Anisa di dalam hatinya dengan kerutan di keningnya. Pasti sulit bagi David, dihina oleh ayahnya, dan harus menderita cemoohan dari adik laki-lakinya. Anisa teringat akan sikap ayahnya sendiri yang tidak peduli dan penganiayaan yang dilakukan ibu tirinya dan saudara tirinya. Tapi, Anisa bukan orang penting di Keluarga Siregar. Anisa tidak bisa menjatuhkan Keluarga Siregar seperti yang dilakukan Keluarga Hutapea
Tatapan mata tajam Anisa Rahma membuat kerumunan yang mengintimidasi David Hutapea menjadi bubar. Orang-orang ini tidak diajari sopan santun. Mereka tidak meminta maaf karena telah meneriaki David, tidak ketika mereka pantas menerima kemarahannya. Ibu dari anak kecil yang pemarah sebelumnya tampak seperti ingin terus berdebat, tetapi tatapan David mengintimidasinya hingga terdiam, dan dia bergegas pergi sambil menggendong anak itu. Setelah kerumunan orang pergi, Anisa berlutut di sisi David. "Jangan pedulikan mereka, mereka hanya iri melihat kita yang berjalan romantis," kata Anisa menghibur David sambil tersenyum manis. "Orang-orang bodoh itu hanya pandai melontarkan omong kosong, mereka hanya bisa merendahkan seseorang dan memiliki pemikiran yang dangkal." David menangkupkan kepalanya dengan satu tangan untuk menutupi luka di wajahnya yang ditakuti banyak orang, lalu dia berkata, "Kamu benar-benar tidak terganggu dengan bekas lukaku ini?" Alis Anisa terjepit. Dia tidak suka
David Hutapea mengambil handuk dari Anisa Rahma dan memberi isyarat padanya untuk berjongkok agar dia bisa membantu mengeringkan rambutnya. “Rahma bisakah kamu berjongkok sebentar?” tanya David dengan ragu-ragu. “Untuk apa?” jawab Anisa sambil mengeringkan rambutnya menggunakan handuk. Karena malu, Anisa bangkit, tetapi David menekan bahunya dengan lembut. "Kamu membantuku dengan membuatkan aku makanan lezat, dan tidak ada lagi yang bisa aku lakukan untukmu. Pasti kamu tidak keberatan?" kata David sambil menyentuh bahu Anisa dengan lembut. David pasti ingin melakukan sesuatu untuk Anisa, untuk membuktikan bahwa dia baik untuk sesuatu. Anisa tidak tahan untuk menurunkan semangatnya, jadi dia tidak menolak saat suaminya membiarkannya menyeka rambut dirinya hingga kering. David menyembunyikan senyuman manisnya. Rambutnya halus dan lembut, sama seperti rambut lainnya, menekuk tangannya semudah dia membungkuk pada kebohongannya. Anisa mulai menikmati perawatannya, dan bersantai. "
Adelia memandang Anisa dengan rasa aneh lalu berkata, "Sepertinya kamu sangat peduli padanya. Anisa, jangan bilang kamu sebenarnya punya perasaan padanya?"Anisa membalas tatapan serius Adelia dengan berkata, "Ketika aku bercerita Keluarga Siregar menganiaya aku, dia memercayai kata-kata aku tanpa keraguan sedikit pun, dan dia membela aku. Aku sangat berterima kasih padanya, Adelia. David juga menderita, kamu pasti tahu itu. Mungkin karena dia mengingatkanku pada diriku sendiri sehingga aku bisa berempati padanya. Aku ingin membantunya, apa pun caranya."Adelia menghembuskan napas panjang melalui lubang hidungnya lalu berkata, "Tawarannya mungkin tidak terlalu buruk. Kamu mungkin telah mengambil keputusan yang tidak tepat, tetapi kamu adalah istrinya sekarang. Saat dia pergi, kamu pasti akan menerima uang dalam jumlah besar!" Adelia mengedipkan matanya pada Anisa seolah-olah memberikan sebuah isyarat melakukan hubungan membuat keturunan, lalu dia berkata, "Apakah kalian berdua sudah