Share

Bab 2. Bertemu Li Qui.

Usai menegur Chun atas ucapan yang baru saja dilontarkan oleh pelayannya itu kepadanya... Yu Jie pun membersihkan wajahnya dengan air hangat yang dibawakan Chun untuknya serta mengganti pakaiannya yang kotor. Ia membiarkan Chun merapikan rambutnya juga mengoleskan salep pada memar yang terdapat di kedua betisnya. Pelayan setianya itu mengoles dengan sangat hati-hati agar tidak menyakitinya. Meski begitu, pada wajah Chun... Yu Jie bisa melihat kalau Chun sedang menahan amarahnya.

"Chun?" ia mencoba menegur Chun dengan lembut untuk meredakan kemarahan yang dirasakan oleh gadis belia itu yang usianya hanya terpaut satu tahun darinya.

"Chun benar-benar tidak mengerti Nona." Chun mengangkat wajahnya, ia menatap Yu Jie dengan tatapan protes. Ia tidak mengerti mengapa Yu Jie selalu bersikap sabar kepada Ibu tirinya juga kedua Saudara tirinya. Padahal Yu Jie adalah Cucu satu-satunya yang diakui oleh Nyonya Besar.

Yu Jie yang menerima tatapan itu hanya tersenyum kepada pelayan setianya. Jika saja meridiannya tidak bermasalah dan akar kultivasinya bisa terbuka... Ia tentu tidak akan tinggal diam di saat ia diperlakukan tidak manusiawi oleh Ibu tirinya juga kedua Saudara tirinya. Tetapi untuk sekarang, baginya bersabar adalah satu-satunya jalan untuk menghindarkan dirinya dari hukuman lebih berat yang kemungkinan akan diberikan oleh Ibu tirinya padanya.

"Hukuman ini... Aku masih sanggup untuk menanggungnya," ucap Yu Jie masih dengan senyum di bibirnya.

"Tapi Nona, ini sudah empat tahun sejak hamba memasuki kediaman. Dan hamba pikir, mungkin saja Nona telah menerima hukuman seperti ini jauh dari sebelum hamba datang," lontar Chun sembari menekuk bibirnya. Ia menutup tempat salep yang baru saja ia pergunakan kepada Yu Jie dan meletakkan tempat salep tersebut di atas dipan di samping Yu Jie. Kemudian ia membantu Yu Jie untuk menurunkan celana panjangnya yang berbahan katun tipis.

"Chun?" Yu Jie membungkukkan tubuhnya dan menyentuh punggung tangan Chun dengan lembut, "Dengar! Luka ini hanyalah luka luar. Aku tidak akan mati hanya dengan luka seperti ini!" terangnya, ia menatap Chun lalu menggeleng pelan ketika wajah pelayan setianya itu menunjukkan kalau Chun akan kembali memprotes ucapannya. "Daripada memikirkan lukaku, bagaimana jika kamu menceritakan tentang perjalananmu ke Kuil bersama Nenek pagi ini? Kali ini apalagi yang Nenek minta dari Dewa?" tanyanya mencoba mengalihkan pembicaraan, agar Chun tidak lagi memikirkan apa yang telah terjadi padanya.

Chun menghela nafas, baginya walaupun kesabaran Yu Jie membuatnya tak habis pikir... Tetapi sikap lembut Yu Jie inilah yang telah membuatnya sangat menghormati Nonanya ini.

"Nona, tadi Nyonya Besar meminta jimat keselamatan untuk Nona. Kata Nyonya... Sebentar lagi akan ada pemilihan untuk Selir Kaisar Gao. Dan Nyonya Besar bermaksud mengirim Nona ke Istana untuk mengikuti pemilihan itu. Tapi..." Chun menggantungkan kalimatnya, ia menundukkan kepalanya sembari mengepalkan kedua tangannya dengan keras.

"Tapi apa?" tanya Yu Jie penasaran.

"Sepertinya Nona Qui juga akan mengikuti pemilihan itu Nona," lapor Chun dengan wajah menahan kesal, "Wanita sepertinya yang terlahir dari rahim wanita simpanan Tuan dan dari hasil hubungan terlarang... Apakah pantas untuk memasuki harem kekaisaran?!" cetus Chun emosi.

Yu Jie lagi-lagi tersenyum, ia sangat mengerti mengapa Chun terlihat sangat marah. Lagi pula semua yang diucapkan oleh pelayan setianya itu memang benar adanya. Tanpa menyandang marga Ayahnya, Li Qui sama sekali tidak berhak mengikuti pemilihan Selir. Karena semua yang berhak mengikuti pemilihan itu hanyalah putri-putri para Bangsawan yang memiliki garis keturunan yang jelas dan terlahir dari rahim istri sah.

"Emmm, itu... Apakah Nenek telah mengatakan kepadamu kapan pemilihan Selir itu akan dilakukan?" tanya Yu Jie lagi.

Chun berpikir sejenak sembari menyentuh dagunya, "Menurut Nyonya Besar, itu sekitar..." Ia menurunkan tangannya dan mulai menghitung dengan menggunakan jemarinya, "Sekitar dua minggu lagi Nona," tukasnya seraya mengangkat dua jarinya di hadapan Yu Jie.

"Jadi begitu?" Yu Jie manggut-manggut, "Baiklah, sekarang temani aku untuk bertemu dengan Nenek. Ada sesuatu yang ingin kutanyakan kepada Nenek," ucapnya sembari beranjak dari duduknya.

Chun yang sedari tadi duduk di lantai dengan cepat berdiri tegak. Meski pagi ini ia tidak bisa melindungi Yu Jie, tetapi sekarang ia sudah berada di kediaman dan siap untuk menghadapi Li Mei bersama kedua anaknya demi Yu Jie.

"Mari Nona!" Ia merangkul lengan Yu Jie dengan manja. Ia telah melakukannya sejak pertama kali ia menjadi pelayan setia Yu Jie, dan Yu Jie lah yang telah memintanya untuk tidak perlu bertingkah terlalu sopan di hadapan Nona Besarnya itu. Jadi... Ia pun terbiasa untuk merangkul lengan Yu Jie dan bertingkah selayaknya seorang adik yang baik bagi Yu Jie sekaligus Sahabat yang bisa Yu Jie andalkan.

Di sisi lain, tingkah Chun itu berhasil membuat Yu Jie kembali menyunggingkan seraut senyum di bibirnya yang berwarna peachy. Baginya Chun bukan hanya sekedar pelayan. Apalagi di kediaman ini ia merupakan putri satu-satunya dari Ibunya yang telah wafat, maka dari itu kehadiran Chun sangatlah berharga untuknya. Ia bahkan merasakan seolah memiliki seorang Saudari sedarah. Saudari yang selalu siap melalui susah senang bersamanya.

"Ayo!" Yu Jie mengajak Chun sembari mulai melangkahkan kakinya yang kini tidak lagi terasa sakit setelah Chun mengoleskan salep untuknya. Salep yang khusus dipesan oleh Neneknya hanya untuknya.

Dalam banyak hal Ayahnya memang tidak menyayangi Yu Jie, tetapi Yu Jie bersukur bahwa ia masih memiliki seorang Nenek yang sangat mencintainya dengan sepenuh hati. Tanpa ia minta, Neneknya akan selalu menyediakan apapun yang ia butuhkan. Termasuk obat-obatan mahal untuk merawat tubuhnya. Lagipula di kediaman keluarganya ini, kedudukan Neneknya jauh lebih tinggi dari kedudukan Ayahnya.

Keluar dari kamarnya bersama Chun... Yu Jie menyusuri selasar kediaman. Dari kejauhan ia melihat sepasang Saudara tirinya tengah bercanda ria di taman, dan hal itu hampir membuatnya mengurungkan niatnya untuk menemui Neneknya. Tetapi, Chun mengeratkan rangkulannya, pelayan setianya itu menatapnya dengan wajah tegas. Melihat tatapan Chun... Akhirnya Yu Jie pasrah dan kembali melanjutkan langkahnya yang sempat terhenti kala ia melihat kedua Saudara tirinya.

"Lihatlah! Sepertinya Nona manja telah keluar dari kamarnya."

Yu Jie mencoba untuk tidak mengacuhkan sindiran Li Qui, dan dengan wajah datar ia terus melangkahkan kakinya.

"Aku akan menjadi Selir dari Kaisar Gao!"

Chun hampir saja menjawab ucapan Li Qui itu yang menurutnya terlalu percaya diri, seandainya Yu Jie tidak melarangnya. "Kalau gadis tidak tahu malu sepertinya bisa menjadi Selir dari Kaisar Gao... Bukankah itu artinya selera Kaisar Gao terlalu rendah?" batinnya sembari tersenyum sinis.

Senyum Chun itu terlihat dari taman kediaman di mana Li Qui dan Saudaranya berada, dan hal itu membuat emosi Li Qui sedikit terpancing. "Heh, pelayan! Apa yang kamu tertawakan di sana?!" bentaknya kesal.

Mendengar bentakan Li Qui, Chun sontak menghentikan langkahnya, ia kemudian berpaling pada Li Qui. "Maafkan Chun, Nona Kedua. Tetapi hamba pikir sepertinya saat ini Nona Kedua sedang tidak sehat. Dan jika itu benar, bukankah akan lebih baik jika Nona segera pergi untuk beristirahat di kamar?" Chun sengaja menyindir Li Qui, ia bahkan tidak takut membalas tatapan yang diberikan Li Qui padanya.

"Kamu... Pelayan tidak tahu diri kamu berani membalas kata-kataku?!" Li Qui yang merasa tersinggung dengan ucapan Chun bergegas melangkah ke arah Chun hingga sebuah tarikan pada lengannya membuatnya berhenti dan berpaling pada Li Qi, Adik lelakinya yang berusia dua tahun lebih muda darinya.

"Kakak, tenanglah! Jangan terpancing! Ingat, Nenek sudah berada di kediaman sekarang," nasehat Li Qi dengan suara pelan.

Peringatan dari adiknya itu membuat Li Qui mengurungkan niatnya untuk menghukum Chun, dan dengan sangat terpaksa ia membiarkan Chun pergi bersama Yu Jie meski ia melihat Chun tersenyum tengil padanya.

"Pelayan sial ini... Lihat saja! Nanti aku pasti akan membalas perbuatannya itu!" rutuk Li Qui dalam hati.

Comments (8)
goodnovel comment avatar
Nur Wenda
kok bisa sih ayah ga sayang sama anaknya ...
goodnovel comment avatar
MAF_0808
semoga aja yu jie yang keterima jadi selir
goodnovel comment avatar
Liya liyana
untung masih ada neneknya yang sayang sama yu jie
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status