“Pak Barnett sedang tidak enak badan semalam. Kemungkinan besok atau lusa baru masuk kerja.”“Baik, Bu. Saya mau minta tanda tangan untuk kepentingan kuliah.”Alexa sibuk di depan monitor untuk mencetak laporan keuangan yang telah dibuat olehnya semalam lalu menoleh ke berbagai arah dalam ruangannya untuk memastikan tidak ada orang selain mereka.“Kepentingan kuliah? Mendesak?”“Sebenarnya terakhir besok pagi, Bu untuk meminta izin melakukan penelitian di sini.”“Saya bawa pulang ke rumah dan besok pagi saya berikan ke kamu.”“Beneran, Bu? Tidak apa-apa?”“Jangan bocor ke siapa pun karena kamu mendesak. Jadi, saya usahakan dan bilang ke Barnett.”“Baik, Bu. Terima kasih.”Rekan kerja tersenyum lebar lalu memberikan sebuah dokumen yang cukup tebal lalu dimasukkan ke dalam tasnya. Setelah proses mencetak laporan keuangan selesai, ia merapikan dokumen dan diberi klip lalu pamit kepada rekan kerjanya.“Kamu tidak makan siang?”“Maaf, Bu lagi puasa.”“Eh, Bu Alexa. Mau pergi, Bu?”“Saya ma
“Terima kasih.”Alexa menyingkirkan tangan dari bibirnya. Kaget bukan main ketika Barnett mengucapkan hal yang tidak pernah keluar dari mulutnya. Bahkan, suaranya sangat lembut ketika mengatakan yang seharusnya keluar ketika sudah ditolong atau dibantu.“Sama-sama. Makan sampai habis, ya. Banyak orang yang menunggumu di kantor karena masalah pekerjaan dan butuh tanda tanganmu.”“Iya. Aku sembuh bentar lagi.”Alexa tersenyum malu sambil mengarahkan makanan ke mulutnya hingga tak ada satu sayur atau bubur yang tertinggal di mangkok. Napsu makan Barnett ternyata sangat bagus dan lebih menyenangkan ketika dia nurut dan menghargainya.Piring dan mangkok yang sudah tidak ada makanan, diletakkan di atas nakas lalu gilirannya makan. Namun, baru sesuap sendok, ia teringat dokumen rekan kerja yang masih kuliah dan membutuhkan tanda tangannya karena kebutuhan kuliah.Alexa melangkah ke tasnya lalu melihat masih ada lima kamera pengawas di dalam tasnya. Ia melirik ke kanan dan kiri untuk mencari
“Pertanyaanmu gak ada yang lain?”Alexa tidak ingin membahas orang lain ketika suasana hangat dalam rumah dan tidak pernah terjadi di antara mereka sehingga mengalihkan pertanyaan ke hal lain. Ia ingin berbicara yang sangat dalam dengan hubungan suami istri saat bersamanya.Namun, mungkin itu terjadi hanya dalam pikirannya. Barnett tidak ada pertanyaan yang ingin membahas tujuan berumah tangga bersamanya. Ia hanya menghela napas panjang sambil memejamkan mata ketika sudah terbiasa dengan suasana yang cepat berubah.“Jika diam berarti tidak ada pertanyaan lain.”“Jika diam berarti kamu memiliki hubungan dengan Frank?”Alexa menoleh secepat kilat sambil bola mata membulat. “Aku hanya teman baik dengan Frank. Dia adalah temanku sejak duduk di bangku SMA. Dia memang pria yang baik dan ramah terhadap siapa pun.”“Teman baik dengan sikap seorang pria yang tidak wajar terhadap wanita yang sudah bersuami?” tanya Barnett bergetar dan menatap tajam dengan kelopak yang memerah.Alexa terdiam sel
Bagaikan tersambar petir di siang hari, Alexa terdongak sambil melotot dengan kalimat tuduhan itu. Ternyata, dia merasakan dirinya sudah tidak gadis ketika pertama kali menyentuhnya.Alexa sebelum melakukan adegan panas di atas ranjang dengan Barnett, telah melakukannya dengan Frank karena sikap dan perbuatan suaminya yang telah melakukan adegan itu di rumah dan tepat di kamar yang telah terjadi adegan bersamanya.Butiran bening mengalir di pipi tanpa disadari. Alexa melepas pelukannya lalu bergegas merapikan pakaian dan rambut ketika mendengar pertanyaan itu. Ingin sekali mengatakan hal yang sebenarnya, tapi mulut tidak bisa digerakkan dan hanya menatap sendu dengan air mata yang mengalir deras.Alexa menutup mata. “Sebelum kamu menyentuhku, aku pernah melakukannya dengan Frank karena kamu. Kamu yang sudah berani bermain api di kamar ini bersama seorang wanita!” ungkap Alexa nada tinggi lalu membuka mata.Alexa mengungkapkan yang sebenarnya terjadi kepada Barnett dengan nada tinggi k
“Kenapa kamu masih diam?”Satu pertanyaan yang mencairkan suasana keheningan di rumah ketika Alexa berada di dapur. Sontak, ia menoleh ke belakang dan melihat tubuh atletis berdiri tepat di belakangnya. Ia mengira seorang diri di rumah setelah Barnett mengatakan mau ke rumah mama mertuanya.“Roti sudah aku siapkan di kotak makan dan minumnya juga,” kata Alexa sambil mengisi air panas di botol tumblr lalu dimasukkan ke dalam tas kain berwarna hitam untuk Barnett.Alexa melewati Barnett setelah menyiapkan bekal untuknya. Ia tidak ingin ada perdebatan dan perselisihan di pagi hari setelah semalam mengeluarkan intonasi delapan oktan. Namun, Barnett mengikuti langkahnya sambil membawa tas kain hitam itu dan menahannya untuk keluar rumah dengan memegang lengannya.“Apa?”“Bicaralah,” kata Barnett sambil menatap lamat.Alexa terdiam sembari menatap lamat Barnett selama satu menit. Senyuman miring yang ditampakkan olehnya ketika suami memintanya untuk bicara.“Aku sudah bicara sama kamu dan h
Lima menit berada di toilet, ia menemukan cara untuk meletakkan kamera pengintai di ruangan Deana dan Kelvin. Ia bergegas keluar dari toilet sembari membawa tas yang masih terdapat dua kamera dengan memperhatikan sekitarnya ketika menuju ruangan Deana.Situasi kantor telah sepi sehingga dengan mudah melangkah ke dua ruangan yang berada dalam satu lantai. Lima menit berlalu, ia masuk ke ruangan Deana yang berukuran sedang dan terdapat pendingin ruangan. Ruangan yang berdesain serba warna ungu kemerah mudaan terlihat bersih dan wangi.Alexa memutar bola mata ke seluruh sudut untuk mencari lokasi teraman saat menyembunyikan kamera pengintai. Netra terhenti dan terfokus pada sebuah kota berukuran sedang berwarna merah muda tepat berada di tengah dengan tumpukan berkas yang tersusun rapi dan terdapat celah berukuran panjang yang dilapisi plastik tipis.Ia membuka kotak itu dengan memerhatikan keadaan di belakang. Kotak itu berisi empat album berukuran sedang yang sesuai dengan ukuran kotak
“Sayang, kamu jangan melakukan ini di sini nanti kalau ada yang melihat bagaimana?” Deana mencoba untuk menolak dengan ekspresi yang sebenarnya mau saja melalukan hal yang tidak senonoh.Barnett terus memeluk dan mengecup pipi, bibir dan lehernya lalu memeluk dari belakang dengan mengusap perutnya. Deana tertawa geli dengan mengusap kepala belakangnya dan membiarkan dia melakukan hal yang diinginkan. Hitungan detik, mereka terjadi adegan panas yang berlangsung selama lima belas menit dan diakhiri dengan kata cinta.Kesekian kali hati tersayat dan semakin terpotong menjadi bagian yang sangat kecil dengan genangan air mata yang memenuhi kelopak mata. Ternyata, Deana datang ke ruangan dia untuk melakukan perbuatan yang dilarang dan jarang didapatkan oleh Alexa.“Pasangan yang menjijikkan,” kata Alexa dengan menatap amarah.“Apa yang menjijikkan?” tanya Frank yang membuat kedua pundaknya terangkat lalu mengelus dada sekilas.Kehadiran Frank tidak diketahui oleh Alexa sehingga ia bergegas
Barnett terdiam dengan memandang semua orang di ruang VIP dan terlihat mengembuskan napas dengan berat terkait permainan yang berasal dari Alexa dan Frank. Dia tampak tidak setuju dengan semua ide yang disampaikan.“Kalau kamu setuju atau tidak setuju sampaikan saja dari pada terlihat tertekan karena ideku dan Frank,” kata Alexa lalu mengarahkan makanan ke dalam mulutnya.“Aku setuju dan kamu saja yang tidak sabar mendengar jawabanku dan terburu-buru menilai berdasarkan dari ekspresi!” balas Barnett dengan intonasi penekanan.“Kamu dari tadi diam dan tidak menjawab ditambah kelihatan mikir. Aku jadi menyimpulkan kamu tidak setuju dengan ide kami. Kita diskusi dan berhak mengeluarkan pendapat agar bisa mencapai satu tujuan yang sama,” balas Alexa menekan.“Orang mikir, kan sah aja gak ada yang melarang. Aku memikirkan untuk kebaikan bersama bukan tidak setuju,” sanggah Barnett menekan yang tidak mau kalah dengannya.Alexa terkekeh pelan dengan senyuman panjang terukir di bibir. Sikap g