Semua Ibu-ibu yang sedari tadi menyimak pertengkaran antara Bu Diana dan Ibu-ibu lainnya itu, tercengan mendengar penjelasan Kaila. Bukan tanpa sebab mereka begitu, apa yang di jelaskan oleh Kaila berbanding terbalik dengan apa yang Bu Diana katakan selama ini. Sekarang mereka mengerti, rupanya Bu Diana selama ini cuma mengatakan omong kosong! "Wah, nggak benar ini! Berarti, selama ini Bu Diana cuma ngaku-ngaku. Jangan-jangan perihal Mbak Kaila yang mandul, suka ngelawan suami dan kasar sama orang tua itu, cuma alasan Bu Diana aja Supaya bisa membenarkan anaknya menikah lagi dengan pelakor ini?" Timpal seseorang di tengah kerumunan orang banyak itu. "Enggak nyangka ternyata Bu Diana pembohong dan pro pelakor!" "Ibu-ibu!" Teriak Ibu yang sedari tadi merekam. "Musnahkan pelakor dari muka bumi ini! Jaga baik-baik suami kita, jangan sampai di goda oleh perempuan murahan ini!" Serunya pada yang lain. "Emang dasar perempuan gatel! Tukang rebut suami orang! Perempuan murahan!" Cemooh ses
Kejadian tadi siang di kediaman Pak RT membuat Kaila kepikiran hingga malam hari. Sejak pulang dari sana, perempuan yang sebentar lagi akan menyandang status janda itu lebih banyak melamun. Pikirannya terus mengarah pada Bu Diana. Sudah seberapa sering mantan mertuanya itu menyebar fitnah tentang dirinya pada orang lain, sebegitu tidak sukanya kah Bu Diana padanya? Kesalahan apa yang sudah Kaila lakukan sehingga membuat mantan mertuanya itu tidak pernah menyukainya sampai saat ini? Untung saja, Bu Sinta dan Bu Ratna berada di pihaknya, jika tidak, Kaila akan kewalahan menghadapi Bu Diana dan Luna yang sangat ahli dalam berdebat dan menjatuhkan harga diri orang lain di hadapan orang banyak. "Non, makan malamnya sudah siap! Mau Bibi siapin?" Ujar Bi siti setelah mengetuk pintu kamar majikannya itu. Kaila tersentak. Segera dia menggelengkan kepalanya untuk mengusir lamunannya yang tidak penting itu, mau sebanyak apapun mertuanya itu memfitnah dirinya Kaila tidak perduli lagi. Toh, seka
Tiba di rumah orang tua Andika, Luna menghentak-hentak kan kakinya kesal. Jujur saya, kekesalannya membumbung tinggi. Di bentak oleh suami di hadapan mantan madunya, di tolak-tolak oleh Kaila di tambah lagi Luna harus menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bagaimana Andika memohon dan berharap agar mantan istrinya itu mau kembali lagi bersamanya. Rumah yang sekarang dia tempat rasanya tidak nyaman, ada Bu Diana yang mengawasinya dan sewaktu-waktu bisa mengajaknya bertengkar kembali. Setres! Itulah yang Luma rasakan saat ini, kepalanya terasa mau pecah. "Mas! Gimana ini? Mau sampai kapan kita begini? Aku nggak mau tinggal di rumah orang tua kamu lama-lama!" Seru Luna mendaratkan bokongnya di kursi tunggal yang ada di ruang tamu. "Kamu sabar dulu, lah! Mas, juga lagi usaha cari kerjaan. Enggak gampang cari kerja, Lun! Apalagi Mas maunya gajinya minimal nggak jauh-jauh dari tempat kerja yang dulu." "Mau sabar sampai kapan? Aku udah nggak betah hidup miskin! Apa-apa nggak punya, ma
"Pasti di sini Kaila menyimpan semua barang-barang berharga miliknya." Gumam Andika tersenyum senang. "Untung saja, Waktu itu Kaila pernah memberitahu kode PINnya.Tanpa pikir panjang, Andika menekan PIN-nya kemudian langsung membuka brankas tersebut. Matanya seketika melotot kala mendapati isi brankas tersebut. Di mana-mana yang namanya brankas adalah tempat menyimpan barang berharga, namun berbeda dengan brankas sang mantan istri yang ternyata berisi tumpukan Kue kering. Andika merasa di permainkan, dia tidak menyangka jika Kaila akan bertindak sejauh ini. Seperti sudah tahu, jika dirinya akan diam-diam mengambil barang miliknya. "Aaarrgh! Sial!" Pekik Andika sambil meremas rambutnya.Setelah mengobrak-abrik seluruh isi kamar, Andika tak kunjung menemukan satu pun benda berharga di sana. Teringat dengan motornya dulu, Andika bergegas keluar dari kamar dan menuju garasi. Tidak apa-apa jika tidak mendapatkan sesuatu yang berharga dari dalam kamar. Toh, masih ada barang berharga lainn
Luna tengah sibuk berkutat di depan cermin. Perempuan hamil itu merias wajahnya dengan berbagai makeup untuk menambah kecantikannya, mulai dari menggambar alis, menggunakan eyeshadow di bagian mata, membuat contour untuk mempertegas wajah, menambah blush on pada bagian pipi agar terlihat merona, terakhir dia mengoleskan lipstik berwarna merah menyala pada bagian bibir. Sore ini, Luna ada janji dengan teman-temannya. lebih tepatnya teman arisannya. "Mau kemana kamu?" Tanya Andika. "Pergi," jawab Luna singkat. Perempuan itu masih kesal dengan sang suami yang tidak mendapatkan apa-apa dari rumah mantan istrinya."Kemana?""Terserah aku mau pergi ke mana, Mas! Apa urusannya sama kamu," sahut Luna dengan nada ketus. "Mas ini suami kamu, Luna! Mas berhak tau, kamu pergi kemana." Ujar Andika berusaha bersabar. "Suami macam apa yang nggak bisa ngasih kebahagian sama istrinya, hah? Bahkan, kamu nggak mampu memberi ku tempat tinggal yang membuatnya ku nyaman, Mas! Apa pantas kamu menyebut
Sebulan berlalu, hari ini adalah sidang pertama Kaila dan Andika. Seminggu yang lalu, mereka di pertemukan untuk mediasi. Namun, mediasi tersebut gagal karena tidak ada kesepakatan bersama antara Kaila dan Andika. Hari ini Andika hanya di temani oleh Mama Diana, Karena Pak Dani bekerja. Ya! Di usianya yang sudah terbilang tidak muda lagi itu, Pak Dani masih giat bekerja. Laki-laki paruh baya itu bekerja sebagai satpam komplek di salah satu perumahan yang tidak jauh dari tempat tinggal mereka. Adapun Luna, dia memilih di rumah saja dari pada harus ikut menyaksikan persidangan perceraian suami dan mantan istrinya itu. Sementara Kaila, di temani oleh Pengacaranya. Pak Wisnu. Beliau adalah pengacara keluarga yang memang sudah lama bekerja pada Kaila, bahkan Pak Wisnu sudah bekerja sejak mendiang Pak Abian masih muda sebelum menikah dengan Ibunya Kaila.Kembali ke persidangan, Andika dan Bu Diana pun tetap menolak keras perceraian ini. Andika merasa menyesal karena sudah menyakiti hati K
"Seperti yang Pak Wisnu dengar tadi, mantan ibu mertua saya ngotot agar anaknya mendapatkan harta gono-gini. Bagaimana menurut, Bapak?" Tanya Kaila ketika mereka sudah sampai di rumah. "Harta gono-gini wajib di bagi setelah kalian bercerai, baik yang sifatnya piutang maupun hutang. Dengan catatan, harta tersebut adalah harta bersama. Harta benda yang di kumpulkan atau di peroleh selama perkawinan," Jelas Pak Wisnu. "Nona, bisa memberitahu saya berapa jumlah atau dalam bentuk apa saja harta bersama yang kalian miliki selama dua tahun menikah. Nanti, akan saya hitung lebih dulu, kemudian baru di bagi dua." Imbuhnya lagi. Di tanya harta bersama oleh pengacaranya, Kaila malah tersenyum sungging. Apanya yang mau di bagi, sehelai baju pun Andika tak pernah membelikan apalagi yang lainnya. Meski memiliki suami, Kaila memenuhi kebutuhan pribadinya sendiri tanpa ada bantuan dari Andika. Saat itu, Kaila tidak mempermasalahkannya biar bagaimana pun Andika memiliki latar belakang keluarga biasa
"Ibu sama Luna duduk dulu," kata Andika sambil membantu Bu Diana duduk di sofa ruang tamu. "Cepetan kasih tau Mama, apa maksud kamu ngomong begitu sama mantan istri kamu itu?" Tanya Bu Diana tak sabaran.Andika menghela napasnya. sungguh! Mamanya tidak sabaran. "Ma, Dika cuma mau mengambil hati Kaila, biar bagaimana pun Dika masih cinta sama dia. Dika butuh Kaila, Ma! Butuh sosoknya yang lemah lembut, selalu memberi suport jika Dika ada masalah, dan cuma dia perempuan yang bisa menerima keadaan keluarga kita yang sederhana ini, Ma!" Jelas Dika tanpa menoleh ke arah sang istri. "Cinta? cinta terus yang kamu omongin. Kalau kamu beneran cinta kenapa kamu selingkuh, Dika!" geram Bu Diana. "itu kan, Mama yang maksa supaya aku deketin anaknya Mama Nia." jawab Andika. "Kenapa kamu jadi nyalahin, Mama?""Loh, emang benar Mama yang salah, kan?" balas Andika tak mau kalah. "Ya sudah, kita lupain itu! sekarang coba jelasin, kenapa kamu mau mulangin Mama ke kampung? tega kamu sama orang tua