Kesalahpahaman antara Zhou Fu dan perempuan yang baru ia temui pada akhirnya harus terhenti ketika Zhou Fu mendengar suara langkah kaki mendekat. Suara itu adalah suara pergerakan beberapa orang yang cukup gesit dan lincah. Didengar dari laju pergerakannya, Zhou Fu yakin jika kecepatan langkah tersebut melebihi singa jantan yang kelaparan.
“Itu dia nona Shen Shen! Jangan biarkan nona Shen Shen lolos!”Tiga orang pendekar laki-laki menyergap Zhou Fu dan perempuan yang ternyata bernama Shen Shen. Shen Shen bersembunyi di balik tubuh Zhou Fu dan memohon agar Zhou Fu bersedia menolongnya.“Tenang, akan kuhadapi mereka semua!” Insting Zhou Fu memang mengatakan jika Shen Shen memang sedang membutuhkan pertolongan. Zhou Fu pun mengambil sikap siap untuk memberi serangan pada tiga pendekar yang kini berdiri tak jauh darinya.“Minggir kau, Bocah! Jika tidak aku akan membelah tubuhmu menjadi dua bagian!” salah seorang dari tiga pendekar itu menarik pedang dari pinggangnya. Tanpa basa basi, ia menyerang Zhou Fu yang berniat melindungi Shen Shen. Pendekar tersebut menghantamkan pedang miliknya tepat di atas kepala Zhou Fu. Zhou Fu menggeser satu kakinya ke belakang, ia sepertinya hendak mempraktikkan jurus yang telah ia pelajari dari kakek Li Xian.“Awas… Kepalamu akan terbelah!” Shen Shen memekik melihat Zhou Fu tidak bereaksi memberi perlawanan.Zhou Fu yang tadinya menggeser satu kaki ke belakang, kini menggerakkan tua tangannya yang mengepal membentuk sebuah tanda silang. Bertepatan dengan Zhou Fu mengembuskan napas keluar, sebuah gelombang kejut menghantam ujung pedang si pendekar, membuat pedang itu mengalami keretakan yang parah. Gelombang kejut itu juga menjalar ke tangan si pendekar dan memberinya efek dorongan yang kuat.“Aaaaaargh!!!” Pendekar itu terpelanting dan jatuh dengan darah keluar dari hidung dan mulutnya.“Jurus apa itu? Aku bahkan tidak sempat melihatnya mengeluarkan sebuah jurus!” satu pendekar yang lain mundur beberapa langkah. Ia tak menyangka jika rekannya akan jatuh dengan begitu mudahnya. Zhou Fu bahkan tidak menggunakan satu senjata pun.“Wah, kau lumayan juga!” Shen Shen bersorak sebab ia akhirnya dipertemukan dengan penolong yang kuat.“Itu belum apa-apa, nanti kutunjukan yang lain!” Zho Fu kembali berdiri tegap dan menarik napas sedikit panjang lalu menghempaskannya pelan-pelan. Ia memang tidak sedang mengeluarkan jurus, yang barusan itu hanyalah sebuah teknik. Kata kakek Li Xian, teknik tersebut hanya diketahui oleh beberapa gelintir pendekar saja, dan Zhou Fu termasuk anak yang beruntung karena memiliki kakek sekaligus guru yang berpengalaman.“Kita harus pergi! Kita harus melaporkan ini pada ketua!” satu pendekar lainnya memberi inisiatif begitu melihat rekannya yang tadinya terpelanting kini sudah kehilangan nyawa.“Kalian mau pergi ke mana?” Zhou Fu memanggil sambil mengulang gerakannya.“Apa-apaan ini? Mengapa kakiku terasa berat? Mengapa tubuhku tidak bisa digerakkan?”“Brengs*k! Apa yang kau lakukan pada kami? Cepat lepaskan atau ketua kami akan menghabisimu!”Zhou Fu hanya tersenyum mendengarkan ocehan dua manusia yang sebentar lagi kehilangan nyawa. Zhou Fu menoleh ke belakang untuk memberi tahu Shen Shen,“Namamu Shen Shen, ‘kan? Jadi, apa mereka yang telah membuat kedua dad*amu membengkak? Jika ia, sekarang lakukan sesukamu pada mereka selagi mereka tak bisa melawan!”Shen Shen melotot sebentar tapi kemudian ia mengangguk dan merasa setuju untuk melakukan sesuatu pada dua pendekar itu. Shen Shen maju mendekat, ia mengamati dua pendekar itu dengan tatapan marah dan berapi-api,“Mengapa kalian ingin membunuhku? Siapa yang menyuruh kalian? Cepat katakan atau pedang ini akan menggores leher kalian perlahan!” Shen Shen menarik satu pedang musuhnya, ia menodongkan pedang tersebut tepat di bawah dagu salah satu musuhnya.“Mmm… maafkan kami nona, kami hanya menjalankan tugas!”“Tugas apa? Dari siapa? Aku memiliki hak istimewa sebagai bangsawan Caihong kelas dua! Siapa yang berani merencanakan hal buruk padaku?”“Aku tidak mengerti, Nona! Sungguh! Tanyakan saja padanya!” pendekar tersebut melemparkan lirikannya pada rekannya sendiri, ia tak mau hanya dirinya saja yang diinterogasi oleh Shen Shen.“Aaaa… aku juga tidak tahu, Nona. Tapi, jika kau bersedia melepaskan kami, akan kuberitahu siapa pimpinan kami!”“Baiklah aku setuju! Cepat katakan siapa pimpinan kalian?” Shen Shen menjawab dengan cepat.“Patriark Sun. Sun Mingjin, dari sekte Sungai Utara.”“Sekte Sungai Utara? Aku tidak pernah mendengar nama sekte itu selama tinggal di Caihong. Katakan dengan jujur atau kau…“Benar, Nona! Sekte Sungai Utara tidak berada di daratan Caihong. Itu adalah sekte yang menduduki wilayah di pulau Sungai Utara. Pulau yang berdekatan dengan dengan daratan Shamo. Aku berkata apa adanya nona, tolong ampuni kami.”“Begitu rupanya… Lalu, apa urusan mereka denganku? Aku tidak pernah melakukan keributan apapun baik di dalam tembok raksasa maupun di luar tembok raksasa!”“Lama sekali, kenapa tidak segera dibunuh saja! Nanti kita cari tahu sendiri soal itu!” Zhou Fu mulai merasa jika pertanyaan Shen Shen terlalu bertele-tele. Zhou Fu pun terbang mendekat dan memberi masing-masing satu pukulan di dada kepada musuh-musuhnya.Dua pendekar itu pun tumbang tanpa sempat berkata-kata. Mereka mati seketika begitu pukulan Zhou Fu mengenai ulu hati mereka. Melihat musuh-musuhnya kini sudah tak bernyawa, Shen Shen menghentakkan kakinya karena kesal.“Mengapa kau bunuh mereka?!! Aku belum selesai bertanya!”“Mereka bisa saja memberi tahu informasi yang tidak benar, kakekku sudah pernah bercerita tentang hal-hal tersebut! Jika memang ingin tahu kebenaran, kita harus mencarinya sendiri! Ah, kalau tidak percaya nanti biar kupertemukan kau dengan kakekku!”***Karena memang tak mungkin meninggalkan Shen Shen sendirian di pulau terpencil, Zhou Fu membawa Shen Shen pulang ke tempat tinggalnya di pulau Youhi. Di dalam perjalanan di atas laut, Shen Shen bercerita panjang lebar soal daratan Caihong yang menjadi tempat tinggalnya. Ia juga menyebutkan jika keluarganya merupakan keluarga yang terpandang karena mereka merupakan keluarga bangsawan kelas dua, sebuah kasta kebangsawanan yang menunjukkan jika keluarga Shen Shen merupakan orang penting di Caihong.“Aku yakin kau akan senang bertemu dengan adikku! Ia seumuran denganmu, dan dia juga sangat senang bertarung,” Shen Shen berucap sambil tetap mengawasi Zhou Fu yang mengendalikan perahu. Shen Shen yang saat itu sudah berusia 21 tahun merasa sedang bersama dengan adiknya yang mungkin saat ini sedang bersedih menunggui kepulangannya.“Oh ya, apakah adikmu kuat?” Zhou Fu bertanya.“Tentu, ia telah berhasil melewati banyak ujian kependekaran di Caihong. Kukira, dia akan sangat senang jika bertemu denganmu. Oh ya, adikku juga perempuan. Sama seperti diriku!”Zhou Fu berhenti sejenak,“Perempuan???!” Zhou Fu mengingat-ingat kata tersebut. Sepertinya ia sudah pernah mendengarnya dari mulut kakek Li Xian.Sebuah daratan besar yang disebut sebagai daratan Caihong adalah wilayah terluas di belahan bumi bagian timur. Orang-orang menyebut Caihong sebagai tanah surga di mana manusia tak mungkin kelaparan jika tinggal di daerah tersebut. Tanaman tumbuh tanpa ditanam, beragam binatang dan sumber daya tersebar di seluruh bagian wilayah Caihong. Keamanan dijamin penuh oleh pemerintah sehingga warga bisa makan dan tidur dengan nyenyak tanpa harus mengkhawatirkan serangan ataupun perang sebagaimana keributan tersebut selalu terjadi di luar wilayah Caihong.Kedamaian yang selalu menyelimuti Caihong itulah yang membuat Shen Shen tak habis pikir jika ia saat ini sedang menjadi perburuan beberapa kelompok untuk dibunuh. Seingat Shen Shen, ia tak pernah terlibat dalam kekacauan apapun, ia juga tak memiliki masalah dengan siapapun.“Jadi, mengapa kau bisa sampai di sini?” Zhou Fu bertanya pada Shen Shen setelah perempuan itu bercerita panjang lebar tentang negeri Caihong.
Perjalanan Zhou Fu dan Shen Shen menuju ke pulau pertama memakan waktu sekitar dua minggu. Di hari ke 14 mereka berhasil sampai di sebuah pulau yang bernama pulau Jidong. Zhou Fu dan Shen Shen tiba di pulau tersebut di waktu yang sangat tepat karena jika saja perjalanan laut mereka memakan waktu yang lebih lama lagi, tubuh Shen Shen yang lemah akan terkapar tak sadarkan diri akibat kelaparan dan kehausan.Bekal makanan mereka sudah habis tiga hari sebelumnya dan itu adalah hari ke 4 mereka tidak makan dan minum. Tubuh Zhou Fu masih cukup kuat untuk tidak makan berhari-hari, tetapi tidak dengan Shen Shen. Perempuan itu sudah merengek dan mengoceh panjang lebar karena tidak bisa menahan perutnya yang perih karena lapar. Dan hari itu, hari di mana mereka sampai di pulau Jidong, Shen Shen hanya menutup mulutnya rapat karena sudah tak memiliki tenaga untuk mengeluh atau mengomel.Pertama-tama, mereka tiba di Dozhu, sebuah desa yang terletak di pinggiran pulau Jidong. Desa t
“Mau ikut tidak?” Zhou Fu yang sudah berpakaian rapi mendatangi Shen Shen dan menceritakan tentang keberuntungannya beberapa saat lalu, ia pun mengajak Shen Shen untuk beristirahat dan makan di kamarnya. Bukannya senang, Shen Shen justru menunjukkan ekspresi cemberut ketika mendengar kabar baik dari Zhou Fu. Ia hanya memberi anggukan kecil sedang kepalanya menoleh ke kiri dan dua tangannya dilipat di depan dada. Shen Shen sepertinya merasa kesal dan malu karena harus menerima bantuan dari orang yang sudah ia ejek beberapa waktu lalu.“Akan kuhitung berapa biaya bantuan yang kau berikan. Setelah sampai di Caihong, aku akan membayarnya dua kali lipat! Ingat itu!” Shen Shen yang tak mau harga dirinya jatuh, segera menyombongkan diri dengan menganggap bantuan Zhou Fu sebagai sebuah hutang.“Terserah apa katamu, yang jelas ada sesuatu hal yang ingin kutanyakan padamu, tapi sebelumnya makan dan istirahatlah dulu,” Zhou Fu menggeleng-geleng
Diskusi yang dilakukan oleh Zhou Fu dan Shen Shen berlanjut hingga dini hari sebab Shen Shen nyatanya tidak bisa tidur semenit pun. Mereka bersepakat tentang beberapa hal dan saling berdebat tentang beberapa hal yang lain. Akan tetapi, perdebatan Shen Shen dan Zhou Fu menemui jalan buntu ketika Shen Shen mengungkit tentang persediaan uang. Ya, mereka membutuhkan banyak uang sebagai bekal menuju ke Caihong. Sementara pada saat itu, baik Zhou Fu maupun Shen Shen sama-sama tidak memiliki uang sedikit pun. Awalnya perkara tersebut tidak menjadi masalah sebab Shen Shen sudah memikirkan solusinya.Sebelumnya, Shen Shen sudah memberi tahu Zhou Fu tentang beberapa biro perwakilan bangsawan Caihong yang tersebar di kota-kota besar di luar daratan Caihong. Biro perwakilan tersebut didirikan untuk memberi kemudahan bagi bangsawan-bangsawan Caihong yang sedang mengalami kesusahan ketika berada di luar Caihong. Tujuan pertama perjalanan Shen Shen dan Zhou Fu adalah untuk menemukan Biro te
Suara para penonton pecah ketika Zhou Fu meneriakkan janji kemenangannya. Kecongkakan Zhou Fu membuat taruhan yang dilakukan penonton menjadi semakin ramai. Jika yang bertanding adalah Wang Ling, penonton biasanya enggan melakukan taruhan sebab Wang Ling nyatanya sudah menuai kemenangan entah berapa ratus atau berapa ribu kali dalam sepuluh tahun terakhir. Momen menebak siapa pendekar yang akan menjadi pemenang dalam arena biasanya hanya dilakukan penonton pada pertandingan-pertandingan biasa.Tapi tidak dengan hari itu. Kepercayaan diri Zhou Fu yang totalitas membuat beberapa gelintir orang menaruh rasa optimis juga padanya. Meski penonton mulai membuka taruhan, tetap saja suara terbanyak masih ada di pihak Wang Ling.“Paman Wang Ling, di mana dirimu? Apa itu artinya kau sedang ketakutan?” Zhou Fu berteriak ke arah jalan masuk milik lawan. Wajar saja Zhou Fu meneriaki musuhnya yang tak kunjung muncul, sebab nyatanya ia sudah menunggu sekitar sepuluh menit
Satu jam sebelumnya…Para penonton diam membisu dengan tubuh gemetaran tepat ketika Wang Ling terkulai lemas tak berdaya akibat satu pukulan yang diberikan oleh Zhou Fu. Mereka khawatir jika Zhou Fu akan membalas dendam pada mereka karena beberapa saat lalu mereka meremehkan kekuatan Zhou Fu. Jika waktu bisa diputar kembali, mereka ingin berbalik mendukung Zhou Fu sehingga di saat Zhou Fu menang dari Wang Ling, mereka hanya perlu bersorak gembira tanpa merasakan kegentingan yang mencekam.“Tuan muda, mohon jangan beritahukan kepada semua orang jika selama ini aku berbuat curang. Percayalah, akibat kecuranganku tersebut, desa ini tak pernah diganggu oleh rombongan perampok dari luar,” Wang Ling masih mencoba merengek memohon pada Zhou Fu ketika Zhou Fu memberikan uluran tangan kepadanya.Zhou Fu nampak mengamati Wang Ling selama beberapa saat, ia sedang membuat penilaian apakah ucapan yang baru saja dikatakan Wang Ling adalah kej
Shen Shen sibuk menutupi wajahnya dengan helaian-helaian rambutnya yang panjang. Sebisa mungkin ia tak ingin wajahnya tertangkap oleh lima orang yang beberapa saat lalu membahas tentang dirinya dan Yang Zi. Ketika Zhou Fu mengatakan padanya bahwa Zhou Fu akan menghabisi mereka semua, Shen Shen menginjak kaki Zhou Fu sembari menggeleng-gelengkan kepala. “Percaya padaku, kita lebih baik diam saja dan tidak memberi reaksi!” Shen Shen berbicara nyaris tanpa suara. “Sialan, harusnya aku tak perlu izin padamu tadi!” Zhou Fu mencengkeram tangannya kuat-kuat. Geram karena ia gagal berkelahi. Padahal akan sangat menyenangkan jika ia bisa berkelahi. Apa daya, Shen Shen melarangnya dan ia harus menuruti apa kata perempuan tersebut. Sejatinya, Zhou Fu sudah memegang janji pada kakeknya untuk menurut pada Shen Shen jika ia dicegah untuk berkelahi. ‘Janji, bagaimanapun sulitnya ditepati tetap harus ditepati. Dengan demikian, kau akan disebut pria sejati’ begitulah kata-kat
Pria yang mencengkeram pakaian Zhou Fu itu menarik tangannya dan membuat wajahnya hanya berjarak satu kepalan tangan dari wajah Zhou Fu. Pria itu kian menyeringai lebar ketika mendapati tubuh Zhou Fu tak mengeluarkan aura apapun yang menandakan bahwa Zhou Fu adalah remaja biasa tanpa ilmu bela diri sedikit pun.Braaaakkk……Tubuh Zhou Fu dihantamkan ke meja makan hingga membuat punggungnya berbenturan dengan aneka hidangan yang tadinya ia makan bersama Shen Shen. Seluruh hidangan di meja itu pun kini telah berantakan tak berbentuk. Meja makan pun pecah terbelah menjadi dua bagian. Zhou Fu terjatuh ke lantai dengan posisi telentang sedang Shen Shen seperti orang kebingungan dan ketakutan. Tangan Zhou Fu mengepal semakin kuat, tapi sebagian tubuhnya masih menyimpan kesabaran.“Hei perempuan, apakah kau juga ingin mendapat giliran seperti kekasihmu yang lemah ini?” Pria itu maju selangkah mendekati Shen Shen, tangan pria itu menjul