Duh maaf, Bab selanjutnya (120) bisa di skip aja gaes, bulan puasa malah up adegan ++ Maaf atas godaan imannya dan selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menjalankan.
Sania segera mendorongnya dengan pelan, melepaskan ciumannya dan menundukkan pandangannya."Jangan nakal," ucapnya lirih, namun dibalas senyuman dan Akara segera meraih dagu kecilnya."Jangan dan tidak boleh dari mulut wanita bukan berarti dia menolaknya." Ia lalu melumat kembali bibir merah muda nan lembut di depannya. Benar saja, Sania membalas lumatanya, bahkan lidah mereka saling membelit. Diberi lampu hijau, Akara tidak menyia-nyiakan kesempatan, tangan kirinya bergerilya di tubuh indah Sania dan tangan kanannya menurunkan resleting gaun di bagian punggungnya. Sania juga tak ingin kalah, ia mulai meletakkan jari-jari lentiknya di dada bidang kekasihnya dan perlahan turun hingga perut."Jangan nakal." Akara sempat-sempatnya menggodanya hingga membuat Sania cemberut menggemaskan, kemudian menggigit lehernya. Akara membiarkannya, ia langsung menyusupkan tangannya ke dalam penyangga dadanya, menyentuh payudara Sania yang besar nan bulat. Saat puting kecil berwarna merah muda tersentu
Arc 3: Konferensi PenempaAkara mendapatkan Esensi Angin Surgawi dan dari ranah Mijil dua bulan energi jadi ranah Sinom tiga bulan energi. Kabur ke hutan dan membuat markas baru. Tanpa disengaja mendapatkan skill baru (yah emang tanpa disengaja, bahkan awalnya author tak kepikiran.) Amphipthere ternyata masih hidup, namun baik tubuh dan jiwanya mengalami kerusakan. Demi membantunya, Akara menuju kota hutan Araves untuk mencari bahan obat. Ia kemudian terseret dalam perselisihan, yang akhirnya membuatnya harus berurusan dengan dua master Alkemis dari kota Shuyal. Akibat pertempuran sebelumnya, ia harus menyembunyikan api Surgawinya. Alhasil, sesuatu yang mengerikan dalam dirinya muncul dan menjadi sebuah alter ego. Menggunakan identitas baru, urusan dengan kedua Master Alkemis membuatnya berhubungan dengan beberapa orang di kota shuyal. Tidak lama kemudian ia harus berpisah dengan seseorang yang mengakibatkan alter egonya semakin kuat. Tujuan awalnya yang ingin ikut konferensi penemp
Keesokan harinyaPria berjubah duduk bersandar di atas dahan pohon, sedangkan Ken dan Kyun langsung memalingkan kepalanya saat kubah pelindung terbuka. Akan tetapi, si kadal bodoh dengan santainya mendekati mereka dan berkata."Kenapa kalian lama sekali!? Apa yang terjadi!?" Ken sontak saja melilit tubuhnya dan menariknya menjauhi Akara dan Sania. "Guru! Apa yang kau lakukan!?""Diam!" bentak Ken dan Kyun secara bersamaan hingga membuatnya terdiam.Sania terlihat begitu malu saat menyadari bahwa mereka mengetahui apa yang telah terjadi. Sedangkan Akara mengulurkan tangannya, membantunya berjalan. Sania mengabaikannya, namun baru saja melangkahkan kakinya, ia merasa sakit dan merapatkan pahanya. Akan tetapi, hal itu malah membuatnya semakin merasa sakit hingga reflek meraih tangan Akara untuk bertumpu."Bocah! Kau apakan kaki nona Sania!?" Komo lagi-lagi berteriak, membuat Ken harus memukul kepalanya menggunakan ekornya
Kini Akara membiasakan diri dengan Esensi Angin Surgawi, ia menggunakannya untuk membantunya menempa. Dengan telanjang dada, ia berdiri sambil memegang penjepit dan palu tempa. Tubuhnya bercucuran keringat, juga kobaran api Surgawi di tungku penempa. Ternyata apinya kembali bermutasi, kini memiliki tiga warna sesuai ketiga Esensi. Merah hijau biru atau dalam bahasa teknik sering disebut RGB (Red Green Blue). Api dengan pancaran lebih terfokus, kini ia gunakan untuk menempa batu Cryostar. "Api Surgawinya kembali bermutasi!?" Alan yang biasanya tenang bahkan tidak bisa menutupi keterkejutannya. "Jadi ini alasannya Raja Yog Aren bersikeras untuk mendapatkannya. Jika ada lebih dari satu Esensi Surgawi, maka yang terkuat akan bermutasi," lanjutnya."Batu Cryostar, batu yang begitu kuat, bahkan sebelumnya tidak mampu Akara tempa." Sania tiba-tiba mendekatinya, membuat Alan merasa aneh."Maaf nona, ada apa?" "Sepertinya basa-basi tidak berlaku untukmu…
Keesokan harinya, Akara keluar kamar dengan masih mengenakan kimono tidurnya. Mendekati Alan dan ketiga binatang sihir yang terlihat sedang berkerumun.Swushh…Tiba-tiba cahaya kehijauan melesat ke arahnya, membuatnya reflek membuat kubah pelindung di sekelilingnya. Kini Amphipthere hanya terbang pelan mengitarinya, sedangkan Ken langsung bergegas mendekatinya."Maaf tuan muda!" seru Ken, lalu Akara membuka pelindungnya dan mengulurkan tangan ke arah ular terbang itu. Segera ular itu melilit tangan Akara dan kepalanya berada di genggaman. Akara kemudian mengamatinya, lalu menggelitik dagu ula itu."Bagaimana bisa?" ucap Akara kepada Ken."Maaf tuan muda, kemarin saya yang mengambilnya,""Tidak perlu minta maaf, jelaskan saja kenapa ia sangat mirip dengan Amphipthere, bahkan energinya juga sama," ucap Akara sambil masih memainkan ular terbang itu di tangannya."Itu memang Amphipthere!" jelas Ken membuat Akara mengernyitka
"Sangat puas, makanya bikin ketagihan." Akara menaikkan rok gaun milik Sania, lalu tangannya menyentuh belahan celana dalamnya yang basah, lalu berbisik di telinganya. "Kamu juga basah?" Gadis itu tersipu, lalu Akara menarik tali kimononya dan langsung terpampanglah penisnya yang tegang. Setelah itu ia meraih tangan Sania untuk menyentuh penisnya. Gadis itu cukup terkejut, namun tidak melepaskan genggamannya."Bagaimana?" bisik Akara."Besar.." jawab Sania malu-malu, lalu Akara menuntun tangannya untuk bergerak maju-mundur mengocoknya dengan lembut. "Lalu?""Panas, panjang dan besar," jawab Sania membuat Akara tersenyum dan mencolokkan jarinya pada belahan vaginanya."Kok besarnya dua kali?" ucap Akara membuat Sania begitu malu, lalu ia ditarik agar berbalik badan. Akara hanya perlu menyibakkan celana dalam Sania dan nampaklah vagina kecil yang sudah begitu basah. Sania kemudian diangkatnya hingga duduk di ujung meja dapur, lal
Di atas gua pelindung harapanAda energi yang terpancar, menembus langit-langit gua hingga membumbung tinggi sampai ke atas langit. Menciptakan fenomena langit dan bumi yang menggetarkan juga menciptakan awan gelap. Setelah beberapa saat, energi layaknya pancaran cahaya itu berangsur-angsur mengecil. Menyusut kembali hingga nampaklah pusat pancarannya. Itu berasal dari sebuah tungku pemurnian yang tingginya hanya setengah meter, berwarna hitam keunguan seperti bahannya yang berupa batu Cryostar. Tungku yang baru saja selesai ditempa, dapat terlihat dari keadaan sang penempanya. Remaja bertelanjang dada, terengah-engah penuh peluh dan terduduk di lantai dengan kedua tangan bertumpu di belakangnya. Senyuman lebar dengan tatapan begitu puasnya terpancar ke arah tungku hasil menempanya, bahkan tidak bergeming saat ada yang mendekatinya.…Hari berikutnyaSania dan Akara pergi menuju kota hutan Araves, ia kini mengenakan topeng mata yang sebelumny
Bukan membicarakan tentang pertempuran sebelumnya, melainkan tentang malapetaka yang membuat para Kaisar menghilang. Selain para Kaisar, ternyata di dunia atas juga ada beberapa master aura terkemuka yang juga menghilang. Kegaduhan setelah pertempuran ternyata teredam akibat kedatangan pengganti Kaisar Amerta. Mereka tidak menyangka jika tuan putri merupakan seorang gadis yang masih berusia belasan tahun. "Tapi kecantikannya itu! Semua orang langsung terpana saat itu, bahkan aku saja sampai lupa mau ngapain!" ucap salah satunya diikuti gelak tawa mereka."Belum tentu usianya belasan tahun, sebagai anak kaisar Amerta, tentu saja bakatnya tidaklah biasa. Masih terlihat belasan tahun karena sudah mencapai ranah abadi di usia yang begitu muda dan penuaannya jadi terhenti,""Beberapa tahun lalu ada Lina si Peri Salju yang menjadi master aura muda terkuat, satu-satunya yang bisa mencapai ranah abadi di usia kurang dari dua puluh tahun. Kini bahkan sang Putri Ka