Hentakan yang dibuatnya saat mendarat ke tanah, membuat hembusan angin yang sangat kencang. Pepohonan di sekitarnya langsung tersapu menjauh, bahkan sampai tanahnya sekalian dan terbentuklah cekungan dengan dalam belasan meter dan lebar puluhan meter. Ada satu sisi yang tidak terkena efeknya karena kubah pelindung yang Akara buat. Di pusat cekungan, berdirilah seekor primata dengan bulu berwarna merah tua keemasan. Seekor orangutan yang besar tubuhnya bisa dibandingkan dengan Alagra. Dengan tangannya yang panjang dan berotot mengepal di tanah, ia menoleh ke arah mereka dengan tekanan gravitasi dan intimidasi yang sangat kuat. Kai dan Salamander langsung tersungkur ke tanah, namun Akara segera menjentikkan jarinya, membuat kubah pelindung yang baru.
"Humph! Mampu menahan intimidasi dariku, berarti kau yang menghasut mereka untuk bergabung dengan manusia!""Kalian kenal?" Akara menoleh ke arah Kai dan Salamander, lalu mereka mengangguk."Selain ayahku, adaAkara melebarkan kedua tangannya ke samping, lalu muncul sepasang pedang kayu di sana. Bor spiral juga terbentuk beberapa buah di atas kepalanya, namun seketika menghilang. Bor spiral menyebar, menembus kepala kloningan Otung yang melompat dari segala sisi. Melihat serangannya gagal, Otung yang bertengger lalu berdiri. Kilatan listrik merah menyelimuti tubuhnya, bergerak dari segala sisi ke atas kepalanya. Satu cincin merah terbentuk, namun listik masih melebar dan membentuk satu cincin lagi yang lebih besar. Akara tidak mau kalah, pemuda itu menyalakan aura ranahnya. 5 bulan energi berwarna keemasan yang berputar di belakang pundaknya. "Hanya manusia biasa kau begitu sombong melawanku!?" Dengan kedua kepalan tangan yang menyatu membentuk bogem, Otung melompat. Mengayunkan tangan dari atas dengan energi yang meluap-luap di kepalannya.Gleng!... Pukulan membentur pelindung milik Akara, walau tertahan, namu membuat gelombang getaran yang begitu besar. Robe
Boomb!...Pukulan tepat di perut Akara, membuat pemuda itu langsung memuntahkan darah segar. Robekan kehampaan yang terbentuk benar-benar berbentuk lingkaran sempurna selebar satu meter, dengan puluhan robekan kehampaan berbentuk cincin yang berjejer mundur dan melebar semakin besar hingga membelah hutan dengan bentuk lingkaran yang sempurna. Di sisi lain, Akara menembus tebalnya anyaman pohon raksasa, lalu terlempar ke atas langit. Brak Crang!... Ia tertahan di udara, seakan menabrak dinding kaca dan menyebabkan retakan yang sangat luas. Lagi-lagi setiap bagian tubuhnya bergetar layaknya otot yang sedang keram. Darah merembes dari pori-pori kulitnya seakan diperas, sedangkan Opung sudah melompat dengan udara sebagai pijakannya.Jlar!... Petir ungu menyambar dari tubuh Akara, merambat ke segala sisi dengan jarak belasan mil jauhnya. Opung yang tersambar limbung, namun segera menggelengkan kepalanya, lalu melompat lagi dengan kilatan listrik masih mengalir
Sedangkan di dimensi nyataSambaran petir yang menyebar ke segala arah, membuat para binatang sihir mendongakkan kepalanya. Robekan kehampaan bekas rambatan petir membuat birunya langit jadi memiliki pola yang menakutkan. Retakan itu menyusut mulai dari ujungnya, semakin kecil hingga akhirnya lenyap sepenuhnya. Beberapa saat kemudian, sambaran petir meluncur satu arah sangat cepat. Robekan kehampaan lebih besar dari sebelumnya, disusul ledakan di satu tempat dengan aliran petir di sekitarnya. Samabaran itu masih terus melesat menjauh, hingga tidak terlihat lagi dari Gua Pelindung Harapan. Di kota Shuyal, para warga langsung keluar rumah saat mendengar suara gemlegar yang begitu keras. Mereka menghadap ke arah selatan, di atas kejauhan langit sana ada sobekan ruang yang begitu panjang dan terus melebar. Begitu juga di kota hutan Araves, mereka melihat ke arah utara. Ledakan dengan petir kembali terlihat, namun segera disusul oleh robekan ruang berbentuk c
Saat membuka matanya, cahaya yang membias menembus langit-langit dan sungai di atasnya. Ia lalu menoleh dan wajah cantik dengan pipi tembem masih tidur pulas di sampingnya. Senyuman langsung merekah di bibirnya, sambil tangannya bergerak untuk meraih gundukan lemak yang terlihat begitu lembut. Ia memainkannya dengan gemas hingga membuat sang pemilik membuka matanya."Akara!?" Gadis itu langsung memeluknya dengan erat, sedangkan ia mengusap-usap lembut rambut di punggungnya. ...Mereka keluar kamar, melewati lorong gua yang sangat besar dengan seluruh langit-langitnya transparan dan terlihat aliran sungai di sana. Suara riuh orang mengobrol semakin terdengar jelas saat mereka semakin jauh melangkahkan kakinya. Walau pemuda itu belum bersuara, namun mereka langsung menoleh dan segera berdiri untuk mendekatinya."Bagaimana kabarmu tuan Akara?" ujar pria berblangkong."Hanya kehabisan energi," jawabnya sembari menyapu pandangan, mengabsen orang-o
Kolam racun telah pindah lokasi, namun masih berupa gua dengan Kai yang menunggunya. Jauh di kedalaman tanah, Salamander magma dibuatkan kawah seperti domain miliknya, lalu masih ada beberapa gua di atasnya layaknya Dugeon dengan binatang Sihir lainnya. Pepohonan di sekitar Gua Pelindung Harapan, kini memiliki ukuran yang raksasa, walau tidak sebesar kota hutan Araves. Kubah pelindung berjejer-jejer di bawah teduhnya hutan, juga ada beberapa di dahan dengan burung raksasa yang bertengger. Pemuda berjaket hitam terbang di depan air terjun, memandangi kota yang ia bentuk sesuai harapannya. Rumah-rumah di pinggiran aliran sungai, dengan latar belakang pepohonan raksasa. Banyak manusia dan juga binatang sihir yang berkumpul menjadi satu. Ia lalu menuju di atas tebing, tepat di samping air terjun dan mendekati Kana dan yang lainnya."Maaf, seharusnya waktu singkat untuk berduaan denganmu, namun malah harus fokus pada pembangunan kota," ujarnya sembari mengusa
Dengan wajah tenang tanpa ekspresi, kedua pedangnya berada di sisi yang berlawanan, menyiapkan Cakaran Naga Hitam dengan api surgawi yang menyelimuti bilahnya. Ia melesat sangat cepat ke arah pria tua kurus itu, lalu mengayunkan kedua pedangnya, tepat di lehernya. Crang!... Pria tua itu terlempar dengan robekan kehampaan di kedua sisinya, sedangkan di bawah Akara ada benda besar yang runcing, dengan darah yang menetes. Ujung ekor Wyvern telah putus, terkena Cakaran Naga Hitam. "Tuan Agera!? Apa yang terjadi!?" Pria tua bernama Trueno itu sudah mendarat di tanah, namun masih terus terdorong ke belakang. Pijakan kakinya bahkan menghancurkan lantai batu. Hal itu membuat para Penempa yang sedang membangun pemukiman baru di sekitarnya segera berhenti beraktivitas dan melihat mereka. Pemuda itu lagi? Apa yang ia lakukan!? Mereka semua terlihat begitu geram saat melihatnya."Tuan Agera, Yog Aren memang salah sebagai Raja Penempa, namun kenapa menyerang Trueno!?" Wyvern itu masih terbang di
Pria tua kurus itu lalu menoleh kembali ke arah para Penempa dan berseru."Kalian semua tidak perlu ikut bertarung, bantu saya membuat formasi!" Ia mengibaskan tangannya, seketika banyak sekali kristal berkilau yang terlempar ke arah para Penempa."Baiklah!" Mereka langsung menyebar sangat luas, sama luasnya dengan pilar pentagram yang dibuat oleh Yog Aren sebelumnya."Terima kasih telah membawakan 7 Esensi Surgawi, tuanku pasti akan langsung menjadi penguasa seluruh Alam Semesta!" Trueno langsung menyalakan aura ranahnya, 8 bola energi dengan 7 bintang yang berputar di belakang pundaknya. Seketika langit menjadi gelap layaknya berada di dimensi lain, dengan tekanan yang menabraknya. Terhuyung sekilas, listrik merah langsung menyelimuti tubuh pemuda itu, bergerak ke atas membentuk 3 lapisan cicin merah dengan kilatan listrik di sekitarnya. Cahaya dari kedua aura terlihat begitu jelas karena suasana yang gelap, sedangkan tanah di bawah mereka langsung retak dan tertekan ke bawah. Saat
Beberapa saat yang laluAkara terlempar ke dimensi lain, domain milik Komo. Ia melayang di udara dengan lengan dan kakinya berlubang-lubang, namun tidak ada darah yang mengalir karena sekitar lubangnya gosong terbakar. Ia segera mengeluarkan dua pil andalan dan menelannya, tidak butuh waktu lama energi mengalir untuk menyembuhkan seluruh lukanya. Pedang kayu dan bor spiral sudah menyala merah terbakar laser, sedangkan di atas dan bawahnya merupakan hutan kristal runcing bagaikan duri landak dengan racun yang melumurinya. "Apa yang harus kita lakukan Akara!?"Pemuda itu tidak menjawabnya dan seketika aliran listrik ungu membentuk Aura Alkemis di bawahnya. Aliran energi langsung menuju bor spiral, sedangkan kedua pedangnya siap melakukan Cakaran Naga Hitam. Sonic Boom yang merusak domain di belakangnya membuatnya melesat sangat cepat, ia mulai mengayunkan pedangnya, membuat domain robek dan keluar dari sana. Seketika ia muncul tepat di depan Trueno, dengan Cakaran Naga Hitam separuh ay