Saat membuka matanya, cahaya yang membias menembus langit-langit dan sungai di atasnya. Ia lalu menoleh dan wajah cantik dengan pipi tembem masih tidur pulas di sampingnya. Senyuman langsung merekah di bibirnya, sambil tangannya bergerak untuk meraih gundukan lemak yang terlihat begitu lembut. Ia memainkannya dengan gemas hingga membuat sang pemilik membuka matanya.
"Akara!?" Gadis itu langsung memeluknya dengan erat, sedangkan ia mengusap-usap lembut rambut di punggungnya....Mereka keluar kamar, melewati lorong gua yang sangat besar dengan seluruh langit-langitnya transparan dan terlihat aliran sungai di sana. Suara riuh orang mengobrol semakin terdengar jelas saat mereka semakin jauh melangkahkan kakinya. Walau pemuda itu belum bersuara, namun mereka langsung menoleh dan segera berdiri untuk mendekatinya."Bagaimana kabarmu tuan Akara?" ujar pria berblangkong."Hanya kehabisan energi," jawabnya sembari menyapu pandangan, mengabsen orang-oKolam racun telah pindah lokasi, namun masih berupa gua dengan Kai yang menunggunya. Jauh di kedalaman tanah, Salamander magma dibuatkan kawah seperti domain miliknya, lalu masih ada beberapa gua di atasnya layaknya Dugeon dengan binatang Sihir lainnya. Pepohonan di sekitar Gua Pelindung Harapan, kini memiliki ukuran yang raksasa, walau tidak sebesar kota hutan Araves. Kubah pelindung berjejer-jejer di bawah teduhnya hutan, juga ada beberapa di dahan dengan burung raksasa yang bertengger. Pemuda berjaket hitam terbang di depan air terjun, memandangi kota yang ia bentuk sesuai harapannya. Rumah-rumah di pinggiran aliran sungai, dengan latar belakang pepohonan raksasa. Banyak manusia dan juga binatang sihir yang berkumpul menjadi satu. Ia lalu menuju di atas tebing, tepat di samping air terjun dan mendekati Kana dan yang lainnya."Maaf, seharusnya waktu singkat untuk berduaan denganmu, namun malah harus fokus pada pembangunan kota," ujarnya sembari mengusa
Dengan wajah tenang tanpa ekspresi, kedua pedangnya berada di sisi yang berlawanan, menyiapkan Cakaran Naga Hitam dengan api surgawi yang menyelimuti bilahnya. Ia melesat sangat cepat ke arah pria tua kurus itu, lalu mengayunkan kedua pedangnya, tepat di lehernya. Crang!... Pria tua itu terlempar dengan robekan kehampaan di kedua sisinya, sedangkan di bawah Akara ada benda besar yang runcing, dengan darah yang menetes. Ujung ekor Wyvern telah putus, terkena Cakaran Naga Hitam. "Tuan Agera!? Apa yang terjadi!?" Pria tua bernama Trueno itu sudah mendarat di tanah, namun masih terus terdorong ke belakang. Pijakan kakinya bahkan menghancurkan lantai batu. Hal itu membuat para Penempa yang sedang membangun pemukiman baru di sekitarnya segera berhenti beraktivitas dan melihat mereka. Pemuda itu lagi? Apa yang ia lakukan!? Mereka semua terlihat begitu geram saat melihatnya."Tuan Agera, Yog Aren memang salah sebagai Raja Penempa, namun kenapa menyerang Trueno!?" Wyvern itu masih terbang di
Pria tua kurus itu lalu menoleh kembali ke arah para Penempa dan berseru."Kalian semua tidak perlu ikut bertarung, bantu saya membuat formasi!" Ia mengibaskan tangannya, seketika banyak sekali kristal berkilau yang terlempar ke arah para Penempa."Baiklah!" Mereka langsung menyebar sangat luas, sama luasnya dengan pilar pentagram yang dibuat oleh Yog Aren sebelumnya."Terima kasih telah membawakan 7 Esensi Surgawi, tuanku pasti akan langsung menjadi penguasa seluruh Alam Semesta!" Trueno langsung menyalakan aura ranahnya, 8 bola energi dengan 7 bintang yang berputar di belakang pundaknya. Seketika langit menjadi gelap layaknya berada di dimensi lain, dengan tekanan yang menabraknya. Terhuyung sekilas, listrik merah langsung menyelimuti tubuh pemuda itu, bergerak ke atas membentuk 3 lapisan cicin merah dengan kilatan listrik di sekitarnya. Cahaya dari kedua aura terlihat begitu jelas karena suasana yang gelap, sedangkan tanah di bawah mereka langsung retak dan tertekan ke bawah. Saat
Beberapa saat yang laluAkara terlempar ke dimensi lain, domain milik Komo. Ia melayang di udara dengan lengan dan kakinya berlubang-lubang, namun tidak ada darah yang mengalir karena sekitar lubangnya gosong terbakar. Ia segera mengeluarkan dua pil andalan dan menelannya, tidak butuh waktu lama energi mengalir untuk menyembuhkan seluruh lukanya. Pedang kayu dan bor spiral sudah menyala merah terbakar laser, sedangkan di atas dan bawahnya merupakan hutan kristal runcing bagaikan duri landak dengan racun yang melumurinya. "Apa yang harus kita lakukan Akara!?"Pemuda itu tidak menjawabnya dan seketika aliran listrik ungu membentuk Aura Alkemis di bawahnya. Aliran energi langsung menuju bor spiral, sedangkan kedua pedangnya siap melakukan Cakaran Naga Hitam. Sonic Boom yang merusak domain di belakangnya membuatnya melesat sangat cepat, ia mulai mengayunkan pedangnya, membuat domain robek dan keluar dari sana. Seketika ia muncul tepat di depan Trueno, dengan Cakaran Naga Hitam separuh ay
Dengan tangan masih menjulur ke atas, ia menggerakkan telapak tangannya. Seketika ada angin yang menerbangkan busur panah cahaya, bergerak ke titik yang ia lihat. Akan tetapi, semua anak panah itu melebur menjadi energi dan seketika juga muncul anak panah lainnya dari segala sisi. Akara langsung mengibaskan tangannya ke depan, sebuah bor spiral dengan pusaran angin yang begitu besar meluncur ke depan. Domain robek begitu lebar, menghalau anak panah cahaya di depannya dan.Crang!... Dua cincin emas raksasa yang berputar hancur, membuat anak panah lainnya yang masih meluncur, terlebur dan menabrak Akara layaknya hembusan angin berwarna keemasan. Nampaklah pria kurus di depan sana yang sedikit membungkuk sambil memegangi dadanya. Napasnya begitu tak beraturan seperti habis lari sprint belasan kilometer. Wush... Akara muncul di depannya tanpa menyebabkan fluktuasi energi sedikitpun, ia langsung menggenggam lehernya menggunakan Cakar Naga sebelah kiri. Sorot matanya yang tajam dan menyala
Masuk akademi Amerta bagian dalam, sebenarnya bingung author ini mau menjabarkan alur gimana. Fokus ke 5 Fraksi di dunia atas. Akara di incar selain karena Esensi Surgawi di tubuhnya, juga karena Primadona Alam Atas yang ia taklukkan. Tidak hanya itu, tapi juga karena perselisihan antar siswa. Kali ini bukan mempertaruhkan nyawa, namun harga diri mereka karena ada kubah pelindung seperti saat melawan wakil komandan Baester. Masalah menjalar karena tidak dibersihkan tuntas. Selain sulit untuk mengejar Akara di dalam akademi, juga selalu berdua dengan Lina, membuatnya seakan tidak memiliki kelemahan. Akan tetapi, apakah para Fraksi di Alam Atas diam begitu saja? Bisakah mereka menemukan kelemahan Akara?Sedikit spoiler. Author bilang dari awal pure harem, jadi berapakah istrinya? Aku bilang hanya 4 sih. Kenapa cuma empat? Kan yang diunboxing sudah 3 Gadis, lalu siapa lagi. Yang bisa aku katakan pasti menjadi istri Akara adalah Lisa (gadis berpakaian pink di bab awal yang membantunya berl
Cahaya keemasan sang mentari pagi menembus langit-langit gua, menerpa gadis imut yang sedang duduk bersila dengan energi yang mengalir ke dalam tubuhnya. Sedangkan beberapa meter di sampingnya, ada kabut putih yang menyebar di lantai. Pada pusat kabut, ada seorang gadis kecil dengan cahaya ungu di bawahnya yang bergerak mengitarinya. Di depannya ada sebuah tungku pemurnian kecil berwarna keunguan dan di sisi lainnya, ada pria berblangkong yang berdiri mengamatinya. Sebuah portal muncul di belakangnya dan keluarlah seorang pria gemuk dengan wanita cantik bergaun putih. "Nona Aulia," sapa pria itu sambil menoleh."Bagaimana perkembangannya?""Dia mudah paham, namun masih terhalang aura alkemisnya yang baru satu pola,"Mereka lalu mendongakkan kepalanya saat ada bayangan besar yang lewat."Trueno itu, seperti tau saja Leluhur Kecil sedang tidak ada di sini," guman pria berblangkong, tidak berselang lama kemudian, terdengar suara auman yang
Ia hanya menoleh sekilas, melihat cahaya dari sayap peri yang menjauh dan menyandarkan tubuhnya kembali. Akan tetapi, hembusan terjadi dua kali dan lebih kencang, bahkan membuat Komo terlempar. "Sialan!" teriak Komo yang terjun ke bawah, namun Akara langsung mengibaskan tangannya, membuat hembusan angin yang menerbangkan Komo kembali ke atas. Naga tanpa sayap itu lalu bertengger di dahan, tepat di depan tuannya dan duduk kembali menyerap energi. Baru saja memejamkan mata, suara gemuruh kembali mendekat, membuat keduanya segera berdiri dan menoleh ke sumber suara. Dengan mata yang menyala-nyala, pandangannya membesar hingga dapat melihat begitu jauh. Seorang gadis berambut hitam keunguan yang dikucir dua. Bajunya tanpa lengan, namun memakai sarung tangan hingga sepanjang lengan. Jadi, lengan atas hingga ketiaknya tidak tertutupi. Ia juga memakai rok mini yang mengembang di atas lutut, tapi juga memakai kaos kaki setinggi lutut. Aura ranah dengan 5 bulan energi bin