Hanya berselang beberapa detik, mobil SUV milik Ardi akhirnya tiba. Masih dalam keadaan agak syok dan situasi yang kacau balau karena wartawan terus memotret, Joe dengan cepat memaksa Ardi dan pengacara yang bersama mereka untuk masuk ke dalam mobil.Tanpa memberikan keterangan apapun. Joe memerintahkan sopir mereka untuk segera tancap gas dan pergi dari situ.“Kita langsung ke kantor, tapi lewat akses VVIP.” Perintah Ardi sembari dia melepas jasnya yang berlumuran pecahan dari telur busuk; dan baunya sangat menyengat. Dia lalu memasukkan jasnya tersebut ke dalam kantong plastik yang kebetulan ada di laci belakang kursi sopir.“Apa ngak sebaiknya lu pulang saja dulu?” Joe bertanya.“Dan mengakui kalau gua syok dengan serangan dan ancaman ringan seperti itu? Tidak akan.”Tepat setelah Ardi selesai berbicara, handphone-nya bergetar. Melihat kalau itu adalah panggilan dari Pak Dwi. Dia langsung mengangkatnya tanpa banyak berpikir.“Halo—”“Orang yang menyerangmu. Datanya sedang dikirim k
“Lu jangan bercanda deh.” Cynthia masih tidak percaya dengan apa yang Joe baru saja sampaikan.“Lu pikir gua orang yang akan bercanda soal nyawa seseorang?”Mengacuhkan Cynthia dan Joe. Ardi—dengan tangan yang sedikit gemetaran—mengambil handphonenya-nya. Dia mengirim pesan singkat ke Pak Dwi untuk mencari keberadaan Alona dengan semua kemampuan yang dimiliki Project X sekarang.“Sayang. Kamu temani mama di rumah sekarang. Aku dan Joe akan pergi ke tempatnya Pak Dwi untuk memantau di mana lokasi Alona sekarang.” Ardi memerintahkan setelah dia berpikir sejenak untuk menenangkan diri. “Ah—Dan tolong minta Ayu urus semua urusan perusahaan untuk sementara ini.”“Oke. Kalian berdua hati-hati.”Sepanjang perjalanan menuju fasilitas Project X, Ardi tidak bisa tenang. Perasaannya sekarang ini campur aduk.“Awas saja orang-orang itu ... Dengar baik-baik. Begitu kita mendapatkan pelakunya, jangan segan-segan untuk menghabisi orang itu. Kali ini sudah tidak ada ampun lagi untuk mereka semua.” P
Besoknya. Sekitar jam 11 siang. Ardi menyambangi kantor Kejaksaan hanya di temani oleh pengacaranya. Media yang tampaknya sudah mengetahui berita kedatangannya, langsung mengerumuni Ardi. Walau begitu, Ardi ataupun pengacaranya tidak memberikan pernyataan apapun. Mereka berdua terus berjalan masuk dan mengacuhkan semua pertanyaan yang di lontarkan oleh para wartawan yang menyodorinya mic. Saat mencapai anak tangga paling atas, Ardi berhenti sejenak. Dia menarik nafas panjang lalu menghembuskannya. “Hari ini saya datang sebagai saksi untuk melanjutkan pemeriksaan yang kemarin. Satu hal yang pasti—ENS sama sekali tidak pernah terlibat di dalam kasus suap apapun. Sesuai dengan visi yang disampaikan mantan Chairman sebelumnya, ENS akan menjadi perusahaan yang menjunjung transparansi. Oleh karena itu. Anda semua bisa membuka alamat website yang saya sebutkan ThePXFile.com—kalian akan menemukan dokumen rahasia tentang asal muasal dari dokumen yang menjerat Mrs. Jennie sekarang ini.” ***
Besok sorenya. Setelah selesai menangani semua urusan di perusahaan. Ardi, Joe, Ayu dan juga Cynthia berkumpul di fasilitas Project X. Kali ini Ardi sudah bulat memutuskan untuk mencari Pak Sakti.“Pak Sakti. Memang benar dia salah satu designer di Tim Project Mega City yang batal di garap ENS dulu. Terakhir kali dia terlihat adalah tahun 2005 silam saat masih bekerja di ENS Construction. Ketika ENS Group memutuskan untuk menjual ENS Construction, dia tidak pernah terdengar lagi kabarnya.” Ayu mempresentasikan temuannya tentang Pak Sakti.“Lalu bagaimana dengan database Project X? Apa tidak ada data sama sekali?” Ardi bertanya kepada Pak Dwi.“Project X baru berdiri setelah masa krisis saat itu. Dan juga, sistem database kami baru di bentuk 5 tahun yang lalu. Jadi semua data terkait ENS Group sebelum database mulai di bentuk—bisa di bilang tidak selengkap setelah Project X dan Central Database di bangun.”“Bagaimana kalau kita kerja sama dengan kepolisian kali ini untuk memeriksa soal
“Gua masih ngak mengerti sama sekali.”“Nanti akan gua jelaskan kalau sudah ada jawabannya.” Ardi sempat menghela nafas. Dia sangat malas jika disuruh harus menjelaskan isi kepalanya saat ini, terlalu melelahkan. “Yang lebih penting sekarang adalah soal lu dan Joe. Lu ngak bisa apa bersikap lebih lunak sedikit ke dia? Gua susah-susah bawa dia balik ke Indo loh.”“Tau lu. Joe itu sebenarnya masih menyimpan perasaan ke lu loh padahal.” Cynthia mendukung Ardi.“Lu berdua ngak ingat apa yang sudah dia lakukan waktu itu ke gua?” Ayu tampak mulai kesal. Itu terlihat jelas dari ekspresi wajahnya sekarang ini.“Kita tahu kok. Tapi lu pernah berpikir ngak kenapa dia melakukan itu?” Ardi membiarkan Cynthia membujuk Ayu. Karena hanya wanita yang akan sangat mengerti wanita lainnya.“Gua ngak peduli apa alasannya. Bagi gua—dia itu hanya pengecut yang tidak bisa menyelesaikan masalahnya sendiri dan lebih memilih lari.”“Tapi—”“Lagian coba saja lu pikirin lagi deh. Kalau memang misalnya dia melaku
Dalam perjalanan, Ardi menurunkan ekspektasinya soal kabar bagus yang di sampaikan Joe kali ini.“Bagaimana?” Dia langsung bertanya to the point begitu menghampiri Joe yang tampak sedang menunggu dan mengawasi gedung apartemen di sebelah kafe tempat mereka bertemu saat ini.“Cepat juga lu datang. Berapa lampu merah yang lu terobos?”“Lu pikir gua punya privilege sebesar itu apa? Kagak lah. Kebetulan saja jalanan ngak macet. Jadi—bagaimana dengan Pak Sakti.” Dia mengelak.Joe kemudian mengeluarkan sebuah kotak kecil dari dalam sakunya. Ardi yang sudah tahu kalau itu adalah soft lens canggih hasil pengembangan Project X, langsung memakainya.“Agen gua sedang berada di dalam. Mereka mengawasi unit yang di curigai menjadi tempat tinggal dari Pak Sakti. Dan harus gua akui, semua fasilitas dari Project X betul-betul sangat membantu.”“Betul kan. Lu bakal suka dengan semua tools yang ada di Project X.”“Tapi gua penasaran dengan satu hal. Lu kedepannya ngak akan melangkah ke dalam dunia prod
“Masih ada di saya. Tapi ada di kampung halaman saya. Mungkin akan butuh waktu untuk mengambilnya.”Ardi kemudian menjentikkan jarinya ke arah Joe. “Bapak bisa minta bantu kawan saya ini. Dia akan berusaha membawa miniatur itu dengan segala cara secepat mungkin.”“Tapi—kenapa miniatur itu sangat penting?” Pak Sakti menanyakan pertanyaan yang sama dengan Cynthia dan juga Ayu kemarin.“Karena saya ingin menjalankan kembali semua rencana yang Ayah saya belum sempat jalankan semasa hidupnya. Tentu saja, selama itu cocok dan menguntungkan dengan visi dan misi perusahaan.”Kali ini, Ardi tidak menjawab secara gamblang soal kecurigaannya. Dia ingin menjaga semuanya tetap menjadi rahasia sampai dia betul-betul mendapatkan bukti apakah kecurigaannya benar atau salah.“Jadi—selanjutnya apa?” Joe bertanya kepada-nya setelah Pak Sakti pergi.“Miniatur itu. Kawal seketat mungkin. Selidiki setiap orang yang menurut lu mencurigakan saat kalian berusaha memindahkannya.”“Oke. Lu ngak usah khawatir so
“Dan pemenangnya adalah—Cynthia!”Semua orang langsung bertepuk tangan begitu mendengar nama Cynthia, termasuk Ardi. Melihat Cynthia mendapatkan penghargaan sebagai aktris terbaik sudah menjadi hal yang lumrah baginya.Pidato Cynthia pun terbilang sama dari tahun ke tahun. Yang berubah paling hanya di bagian terima kasih dan juga mempersembahkan piala tersebut untuk kru dan semua orang yang bekerja sama di film yang membuatnya di nominasikan.“Jujur saja. Kamu hampir lupa kan kalau aku ada acara penting hari ini?” Cynthia bertanya ketika mereka sedang pemenang di kategori lainnya sedang menyampaikan pidato mereka.“Pasti Ayu yang kasitahu kamu kan?”“Kamu ngak usah berusaha mengalihkan topik. Bilang saja kamu memang sempat lupa. Apa susahnya sih?”“Ya sudah, aku ngalah deh.”“Idih. Dasar kamu itu ya. Dari dulu sampai sekarang memang terlalu gengsian untuk mengaku kalau kamu itu salah.”“Sudah ah. Hari ini kan hari bahagia kamu. Yang kaya begitu ngak usah di peributkan lagi lah.”“Ya t