Share

Bab 9

Tara seperti mendapatkan kekuatan baru usai melakukan panggilan video singkat dengan sang Adik yang ternyata sudah semakin dewasa. "Aku pasti bisa melewati semuanya, semangat Tara!" ucap Tara pada dirinya sendiri. Ia bahkan tertawa mendengar suaranya yang cukup lantang. "Semoga tidak ada yang mendengarnya ...." ucap Tara sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangan.

Setiap mengingat keluarganya, Tara selalu mendapatkan energi baru layaknya ponsel yang baru selesai di charge. Ia akan kembali pada kenangan masa kecilnya bersama Bapak dan Ibu yang menghabiskan waktu di kebun mereka dengan Tara kecil yang selalu turut serta di bawa orang tuanya. Ia selalu menikmati masa-masa itu, bahkan tak ada penyesalan sedikitpun di hati Tara telah terlahir dari kedua orang tuanya. Jika memang ada kehidupan kedua, ia akan tetap memilih sebagai putri dua 'malaikat tak bersayapnya' itu. 

Tara yang mungil dan berambut hitam lebat dengan lesung pipit menghiasi kedua pipinya adalah duplikat dari sang Ibu, sedangkan mata teduh menenangkan dan hidung mancung yang ramping ia dapatkan dari Bapaknya. Sebuah perpaduan yang menjadikannya jadi gadis yang manis meski tanpa polesan. Ketiga adiknya juga hampir sama dengan fitur wajah yang dimiliki Tara, hingga banyak yang memuji keluarga yang sederhana namun penuh dengan wajah yang rupawan. 

Setelah bernostalgia dengan kenangan masa kecilnya yang sempat mucul sesaat, ia terbawa kembali pada masalah yang tengah dihadapi. Berbagai macam pertanyaan timbul dalam benak.

"Bagaimana jika mereka merundung Aku lagi besok? Apa yang harus kulakukan? Sampai sekarang Aku bahkan tak tahu apa yang sebenarnya terjadi!" Kembali Tara bicara pada dirinya sendiri, walalu bagaimana pun ia harus bertindak. Akan sulit baginya jika ia di curigai terus atas sesuatu yang  tidak ia ketahui. 

"Tunggu, mereka berkata soal pengganggu, atau ikut campur -- dalam hal apa? Azlan dan Anis? Memangnya apa yang terjadi pada mereka? Untuk apa aku sibuk mengurusi hal yang tidak penting bagi hidupku itu?" 

"Dari mana Aku mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi?" Lamunan Tara terganggu dengan notifikasi pesan di ponselnya. Sebuah pesan di group barunya '4 Calon Pengusaha' sebuah nama yang disematkan Sesil bagi kelompok mereka. Tara tersenyum membaca pesan perkenalan Sesil yang menggelikan, ditambah dengan sapaan manjanya pada Reinhard. Serta jawaban canggung Reinhard dan respon cuek dari Syila membuat Tara terhibur dan melupakan masalahnya sejenak. 

Tak terasa ia berbalas pesan di group baru tersebut hampir sejam, tiba-tiba ia teringat masalah yang ia alami dan dari mana harus memulai.

Pesan group Kelas diangkatannya semester empat.

"Kenapa tidak terfikirkan sejak tadi ya ...." rutuk Tara pada dirinya sendiri sambil mengecek group yang ia matikan notifikasinya tersebut. Karena banyak hal yang tidak penting jadi pembahasan teman-teman kelasnya di sana, tentang janjian hangout, makan, dan pembahasan tentang fashion. Tara hanya mengecek pesan group jika merasa ada yang perlu untuk ditanyakan atau untuk update info tentang perkuliahan mereka. Rifan sang ketua tingkat bukan tak pernah menegur obrolan yang tak penting itu, tapi ia kalah suara dan tak bisa berkutik dengan semua protes dari teman-teman gadis yang bisa menyerang dengan ribuah kalimat. 

Setelah dicek, benar saja sudah ada ribuan pesan di sana. Tara terpaksa membaca satu persatu pesan tersebut dari atas agar bisa menelusuri masalah yang menimpanya tadi. sampai ratusan pesan hanya berisi obrolan tentang rencana shoping shela dan teman-teman dekatnya. Hingga obrolan berikutnya ada yang mengunggah tangkapan layar sebuah unggahan status di sebuah media sosial yang menyebarkan rumor tentang kencan Anis dan si mahasiswa baru di kelasnya. Seketika Tara terhenyak dengan tangkapan layar yang sangat jelas tertulis nama akun sang pemilik status adalah Tara Nadira. Sejauh  yang Tara tahu hanya ia yang memiliki nama itu di angkatannya, dan faktanya adalah ia bahkan tak punya akun media sosial satu pun. Siapa yang sudah menggunakan namanya? Dan apa tujuan orang tersebut melakukan fitnah ini? Serta masih banyak pertanyaan baru yang kini memenuhi benak Tara. 

Semakin berfikir semakin sulit ia menemukan jawabannya, selama ini Tara tak merasa punya musuh di Kampus. Atau ia pernah menyakiti hari seseorang secara tak sengaja? Tapi siapa? Semua pertanyaan itu timbul tak terbendung. Sakit kepala ia dibuatnya, "Akh, sudahlah ... Aku menyerah untuk mencari tahu semua hal yang ada di luar nalarku ini! Kenapa harus sekarang? Ujian semester sebentar lagi!" kata Tara frustasi sambil mengacak rambutnya yang sudah kering sejak tadi.

Kekesalan Tara terganggu dengan dering ponselnya, sebelum mengangkat telpon, Tara melihat jam di dinding kamarnya yang menunjukkan jam setengah satu malam. Ternyata jika banyak fikiran waktu tak terasa berlalu dengan begitu cepatnya, Tara mengerutkan keningnya. "Siapa yang menelpon selarut ini?"

Rasa penasaran mengalahkan rasa takutnya, takut jika ini adalah teror. Tapi saat melihat nama yang tertera, Tara merasa lega di hatinya. Pertanyaan baru muncul dalam benak, "untuk apa Elsa menelpon selarut ini?"

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status