Happy Reading. "A-apa!" Rina shock saat mendengar pengakuan Zayla yang terlalu tiba-tiba. "Kamu enggak bercanda 'kan, Sayang?" tanya Rina menatap lekat wajah sang putri. Zayla mengangguk lemah sebagai jawaban atas pertanyaan sang Mama. "Maaf, baru bisa jujur sama Mama," lirih Zayla merasa bersalah. Sekarang dia tidak akan lagi berbohong mengenai ingatannya. "Mama sangat senang kalau kamu sudah mengingat semuanya, Nak," Rina mencium kening Zayla sebagai bentuk kasih sayang. "Tapi ... Kamu enggak benci sama Mama 'kan?" tanya Rina menatap sedih. Pasalnya selama ini dia tidak pernah berniat membantu Zayla agar cepat mengingat semuanya. "Kenapa aku harus benci sama Mama?" ulang Zayla menakutkan kedua alisnya. Tidak mungkin kan kalau dia membenci wanita yang sudah melahirkannya? "Maaf, karena Mama enggak jujur dari awal tentang status kita. Mama takut berdampak buruk dengan kesehatan kamu. Bukan maksud Mama juga tidak membantu mu untuk mengingat semuanya dengan cepat. Maaf kar--""Shuu
Happy Reading. Arion membelai wajah cantik Zayla sehabis menangis. "Maaf, sudah membuat mu lama menunggu," ucapnya sangat menyesal. Dengan keadaannya yang memprihatinkan, tetap Zayla prioritas Arion. "Enggak, Kak. Justru aku yang minta maaf. Gara-gara aku, Kakak mengalami hal buruk di sana," jawab Zayla dengan cepat. Ia sudah bersumpah tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri jika sampai Arion tidak pulang karena celaka akibat ulahnya. Arion tersenyum bahagia, ia beruntung karena Zayla sangat mengkhawatirkannya. "Makan dulu rujaknya ya, atau aku suapin?" tawar Arion lekas berdiri dari duduknya. Dia mengambil satu bungkus rujak buah sesuai dengan keinginan Zayla. "Sebentar, aku ambil mangkok dulu ke bawah," Arion hendak melangkah ke luar kamar. Namun, langkahnya terhenti ketika Zayla memeluknya dari belakang. Arion kembali tersenyum, mungkin Zayla sedikit mengingat tentang kebersamaannya dulu, yang mana adik angkatnya itu sangat lengket terhadapnya. "Kenapa, hum?" tanya Arion b
Happy Reading. Arion mendudukkan Zayla di atas kursi di belakang podium, menitipkannya kepada Zack. Sedangkan ia sendiri menaiki podium yang langsung disorot banyak pasang kamera. Sebelum memulai tujuannya ke sana, Arion lebih dulu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. mendudukkan Zayla di atas kursi di belakang podium, menitipkannya kepada Zack. Sedangkan ia sendiri menaiki podium yang langsung disorot banyak pasang kamera. Sebelum memulai tujuannya ke sana, Arion lebih dulu menarik nafas dalam-dalam lalu menghembuskannya secara perlahan. Sesuai yang telah diperintahkan, para wartawan tidak melakukan penyerangan terhadap Arion, mereka semua memilih diam dan fokus pada apa yang akan Arion sampaikan setelah ini. Itu adalah syarat yang diberikan oleh Zack sebelum mengumumkan jumpa pers di perusahaan Wesley. Semua pasang kamera tidak hanya fokus pada Arion, tapi juga fokus pada wanita hamil di belakang podium. Zayla sangat tidak nyaman dengan keadaan itu. Na
Happy Reading. Zayla menangis di depan ruang UGD, ia tak berhenti mondar-mandir karena khawatir dengan keadaan Arion. Ia sampai melupakan keadaan dirinya sendiri yang sedang hamil. "Nona, lebih baik Anda duduk, kasian bayi yang ada di dalam kandungan Anda," ucap Zack yang sama sekali tidak dihiraukan oleh Zayla. Entah sudah ke berapa kalinya Zack membujuk sang Nona supaya lebih tenang. "Bagaimana aku bisa duduk, sedangkan Kak Ion ada di dalam sana, bahkan aku tidak tahu dia sakit apa," jawab Zayla masih tergugu dalam tangisnya. "Zack kau pasti tahu apa yang sebenarnya dialami oleh Kak Ion. Katakan padaku, dia sakit apa? Kenapa dokter mengatakan kalau keadaannya sangat parah dan hampir terlambat ditangani?" cecar Zayla terus mendesak Zack supaya berkata jujur kepadanya. Zack memalingkan wajah karena tak sanggup jika bertatapan dengan sang Nona yang memasang wajah penuh permohonan. "Aku mohon, Zack, katakan kebenarannya sama aku," pinta Zayla sampai mengatupkan kedua tangannya di d
Happy Reading.Zayla menatap Arion dari luar ruangan ICU melalui kaca di jendela yang terbuka, menampilkan sosok lemah Arion di atas ranjang rumah sakit hanya mengandalkan alat-alat yang menempel di tubuhnya. Selesai melakukan operasi, Arion langsung dipindahkan ke ruang ICU sampai kondisinya stabil, setelah itu baru akan dipindahkan ke ruang VVIP untuk perawatan intensif. "Lebih baik kamu pulang dulu, Nak. Istirahatlah sebentar, kasihan anak kamu," ucap Rina yang sedari tadi menemani putrinya. "Enggak, Ma. Aku mau menemani Kak Ion di sini, aku takut saat dia sadar justru tidak ada aku di sisinya," jawab Zayla menatap sendu pada Arion. "Setidaknya sarapan dulu ya, dari pagi kamu belum makan," Rina menarik tangan Zayla, membawanya duduk di kursi depan ICU. "Tunggu di sini, Mama ambilkan makanan dulu, tadi Papa sama Kakakmu membawa bekal kemari," "Iy, Ma," jawab Zayla sekenanya. Walau bagaimanapun, ada nyawa yang harus ia jaga. Zayla tidak mau kembali pingsan dan membuat Arion cemas
Happy Reading. "Kak," panggil Zayla saat kedua mata Arion terbuka. Lelehan bening mengalir dari pelupuk matanya membasahi tangan Arion yang berada dalam genggaman tangannya. Arion tersenyum tipis, orang pertama yang dia lihat adalah sang pujaan hati. "Zay ...," sapanya begitu lirih, ia masih belum mempunyai tenaga untuk berbicara setelah 24 jam melewati masa kritis. "Iya, Kak. Apa Kakak butuh sesuatu, biar aku ambilkan," tawar Zaylah penuh perhatian. Tangannya terulur mengusap kepala sang Kakak yang terasa hangat. "Air," pinta Arion sangat lemah. Entah ia harus sedih atau senang sekarang, sebab Zayla terlihat sangat perduli kepadanya. Gegas Zayla mengambil Air di atas nakas dan memberikannya kepada Arion. "Pelan-pelan, Kak," ucapnya begitu perhatian. "Makasih," Arion menatap penuh wajah cantik Zayla, ia sangat mengkhawatirkan keadaan sang pujaan hati dan juga calon anaknya. Dokter Hengki datang untuk memeriksa kondisi Arion. "Bagaimana, Tuan, apa yang Anda rasakan saat ini?" tan
Happy Reading. Di kota J. Juanda sedang mencari tempat persembunyian yang aman, karena saat ini ia menjadi buronan dalam kasus pembunuhan berencana. Bahkan ia sudah dilempar oleh perusahaan Rengganis karena tidak mau mempunyai pemimpin narapidana seperti dia. "Apa yang harus aku lakukan sekarang? Aku harus pergi dari sini dan tidak boleh tertangkap oleh polisi." Ucapnya sembari mondar-mandir mencari ide untuk melarikan diri. Semua orang nampak berlomba-lomba mencari keberadaan Juanda, karena ada imbalan bagi siapa saja yang menemukan pria itu dan mengerahkannya ke kantor polisi. Zack yang memberikan pengumuman tersebut di media sosial atas perintah dari Arion langsung. 1 Miliar adalah jumlah yang akan diberikan oleh Arion untuk orang berjasa dalam menemukan Juanda, sebab pria itu entah bersembunyi di mana sekarang. Begitu juga dengan kedua putrinya yang ikut hilang bersama Juanda. Rula dan Bianca, mereka memang pergi dari rumah jauh sebelum Juanda terkena kasus penculikan Arion.
Happy Reading. Saya dan Arion masih hanyut dalam indahnya cinta yang mengalir pada tautan bibir mereka. Sampai akhirnya sebuah suara berhasil menghentikan kegiatan dua insan tersebut. Pyaaar! Suara pecahan gelas terdengar begitu memekakkan telinga, yang berasal dari arah pintu kamar."Mama, Papa, Kak Ansel!" Pekik Zayla terkejut. Ia lansung berdiri dari duduknya dan menjadi salah tingkah. Berbeda dengan Arion yang terlihat santai seolah tidak terjadi apa-apa diantara dirinya dan Zayla barusan. Justru ia senang jika adegan itu disaksikan oleh keluarga Orlando yang akan mempermudah baginya dalam menikahi Zayla. Rina masih bengong di tempatnya dengan tangan yang mengambang di udara karena sempat memegang satu gelas berisi susu sebelum akhirnya gelas itu terlepas dan jatuh ke lantai. Tanpa berkata sepatah kata pun, Rina berlalu dari sana. Ia terlalu shock menerima kenyataan yang ada, apa lagi Rina melihat secara langsung adegan panas saat Zayla dan Arion menyatukan bibir mereka. Beg