Happy Reading.Zayla kebingungan saat keluar dari dalam kamar mandi karena tidak menemukan keberadaan Serly dan juga putranya. "Ke mana mereka." Ucapnya sambil celingukan mencari keberadaan calon kakak iparnya. Tak ingin terlalu lama berpikir, Zayla memutuskan untuk ke walk in closet. Mencari baju santai ala rumahan lalu memakainya, kemudian ia hanya mengoleskan sedikit cream pelembab ke wajahnya. Tanpa polesan make up, hanya menggunakan cream yang tadi, Zayla keluar dari kamar untuk mencari sosok Serly. "Ser, kamu di mana?" teriak Zayla memanggil sahabatnya. Namun, ia tak kunjung menemukan keberadaannya dan justru berpapasan dengan Mbak Ririn, seorang Nanny yang menjaga Gabriel. "Loh, kenapa Briel ada di Mbak Ririn, Serly nya mana ya?" tanya Zayla kebingungan, pasalnya tadi ia menitipkan Gabriel kepada Serly, bukan Mbak Ririn. "Tadi Tuan Ansel yang menitipkan Tuan muda kepada saya, Nyonya. Sedangkan Nona Serly, saya tidak melihatnya," ungkap Ririn sangat jujur, ia tetap fokus men
Happy Reading. Rina dan Bagas membawa oleh-oleh yang banyak untuk Gabriel, mereka memberikan kejutan tanpa memberikan kabaran kalau akan datang ke kediaman Wesley. "Pasti Zayla sangat senang melihat kita tiba-tiba muncul di sini ya, Pa," ucap Rina kepada suaminya. Mereka sudah sampai di halaman rumah sang putri dan bergegas turun dari dalam mobil. "Pasti itu, Ma. Kita kan bilangnya masih pulang besok dari Singapura, padahal pulangnya sekarang," kata Bagas menimpali, dia ikut senang karena akan bertemu dengan putri dan cucunya. Mereka berdua sengaja langsung menuju ke kediaman Wesley tanpa pulang dulu ke rumah, rasa rindu kian menggebu tanpa bisa dibendung. Namun, mereka berdua dikejutkan oleh pemandangan yang mengusik mata. Ansel dan Serly keluar dari dalam kamar dengan penampilan kusut, yang sangat mencurigakan. Mereka seperti pasangan suami istri yang ... habis melakukan ritual. Bruuk!Oleh-oleh yang ada di tangan Rina, jatuh saat itu juga. Bagaimana tidak, Ansel mencium bibir
Happy Reading. "Serly, tunggu!" Ansel hendak mengejar sang kekasih. Namun, dicegah oleh Papanya karena ada yang harus dibicarakan. "Jangan mengejarnya! Duduk dan jelaskan semuanya," titah Bagas mencekal pergelangan tangan Ansel. Ansel mendengus kesal atas sikap Papanya yang kekanak-kanakan. "Oke, aku jelasin semuanya. Tapi setelah itu jangan halangi aku buat ngejar Serly," kecam Ansel kembali ke tempat duduknya yang semula. Sedangkan Zayla langsung beranjak dari tempat duduknya dan menarik tangan Arion supaya ikut bersamanya. Arion pun mengikuti sang istri tanpa melakukan protes, ia paham apa yang dirasakan oleh Zayla saat ini. Menurutnya Bagas juga keterlaluan sampai membentak Zayla hanya karena masalah sepele. "Jangan diambil hati tentang sikap Papa tadi, dia hanya terbawa emosi karena shock lihat kebersamaan Ansel dan Serly," ucap Arion menenangkan, saat ini mereka ada di dalam kamar untuk memisahkan diri dari sidang di ruang tengah. "Hm, aku enggak lagi mikirin itu kok, Kak,
Happy Reading. Rafly mulai kebingungan mencari cara agar bisa membuat Serly kembali tunduk kepadanya. Ah, pikirannya malah tertuju pada Laudya yang berani-beraninya mengkhianatinya. "Kurang ajar! Dasar wanita sial*n, dia benar-benar jal*ng rendahan." Ucap Rafly menghina Laudya. Rafly menghubungi Laudya karena ingin memberikan perhitungan kepadanya, enak saja wanita itu mencari klien lain di saat ia masih membutuhkannya. "Cepat datang ke apartemen ku sekarang juga." Titah Rafly saat panggilan terhubung, tanpa menunggu lama, ia langsung memutuskan panggilan itu secara Sepihak. Di seberang sana, Laudya menghembuskan nafas kasar, belum selesai masalah yang ia hadapi, sekarang justru muncul lagi masalah baru yang pasti akan datang dari Rafly. Setelah pertemuan tak sengaja kemarin, Randy--Kakak laki-lakinya menjadi curiga. Beruntung Laudya meberikan alasan yang cukup masuk akal sehingga kakaknya itu percaya. Rafly sudah salam paham kemarin, yang dikira klien barunya Laudya ternyata ada
Happy Reading. Bagas menunggu Zayla turun dari kamarnya, ia ingin meminta maaf kepada putrinya itu atas sikap kasarnya saat di ruang tamu kemarin. Ia bela-belain nunggu sepagi ini hanya demi meminta maaf kepada Zayla, hatinya menjadi tidak tenang dan terus merasa bersalah. "Zayla, Nak," sapa Bagas bergegas ke arah sang putri yang ada di ujung tangga. "Papa, ada apa?" tanya Zayla kebingungan, pasalnya masih jam 5 pagi, tapi sang Papa sudah mencegatnya di ujung tangga. "Maafin Papa ya, Nak. Kemarin Papa lepas kendali sampai membentak kamu," ucap Bagas begitu lirih, ia benar-benar menyesali tindakannya itu, sungguh Bagas tidak sengaja melakukannya. "Ya ampun, Pa. Aku enggak apa-apa kok, Pa. Kenapa harus minta maaf segala, Aku paham dengan keadaan Papa kemarin. Pasti Papa sama Mama sangat shock karena hubungan Kak Ansel dan Serly," kata Zayla begitu pengertian, meskipun awalnya ia sempat kecewa terhadap sikap Papanya waktu itu. "Jadi, kamu maafin Papa kan Nak?" tanya Bagas memastika
Happy Reading. "Kak Ansel!" Emeli begitu sumringah menatap wajah tampan pria pujaannya. "Hai, Emeli," balas Ansel sekenanya, setelah itu ia kembali fokus pada Serly. "Ingat pesan ku yang tadi, sudah sana masuk," kata Ansel memberikan perintah kepada sang kekasih. Emeli dengan setia menunggu kepergian Serly hanya demi bisa mengobrol bersama pria pujaannya. Sejak malam itu, ia sudah jatuh hati kepada Ansel, apalagi sikap manis Ansel terhadapnya yang semakin membuat Emeli tergila-gila kepadanya. "Emeli, aku duluan ya," pamit Serly kepada temannya itu, dalam hati ia sedikit cemburu melihat tatapan memuja di mata Emeli kepada Ansel. Namun, ia tidak boleh menampakkan kecemburuannya di hadapan Emeli, dia bisa curiga mengenai hubungannya bersama Ansel. "Ah, iya," Emeli menjawabnya cepat, sebab ia tidak sabar ingin mengobrol dengan Ansel. "Kak Ansel, tunggu!" Emeli mencekal tangan Ansel, menahannya pergi dari sana karena ada hal yang ingin dia bicarakan. "Iya, ada apa?" tanya Ansel kebi
Happy Reading.Zayla dan Arion berkunjung ke makam kedua orang tuanya yang telah lama tak mereka kunjungi. Mereka berdua ingin meminta izin serta restu pernikahan yang belum sempat mereka lakukan. "Ma, Pa, aku datang membawa Zayla, istri tercinta ku," ucap Arion di depan makam Mama dan Papanya yang berjejer berdampingan. "Maaf, kami datang sedikit terlambat. Aku datang secara langsung karena ingin meminta restu kepada kalian karena aku sudah menikahi putri kesayangan kalian. Maaf juga jika caraku salah, tapi percayalah bahwa aku sangat mencintai dan menyayangi Zayla lebih dari apa pun,""Kami sudah memberikan satu cucu tampan untuk kalian, pasti Mama dan Papa senang kan?" ungkap Arion dengan mata menganak sungai. "Ma, Pa, acara pesta pernikahan kami akan dilaksanakan besok lusa, aku harap, Mama dan Papa benar-benar merestui hubungan kami. Jangan marah karena kami enggak bisa jadi saudara dan memilih untuk menjadi teman hidup selamanya. Cinta kami terlalu besar jika sekedar menjadi
Happy Reading. "Lepaskan putriku, bajing*n!" suara Fero menggema di seluruh ruangan tersebut, sehingga membuat Rafly gelagapan karena ketahuan hendak melecehkan putrinya. "Om!""Papa!"Rafly dan Serly berucap bersamaan. Mereka sangat shock melihat kehadiran sosok Fero di sana, Serly membenarkan pakaiannya yang sedikit berantakan akibat ulah Rafly barusan. Melihat hal tersebut, Fero langsung melayangkan tangannya ke wajah Rafly. Bug! "Kurang ajar sekali kamu, berani-beraninya melecehkan putri saya," kata Fero berapi-api, tangannya masih mencengkram erat kerah baju Rafly yang wajahnya sudah babak belur akibat pukulan darinya. "Ini enggak seperti yang Om pikirkan," kilah Rafly mencari pembelaan, ia takut Fero melaporkan perilakunya tersebut kepada Mama dan Papanya. "Jangan berkilah kamu, saya melihat sendiri apa yang sudah kamu lakukan terhadap Serly. Bahkan saya juga mendengar semua pembicaraan kalian dari tadi," desis Fero yang berhasil membuat kedua pasangan yang tidak saling me