Ia memilih berpositif thinking terlebih dahulu lalu melepaskan sepatunya. "Assalamualaikum," ucap Reza membuat semua langsung menoleh lalu tersenyum.
"Walaikumsalam, eh anak Mama udah pulang," sapa Neni dengan senyum manisnya. "Pak Reza," sapa Nova yang dibalas anggukan oleh Reza, ia juga merasa sedikit aneh melihat Nova akhir-akhir ini begitu dekat dengan Ibunya."Aku kesini mau ketemu Tante Neni," ucap Nova lagi padahal Reza tidak bertanya. "Oh," jawab Reza singkat lalu ia masuk ke dalam kamar, ia merebahkan dirinya di ranjang memejamkan matanya sejenak. Ntah kenapa bayang-bayang Naya selalu menghantuinya."Udah pulang Kak, mandi dulu ya. Aku siapin makan malam buat Kakak," "Capek ya Kak," "Loh belum tidur Kak, mau aku pijitin gak,""Kak bangun … udah subuh, sholat dulu yuk, nanti kesiangan," "Pakaian kerjanya udah aku siapin ya, Kak," "Hati-hati ya Kak, jangan malem-malem pulangnya biar bisa istirahat," "Kakak demam? Aku kompresin ya, atau mau aku beliin obat ke apotek,"Semua perhatian-perhatian Naya kembali berputar di memori Reza, tanpa sadar ternyata ia nyaman dengan perhatian-perhatian Naya, walaupun sering kali ia tidak menanggapi omongan gadis itu, bahkan menyuruhnya diam karena merasa terlalu bawel.'Apa yang terjadi sebenarnya samaku Nay? Kenapa setelah kamu pergi aku malah terus kepikiran sama kamu, why? Aku merasa ada yang hilang setiap harinya Nah,' ucap Reza dalam hati lalu ia kembali membuka matanya.10 menit kemudian, Reza bangkit dari ranjang lalu masuk ke kamar mandi membersihkan dirinya. Setelah selesai perutnya terasa keroncongan, Reza keluar dari kamar lalu menuju meja makan. Namun, apa yang terjadi tidak ada makanan sedikitpun bahkan piring yang ia lihat tadi pagi masih bertengger belum di cuci.'Ya tuhan kenapa kondisi rumah ini malah membuatku selalu ingin berprasangka buruk, jangan … jangan,' lagi-lagi Reza hanya bisa ngebatin. Reza diam sambil mengamati rumah sejenak kemudian ia kembali masuk ke kamar mengambil dompet, jaket dan kunci mobilnya.Neni yang melihat Reza keluar rapi langsung bingung. "Mau kemana Reza?" tanya Neni dengan ramahnya membuat Reza menoleh sekilas."Mau nyari makan Ma," jawab Reza datar, Sarah yang mendengar itu sebenernya sudah mulai was-was, tapi ia melihat Ibunya tetap santai."O iya, sorry ya tadi Mama capek banget gak sempet masak," elak Neni yang dibalas anggukan oleh Reza. "Pak saya boleh nebeng gak?" tanya Nova membuat Reza menaikkan kedua alisnya."Kamu pesan online aja ya, saya sudah lapar banget soalnya, lagian saya dekat doang di depan," jawab Reza lalu ia keluar dari rumah tanpa menunggu jawaban Neni."Tuh 'kan Ma, aku bilang juga apa Bang Reza tuh udah curiga sama kita, di tambah lagi dengan rumah yang tak kunjung bersih," ucap Sarah membuat Neni langsung memicingkan matanya."Kamu lah yang bersihin, kamu kan anak gadis ya kali gak bisa bersih-bersih," suruh Neni membuat Sarah langsung menggerutu. "Aku gak bisa Ma, malas," jawab Sarah seperti anak kecil."Sayang banget duitnya kalo gaji pembantu mending buat shopping aja, udahlah," lanjut Neni membuat Sarah langsung menghela nafas panjang. "Terserah Mama deh," jawabnya."Lagian apalagi sih yang kamu takutin, toh Naya juga udah pergi dan Reza sangat mustahil mau melanggar ucapan Mama,"***Sampai di rumah makan, Reza langsung mencari tempat duduk dari kejauhan ia melihat seseorang yang tidak asing baginya. Tanpa membuang waktu Reza langsung mendekatinya."Alex," panggil Reza membuat Alex langsung menoleh dan sedikit kaget. "Reza, tumben malam-malam kesini," sapa Alex yang sedang asik makan sendirian."Laper, gak ada apa-apa di rumah, bosen mie terus takut penyakitan," jawab Reza membuat Alex mangut-mangut sambil memperhatikan Reza yang tengah memanggil pelayan."Sorry kalo saya nanya lagi, sewaktu ada Naya pernah gak kamu makan di luar?" tanya Alex membuat Reza menggeleng."Oh gitu, tapi sekarang kamu makan di luar terus," lanjut Alex yang dibalas anggukan oleh Reza lalu ia mulai melahap makanannya karena perutnya sudah keroncongan.Cukup lama mereka ngobrol sambil makan akhirnya keduanya selesai, sebelum berpisah Alex mengatakan sesuatu pada Reza."Jika kamu dan Naya berpisah baik-baik, ingat aja momen dan wajah terakhir istrimu itu, setidaknya itu bisa jadi evaluasi buat kamu," ucap Alex yang dibalas anggukan oleh Reza."Jangan lupa besok jam 10," lanjut Alex. "Oke," Sampai di rumah, Reza melihat Nova sudah pulang, ia langsung masuk ke dalam kamar lalu tidur memakai bantal Naya. Ntah kenapa ia benar-benar merindukan gadis itu, Reza menoleh ke arah lantai tempat dimana biasanya Naya tidur karena hukuman darinya.'Kalo ternyata semua tuduhan itu salah, bagaimana aku minta maaf sama Naya? Apakah kamu akan mau memaafkanku? Atau kamu benar-benar ingin menghilangkan sejauh-jauhnya dari hidupku.Nay kenapa aku sering bingung sendiri sekarang? Sebegitu berharganya kah kamu di hidupku?' batin Reza bertanya-tanya hingga akhirnya ia tertidur setelah lama bergelut dengan hatinya.***Keesokan harinya Alex dan Reza sedang dalam perjalanan menuju pabrik Alex yang sudah hampir tiga tahun ia rintis."Keren banget sih kamu bisa nge handle dua sekaligus," ucap Reza di sela-sela keheningan mereka, Alex menoleh sekilas lalu terkekeh."Keren gimana sih, ini aja udah hampir tiga bulan gak pernah cek pabrik haha makanya mau kesana dulu, katanya ada beberapa karyawan baru juga," jawab Alex sambil tertawa."Ya tetap aja walaupun gak ada kamu pabrik tetap jalan dan gak rugi,""Alhamdulillah, saya bersyukur mendapatkan tim yang amanah makanya gak terlalu khawatir kalo ninggalin pabrik karena setiap hari tangan kanan saya selalu laporan," lanjut Alex.Lama mereka di perjalanan akhirnya sampai juga, Reza bahkan terkagum-kagum melihat pabrik Alex bukan pabrik kaleng-kaleng, karyawannya juga banyak."Yuk ke dalam dulu," ajak Alex yang dibalas anggukan oleh Reza ia langsung mengikuti Alex. "Selamat siang Pak Alex, lama gak ke sini?" tanya Wawan yang merupakan tangan kanan Alex."Siang Wan, iya nih baru sempat sekarang tapi saya bangga kamu bisa handle pabrik dengan baik, terima kasih ya," jawab Alex yang dibalas anggukan oleh Wawan."O iya Pak, ini ada beberapa data karyawan baru yang masuk sekitar dua Minggu yang lalu dan alhamdulillah kinerja mereka bagus,""Oke, baguslah kalo kinerjanya bagus," jawab Alex lalu membaca sekilas map-map yang diberikan oleh Wawan.Drt … drt … drt Tiba-tiba ponsel Alex bergetar, ia langsung berdiri membuat lembar kertas yang di pangkuannya jatuh ke lantai. Reza yang melihat itu langsung menunduk mengambil kertas tersebut.Sebelum kembali meletakkannya, Reza membaca sekilas data tersebut. Detik kemudian, Reza memperjelas bacaannya."Naya Humairah," gumamnya, ia tidak asing dengan nama tersebut, hanya saja ia kurang yakin. Deg! 'Apa ini Naya? Seingatku Naya Humairah adalah nama panjang Naya,'Setelah Alex selesai menerima telpon ia kembali masuk ke dalam ruangan. Ia melihat raut wajah Reza sedikit berbeda. "Kenapa Bro?" tanya Alex membuat Reza langsung menoleh."Tempat kerja karyawan baru dimana Lex?" tanya Reza membuat Alex menaikkan alisnya sebelah bingung dengan pertanyaan Reza. "Di ujung," jawab Alex. "Kita kesana yuk," ajak Reza."Ngapain? Kamu mau lihat proses pabrik?" tanya Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. Tanpa membuang waktu mereka berdua langsung berjalan menuju tempat karyawan bekerja, Reza memakai masker dan topinya.Begitu sampai di dalam ruangan yang luas dan rame tersebut, Reza langsung melihat satu per satu karyawan, hingga detik kemudian ia mematung melihat gadis yang sudah hampir dua minggu lebih meninggalkannya tersebut.'Itu beneran Naya?' ucapnya dalam hati, namun matanya terus memandang gadis itu yang sesekali menyeka keringat di keningnya.'Ya tuhan, itu beneran Nayaku,' lagi-lagi hati Reza seketika senang padahal cuma melihat Naya. "Heh lihat-lihat itu pak Alex yang punya pabrik ini," ucap seseorang membuat semuanya karyawan langsung melihat ke arah Alex dan Reza."Ya ampun, ganteng banget," heboh para karyawan. "Gila sih, itu mah udah kayak pangeran berkuda putih," "Hu … halu mulu,"Reza memilih berjalan-jalan diantara karyawan karena ia tidak ingin di lihat oleh semuanya, walaupun ia sudah memakai masker dan topi. Pelan-pelan ia berjalan menuju Naya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.Tanpa sepengetahuan Naya, Reza berjalan menuju tempatnya lalu berdiri tepat di samping Naya, sesekali ia melihat gadis itu."Ganteng ya Nay?" tanya Silvi yang merupakan sahabat Naya, Silvi lah yang memberi tumpangan pada Naya sekaligus mencarikan pekerjaan untuk temannya tersebut."Hum," jawab Naya sekilas lalu ia kembali fokus pada kerjaannya. "Ih cuek amat, gak boleh gitu tar tiba-tiba malah suka lagi," sindir Silvi membuat Naya la
Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman."Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi."Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri."Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza."Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.***Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengataka
"Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi."Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur."Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya."Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca."Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu
Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya."Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya."Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut."Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk."Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan se
"Gila kamu ya! Naya istriku, gak usah aneh-aneh," bantah Reza dengan tegas membuat Alex terkekeh lalu gelang-gelang. "Jelas-jelas kamu cemburu, masih aja bilang gak tau perasaanmu sendiri, munafik bro, jangan sampe kamu nyesal di saat Naya sudah berada di pelukan laki-laki lain," nasehat Alex membuat Reza bungkam."No! Naya gak seperti itu dia gadis polos dan penurut, dia gak mungkin buka hati secepat itu," bantah Reza mambuat Alex mengerutkan keningnya."Why not? Justru hati perempuan itu mudah luluh saat ia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, tulus dan mencintainya apa adanya," Alex sengaja mengompor-ngompori Reza."Udah ah malas, saya mau balik ke kantor lagi," lanjut Reza lalu ia meninggalkan Alex yang masih saja menertawakan dirinya. "Dasar aneh," gumam Alex. "O iya mau ke pabrik kapan?" tanya Alex sedikit berteriak membuat Reza kembali menoleh."Kapanpun saya mau, saya udah tau jalannya," jawab Reza membuat Alex melongo. "Heh! Itu pabrik saya ya," kesal Alex yang tidak di
Di perjalanan pulang, Nova benar-benar tidak menyangka kalo Reza menemui Naya diam-diam, rasanya mulutnya sudah gatal untuk menceritakan semuanya kepada Neni. Sampai di rumah Reza, Nova langsung tergesa-gesa turun dari mobil, rasanya ia sudah ingin menceritakan semuanya pada Neni. "Tante … Tante!" teriaknya begitu sampai di ambang pintu membuat Neni yang sedang mengotak-atik ponselnya sambil rebahan langsung menoleh. "Eh Nova, kenapa kok teriak-teriak?" tanya Neni, tanpa membuang waktu Nova langsung masuk dan duduk di dekat Neni. "Gawat Tante, gawat!" ucapnya heboh membuat Neni bingung. "Gawat? Apanya yang gawat?" tanya Neni membuat Nova langsung mengatur nafasnya. "Dugaan Tante benar, Mas Reza sering keluar-keluar untuk menemui Naya!" jawabnya membuat Neni langsung duduk. Deg! "What?!" pekik Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Kamu tau darimana?" tanya Neni masih belum percaya membuat Nova langsung menarik nafas dalam-dalam sambil mendongak. "Nih Tante aku kasih tau, baru
Dua hari kemudian, Neni meminta Nova untuk menemaninya ke pabrik tempat Naya kerja. Nova menyelesaikan sebagian pekerjaannya lalu berniat meminta izin pulang terlebih dahulu.Tok! Tok! Tok! "Masuk," sahut Reza. Nova masuk kemudian berjalan mendekati meja Reza. Sebelumnya ia membuka bagian atas pakaiannya lalu menarik roknya agar terlihat lebih mini."Pak ini berkas-berkas penting yang harus si tanda tangani," ucap Nova barusaha membuat Reza agar mendongak melihatnya yang sudah sengaja berpakaian seksi."Oh, taro aja disitu, nanti saya tanda tangani," jawab Reza tanpa mendongak membuat Nova langsung mendengus kesal lalu menghela nafas panjang."Aku izin pulang duluan, Pak," lanjut Nova dengan nada yang masih sedikit kesal membuat Reza menoleh sekilas. Ia sedikit kaget melihat pakaian Nova, detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain."Kenapa?" tanya Reza. "Ada sedikit urusan Pak," jawab Nova yang dibalas anggukan oleh Reza. "Ya sudah," jawab Reza sedatar mungkin membuat Nov
"O iya Kak Reza ya, apa kabar ya dia? Udah lama gak ketemu sebulan lebih, mungkin dia udah bahagia kali, dia juga gak bakalan pernah nyariin perempuan kayak aku sih, buat apa? Susah ya berhubungan sama orang kaya," ujar Naya membuat Silvi merasa tidak enak."Nay … maaf, aku gak sengaja," pinta Silvi memelas membuat Naya menoleh detik kemudian ia tertawa melihat ekspresi Silvi yang begitu lucu."Hahah apasih? Aku mah gak apa-apa, toh sadar juga aku bukan siapa-siapanya walaupun di hari kami berpisah, sempat ada omongan pisah baik-baik, tapi taulah itu cuma basa-basi biar gak terlalu sedih," lanjut Naya membuat Silvi langsung serba salah, harusnya temannya tersebut berbahagia sekarang bukannya malah bersedih."Nay maaf …," lagi-lagi Silvi memelas membuat Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berlarut-larut."Udah-udah ayok kesana," ajak Naya membuat Silvi mau tidak mau mengangguk, sebenarnya ia masih tidak enak dengan Naya.'Gini nih kalo mulut mau bercanda terus, ah b