'Ya tuhan, itu beneran Nayaku,' lagi-lagi hati Reza seketika senang padahal cuma melihat Naya. "Heh lihat-lihat itu pak Alex yang punya pabrik ini," ucap seseorang membuat semuanya karyawan langsung melihat ke arah Alex dan Reza.
"Ya ampun, ganteng banget," heboh para karyawan. "Gila sih, itu mah udah kayak pangeran berkuda putih," "Hu … halu mulu,"Reza memilih berjalan-jalan diantara karyawan karena ia tidak ingin di lihat oleh semuanya, walaupun ia sudah memakai masker dan topi. Pelan-pelan ia berjalan menuju Naya yang sedang sibuk dengan pekerjaannya.Tanpa sepengetahuan Naya, Reza berjalan menuju tempatnya lalu berdiri tepat di samping Naya, sesekali ia melihat gadis itu."Ganteng ya Nay?" tanya Silvi yang merupakan sahabat Naya, Silvi lah yang memberi tumpangan pada Naya sekaligus mencarikan pekerjaan untuk temannya tersebut."Hum," jawab Naya sekilas lalu ia kembali fokus pada kerjaannya. "Ih cuek amat, gak boleh gitu tar tiba-tiba malah suka lagi," sindir Silvi membuat Naya langsung menyentil dahinya."Akh," ringis Silvi sambil lalu mengusap dahinya. "Kenapa otakmu gak bisa santai, ya kali orang sukses seperti Pak Alex mau sama babu seperti kita.Tolonglah jangan berharap terlalu tinggi, seandainya dia mau sekalipun harga diri kamu tidak ada ubahnya seperti sampah, zaman sekarang pangkat setara dengan pangkat, kalo babu ya tetap aja babu walaupun kamu menikah dengan orang berpangkat," omel Naya.Deg! Reza yang mendengar itu hanya bisa diam sesekali melirik Naya yang masih berstatus istrinya tersebut, ia merasa tersindir dengan ucapan tegas itu. Ntah kenapa ia belum kepikiran sedikitpun untuk menggugat cerai Naya."Oke baiklah, seorang mantan istri CEO, tapi Naya gak semua laki-laki seperti suami kamu," lagi-lagi Silvi memberikan nasehat pada Naya."Bodo amatlah, aku gak peduli, jika dengan seperti ini saja aku sudah bahagia, buat apalagi mikirin hal seperti itu," lanjut Naya membuat Silvi melongo."Ish … jangan ngomong gitu, kita itu butuh laki-laki Nay, tempat bersandar, berkeluh kesah, manja-manja," sanggah Silvi. "Huh, pernikahan itu nggak seindah yang kamu bayangkan Silvi, sekarang aja kamu bilang enak indah dan segala macam kalau udah ngerasain dahlah ... yang kamu bilang itu cuman ada di dunia halu," ujar Naya."Nggak halu Nay, pada kenyataannya laki-laki itu harusnya begitu," Sanggah Silvi. "Betul sih, tapi jika aku sendiri aja mampu, ngapain berharap sama laki-laki yang gak nganggap keberadaanku karena hanya aku miskin, percuma yang ada malah batin terus," lagi-lagi ucapan menohok Naya membuat Reza yang disampingnya langsung tercekat. Ia melirik Naya yang benar-benar fokus dengan kerjaannya.Hingga Alex selesai berbicara di depan, Reza terus di samping Naya. Setelah melihat Alex melambaikan tangan, mengajak Reza pulang. Barulah Reza meninggalkan Naya, tapi sebelum pergi ia sempat menoleh ke belakang melihat gadis itu yang fokus kerja tanpa meliriknya sedikitpun."Eh Naya, tadi yang disamping kamu yang pake masker siapa dah?" tanya Silvi membuat Naya langsung menggedikkan bahunya. "Mana aku tahu, aku gak peduli juga," jawab Naya dengan datarnya membuat Silvi langsung memutar mata malas.Bagitu mereka di dalam mobil, Reza langsung membuka masker dan topinyanya lalu menarik nafas dalam-dalam membuat Alex bingung. "Kenapa?" tanya Alex yang mulai menyetir."Saya bertemu Naya," jawabnya membuat Alex kaget. Citt! Alex mengerem mobil mendadak karena kaget dengan ucapan Reza. "Hah? Serius? Dimana?" tanya Alex tidak percaya."Di pabrikmu," jawab Reza sambil memijit pelipisnya membuat Alex seperti orang bodoh, apakah dunia ini terlalu sempit, hingga pertemuan Reza dan Naya harus melibatkan dirinya. "Yang mana? Kenapa kamu gak ngasih tau tadi?" tanya Alex semakin penasaran."Saya sengaja Lex, karena saya pun belum berani menunjukkan diri saya. Kamu ingat tadi saya berdiri di samping karyawan, nah tepat di samping saya itu Naya," jawab Reza membuat Alex mendengus kesal."Ya mana saya tau yang mana orangnya kamu kan berdiri diantara banyak karyawan," kesal Alex lalu mereka kembali melakukan perjalanan.Hampir empat jam lebih menempuh perjalanan akhirnya keduanya sampai. "Lex makasih sebanyak-banyaknya melalui kamu setidaknya saya bisa melihat Naya," ucap Reza yang dibalas anggukan oleh Alex."Sama-sama lain kalo ada waktu kita kesana lagi, tapi ini agak aneh sih pertemuan kalian ini harus melalui saya gitu," jawab Alex yang dibalas anggukan oleh Reza. "Alhamdulillah,"Sampai di rumah, Reza bahkan senyum-senyum sendiri karena sudah mengetahui keberadaan istrinya tersebut. "Reza," panggil Neni membuat Reza yang baru saja masuk diamang pintu langsung menoleh."Eh Ma," ucap Reza. "Duduk bentar," suruh Neni membuat Reza langsung duduk. "Kenapa Ma?" ucap Reza bingung melihat mamanya yang tampak senyum-senyum sendiri."Reza, Mama mau jodohin kamu sama Nova," ucap Neni membuat Reza langsung kaget. "Ma," ujar Reza. "Dengerin Mama dulu, Mama kasian lihat kamu sendirian terus, setidaknya kalo kamu nikah sama Nova kamu punya istri, Mama juga bisa gendong cucu," lanjut Neni membuat Reza langsung menyandarkan tubuhnya ke sisi sofa"Gak bisa gitu Ma, aku sama Naya belum cerai," bantah Reza. "Ya udah tinggal ceraiin apa susahnya," jawab Neni dengan santainya membuat Reza langsung kesal."Kita bahas ini lain kali aja Ma, aku lagi gak mood," ucap Reza mangalihkan pembicaraan lalu ia beranjak dari sofa.Saat hendak masuk ke kamarnya, tidak sengaja ia melihat kamar almarhum Papanya terbuka, dengan langkah gontai ia masuk ke dalam kamar itu.Ya, semenjak Papanya tidak bisa jalan atau lumpuh, Mamanya tidak mau sekamar lagi dengan alasan jijik dan sebagainya, hingga mereka menggaji orang lain demi mengurus Papanya.Reza duduk di tepi ranjang, tiba-tiba ia teringat dengan almarhum Papanya. Tanpa sadar air matanya menetes mengingat ia jarang mengurus Papanya karena terlalu sibuk bekerja."Maafin Reza Pa," ucap Reza sambil mengusap kasur yang di duduknya. Saat ia membenarkan seprainya memasukkannya ke bawah kasur, tidak sengaja ia meraba sesuatu.Reza mengambil amplop tersebut karena penasaran ia membuka terdapat kertas di dalamnya.[Dear Reza, Papa bangga punya anak sukses kayak kamu, baik, ramah dan penurut. Maafkan Papa jika belum bisa memberikan yang terbaik untuk kamu. Tapi Reza satu hal yang harus kamu tahu, Papa sangat bangga dan bersyukur mempunyai menantu seperti Naya.Walaupun pada dasarnya Mama kamu, adik kamu, bahkan kamu sekalipun tidak menyukai gadis itu, tapi Papa sangat menyukainya mulai dari tutur katanya dan perlakuannya yang membuat Papa tidak pernah merasa sendiri.Reza ingat Nak kamu memang belum bisa mengurus Papa karena sibuk dengan pekerjaanmu, Mama dan adikmu bahkan jijik melihat Papa. Awalnya Papa sempat sedih dan sakit hati karena tidak ada yang peduli saat Papa sakit.Namun, sedih itu hilang saat Naya hadir, dia selalu menemani Papa setiap hari, ia tidak pernah sungkan untuk menyuapi Papa dan bahkan bercerita -cerita dengan Papa.Sejak saat itu Papa gak pernah merasa kesepian, kalian memang menyewa orang untuk mengurus Papa, tapi itu hanya sekedar mengurus dan itupun tidak full seharian karena Pak Ujang juga punya keluarga.Papa tahu kamu sangat membenci Naya karena selalu di kompor-kompori sama Mamamu dan Sarah. Nak, Papa tidak akan pernah memaksa kamu melanjutkan pernikahan kalian. Jika kamu memang tidak bisa membahagiakan Naya, setelah Papa tiada tolong lepaskan gadis itu.Biarkan ia mencari kebahagiaannya sendiri, Papa sedih Nak mendengar curhatan gadis itu yang selalu kalian kucilkan. Maafin Papa sudah salah memilih menantu buat kamu, tapi setidaknya Papa bersyukur dengan adanya Naya, Papa sangat bersemangat untuk sembuh walaupun pada kenyataannya mungkin tidak bisa.Papa tidak tahu kamu akan membaca surat ini atau tidak, tapi disini Papa bersaksi bahwa Naya adalah gadis yang baik, dia tidak seperti yang di bicarakan oleh Ibu dan adikmu. Titip salam buat Naya jika ia masih bersamamu, katakan jika Papa sangat menyayanginya dan tolong katakan permintaan maaf Papa tidak bisa selamanya mendengarkan curhatannya yang pilu itu.Love Papa to Reza]Reza menangis sesegukan membaca surat Papanya tersebut, ia memang tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Papanya karena Mamanya selalu mengatakan semuanya aman."Hiks … hiks Papa maafin Reza," tangis Reza semakin pecah, ia memeluk surat papanya dengan erat. Andai waktu bisa di ulang ia akan berusaha menjadi anak yang lebih baik lagi."Reza," panggil Neni membuat Reza langsung mengusap air matanya lalu menoleh ke arah pintu. "Kamu ngapain disini sendirian?" tanya Neni membuat Reza langsung berdiri."Gak apa-apa Ma, cuma kangen sama Papa aja, merasa durhaka karena belum bisa merawatnya dimasa sakit hingga wafatnya," jawab Reza."Kamu gak durhaka Reza, kan kita udah nyewa orang untuk jaga Papa kamu," sanggah Neni membuat Reza menggeleng. "Itu orang lain bukan anak atau keluarga, sudahlah Ma aku mau ke kamar dulu," lanjut Reza lalu meninggalkan Neni sendirian.***Seminggu kemudian, setiap hari tetap saja tidak ada perubahan Reza sudah mulai bosan dengan mulut manis Ibunya uang mengataka
"Assalamualaikum," Silvi membuka pintu pakai kuncinya sendiri, karena ia dan Naya punya kunci masing-masing. "Pak sebentar ya, saya suruh Naya pake jilbab dulu," ucap Silvi."Iya silahkan, saya kesana sebentar ya," ujar Reza sambil menunjuk mini market. "Iya Pak," jawab Silvi lalu ia masuk ke dalam, ia melihat Naya masih berbaring lemas di lantai yang beralaskan kasur."Kok udah pulang Vi?" tanya Naya lirih membuat Silvi langsung senyum-senyum. "Ada deh, ntar juga kamu tahu, pake jilbab dulu ada yang mau datang," jawab Silvi lalu menyodorkan jilbab ke kepada Naya."Ih kamu mah bikin penasaran," kesal Naya lalu berusaha untuk duduk. "Mau pake bedak dulu gak?" tanya Silvi lalu menyodorkan beda baby ke depan Naya. Naya mengambil sedikit lalu mengusapkan ke wajahnya.Tidak berselang lama, Silvi melihat Reza datang membawa dua plastik besar. "Buset, Pak bos beli apaan tuh banyak banget," gumam Silvi membuat Naya menoleh sedikit ke kaca."Ya terserah dia lah, jangan geer itu bukan buat kamu
Disisi lain, Reza senyum-senyum di dalam mobil rasanya puas sekali bisa bertemu Naya dengan dekat, walaupun satu sisi ia merasa iba dengan istrinya tersebut. Sampai di kantor hari sudah menunjukkan pukul 4 sore, Nova melihat Reza datang dari kejauhan langsung merapikan pakaiannya."Pak," panggil Nova bagitu Reza sudah dekat. "Iya, ada apa?" tanya Reza tanpa basa-basi membuat Nova sedikit ragu menanyakan uneg-unegnya."Bapak dari mana saja seharian?" tanyanya membuat Reza langsung mengrutkan keningnya. "Maksud kamu?" tanya Reza bingung, karena Nova lancang sekali menanyakan hal tersebut."Eh i–itu Pak, Bahyak berkas yang harus di tandatangani," jawab Nova gugup membuat Reza mengangguk."Oh, ya sudah kamu pulanglah, semua berkas akan saya bawa pulang dan saya tandatangani di rumah," jawab Reza datar lalu ia kembali berjalan menuju ruangannya.Sampai di ruangannya Reza duduk di kursinya lalu menyandarkan kepalanya sambil tersenyum, tanpa ia sadari sadari ternyata Nova mengikutinya dan se
"Gila kamu ya! Naya istriku, gak usah aneh-aneh," bantah Reza dengan tegas membuat Alex terkekeh lalu gelang-gelang. "Jelas-jelas kamu cemburu, masih aja bilang gak tau perasaanmu sendiri, munafik bro, jangan sampe kamu nyesal di saat Naya sudah berada di pelukan laki-laki lain," nasehat Alex membuat Reza bungkam."No! Naya gak seperti itu dia gadis polos dan penurut, dia gak mungkin buka hati secepat itu," bantah Reza mambuat Alex mengerutkan keningnya."Why not? Justru hati perempuan itu mudah luluh saat ia menemukan laki-laki yang benar-benar baik, tulus dan mencintainya apa adanya," Alex sengaja mengompor-ngompori Reza."Udah ah malas, saya mau balik ke kantor lagi," lanjut Reza lalu ia meninggalkan Alex yang masih saja menertawakan dirinya. "Dasar aneh," gumam Alex. "O iya mau ke pabrik kapan?" tanya Alex sedikit berteriak membuat Reza kembali menoleh."Kapanpun saya mau, saya udah tau jalannya," jawab Reza membuat Alex melongo. "Heh! Itu pabrik saya ya," kesal Alex yang tidak di
Di perjalanan pulang, Nova benar-benar tidak menyangka kalo Reza menemui Naya diam-diam, rasanya mulutnya sudah gatal untuk menceritakan semuanya kepada Neni. Sampai di rumah Reza, Nova langsung tergesa-gesa turun dari mobil, rasanya ia sudah ingin menceritakan semuanya pada Neni. "Tante … Tante!" teriaknya begitu sampai di ambang pintu membuat Neni yang sedang mengotak-atik ponselnya sambil rebahan langsung menoleh. "Eh Nova, kenapa kok teriak-teriak?" tanya Neni, tanpa membuang waktu Nova langsung masuk dan duduk di dekat Neni. "Gawat Tante, gawat!" ucapnya heboh membuat Neni bingung. "Gawat? Apanya yang gawat?" tanya Neni membuat Nova langsung mengatur nafasnya. "Dugaan Tante benar, Mas Reza sering keluar-keluar untuk menemui Naya!" jawabnya membuat Neni langsung duduk. Deg! "What?!" pekik Neni yang dibalas anggukan oleh Nova. "Kamu tau darimana?" tanya Neni masih belum percaya membuat Nova langsung menarik nafas dalam-dalam sambil mendongak. "Nih Tante aku kasih tau, baru
Dua hari kemudian, Neni meminta Nova untuk menemaninya ke pabrik tempat Naya kerja. Nova menyelesaikan sebagian pekerjaannya lalu berniat meminta izin pulang terlebih dahulu.Tok! Tok! Tok! "Masuk," sahut Reza. Nova masuk kemudian berjalan mendekati meja Reza. Sebelumnya ia membuka bagian atas pakaiannya lalu menarik roknya agar terlihat lebih mini."Pak ini berkas-berkas penting yang harus si tanda tangani," ucap Nova barusaha membuat Reza agar mendongak melihatnya yang sudah sengaja berpakaian seksi."Oh, taro aja disitu, nanti saya tanda tangani," jawab Reza tanpa mendongak membuat Nova langsung mendengus kesal lalu menghela nafas panjang."Aku izin pulang duluan, Pak," lanjut Nova dengan nada yang masih sedikit kesal membuat Reza menoleh sekilas. Ia sedikit kaget melihat pakaian Nova, detik kemudian ia mengalihkan pandangannya ke arah lain."Kenapa?" tanya Reza. "Ada sedikit urusan Pak," jawab Nova yang dibalas anggukan oleh Reza. "Ya sudah," jawab Reza sedatar mungkin membuat Nov
"O iya Kak Reza ya, apa kabar ya dia? Udah lama gak ketemu sebulan lebih, mungkin dia udah bahagia kali, dia juga gak bakalan pernah nyariin perempuan kayak aku sih, buat apa? Susah ya berhubungan sama orang kaya," ujar Naya membuat Silvi merasa tidak enak."Nay … maaf, aku gak sengaja," pinta Silvi memelas membuat Naya menoleh detik kemudian ia tertawa melihat ekspresi Silvi yang begitu lucu."Hahah apasih? Aku mah gak apa-apa, toh sadar juga aku bukan siapa-siapanya walaupun di hari kami berpisah, sempat ada omongan pisah baik-baik, tapi taulah itu cuma basa-basi biar gak terlalu sedih," lanjut Naya membuat Silvi langsung serba salah, harusnya temannya tersebut berbahagia sekarang bukannya malah bersedih."Nay maaf …," lagi-lagi Silvi memelas membuat Naya langsung menggeleng-gelengkan kepalanya agar tidak berlarut-larut."Udah-udah ayok kesana," ajak Naya membuat Silvi mau tidak mau mengangguk, sebenarnya ia masih tidak enak dengan Naya.'Gini nih kalo mulut mau bercanda terus, ah b
Dengan cepat ia memakaikan jilbab tersebut ke kepala Naya, namun Reza terhenti karena tidak ada jarum pentul di tangannya. "Pake ini aja Pak," ucap Silvi tiba-tiba dari sebelah membuat Reza langsung menoleh lalu mengangguk."Kamu pasangin ya," ucap Reza yang dibalas anggukan oleh Silvi, dengan cekatan ia memasangkan pentul ke jilbab Naya. Saat Silvi mengangkat dagu Naya membuat Naya langsung mendongak detik kemudian pandangannya bertemu dengan Reza.'Kak Reza selalu melihatku, apa sebenarnya maksud Mama? Apa jangan-jangan …,' bathin Naya bertanya-tanya, tapi matanya terus menatap ke arah Reza karena ia merasa tidak asing dengan tatapan itu.Reza yang menyadari tatapan Naya sudah tidak biasa langsung mengalihkan pandangannya. Walaupun sebenarnya ingin sekali rasanya ia memeluk dan mencium pipi gadis itu. Ia tahu pasti Naya sekarang malu, sedih dan merasa rendah akibat perbuatan Ibunya dan Nova."Pipi kamu masih sakit?" tanya Alex tiba-tiba membuat Naya langsung mengalihkan pandangannya