Elisa berjalan di sebuah taman, tempat yang tak pernah berubah sejak terakhir kali ia berada di sana. Bahkan tanaman yang ada masih tetap berada di sana. Bayangan dua pasangan yang sedang bercengkrama terlintas di salah satu bangku. Sang wanita duduk di bangku panjang dengan seorang pria yang tidur dipangkuannya. Namun, tiba-tiba saja kedua insan itu menghilang dari pandangannya. Elisa tersenyum kecut ketika mengingat semua kenangan indah di taman tersebut.Elisa menghirup udara di sore hari itu. Masih sama terasa begitu menyegarkan. Angin kecil meniup-niup rambutnya hingga bergerak tak beraturan. Tangannya menyentuh bangku panjang dan merasakan tekstur bangku yang tak pernah berubah itu. Sepertinya taman ini dirawat dengan baik oleh mereka."Akhhh," ringis Elisa ketika tak sengaja tangannya yang terluka menyentuh bangku itu."Berhati-hatilah."Kalimat itu tiba-tiba datang dari arah belakang Elisa. Ia menoleh ke arah sumber suara. Keningnya mengerut ketika melihat siapa yang datang.S
"El!" teriak Kiana. Gadis itu berjalan cepat menuju ke arah Elisa. Raut wajahnya terlihat begitu khawatir. Sejak tadi dia sudah mencari keberadaan Elisa. Dirinya benar-benar khawatir pada gadis itu. Dan sekarang, bisa-bisanya Elisa dengan santai berdiri di dekat bangku taman dengan luka yang terbuka seperti itu. Apa dia tidak takut jika lukanya kembali menyebar?Sementara itu, tanpa sadar, Elisa menyimpan botol ramuan di tangannya ke dalam tas kecil yang selalu dibawanya kemanapun. Meskipun sebenarnya ia begitu penasaran dengan pria itu, tapi ia tidak ingin ketahuan oleh Kiana. Suatu saat ia pasti akan bertemu dengan pria bernama itu lagi. Ia akan pastikan itu. Ia belum bisa memberitahukan pada Kiana, apalagi bercerita tentang pria tadi. Jika Kiana tahu, kemungkinan keselamatan pria yang bernama X tersebut bisa saja celaka. Meskipun ia belum tahu siapa X sebenarnya, tapi ia merasa begitu dekat dengan pria itu."Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Kiana lagi setelah sampai di hadapan
Luka itu kembali menyebar, dan Elisa yang tak tahan lagi mengeluarkan rintihannya. Meskipun begitu, ia tetap tidak ingin ada orang lain yang tahu. Dengan kuat, ia menahan rintihan tersebut sambil menutup mulutnya agar suaranya tidak terdengar. Akhirnya, luka tersebut tidak terasa terlalu sakit lagi.Elisa mengeluarkan botol yang sempat disembunyikannya dari Kiana. Ia membukanya dengan hati-hati, dan saat itu juga aroma ramuan itu menyebar di seluruh ruangan. Aroma bunga yang begitu menenangkan bagi yang menciumnya.Tanpa ragu, Elisa menuangkan sedikit ramuan ke area terluka dengan tangannya yang cepat. Kemudian, ia menutup dan menyimpan ramuan tersebut ke dalam tas kecilnya. Sesaat tidak terjadi apa-apa, dan Elisa mengerutkan kening sambil menatap luka tersebut. Rasa perih masih dirasakannya saat ini."Iluh, sepertinya aku telah dibodohi pria itu. Aku rasa ramuan itu hanyalah air yang beraroma wangi saja," ujar Elisa sambil menghembuskan napasnya. Ia membaringkan tubuhnya yang lelah d
Daren telah menyesal melangkah ke dalam ruangan itu. Ia tidak mengerti mengapa kakinya bisa ke sana saat itu juga. Padahal, gelisah sekali hatinya tak menginginkannya. "Kau baik-baik saja?" tanya wanita yang selalu setia bersamanya sampai detik ini. Daren tersenyum memandang kekasihnya, melihat mata wanita di hadapannya yang sedang khawatir. Entah bagaimana ia bisa begitu mencintai Valeri, wanita yang selalu bersamanya. Ia mengingat dengan jelas bagaimana wanita itu selalu mengejarnya dulu. Jika orang lain menjauhinya, tidak dengan wanita di hadapannya sekarang. Valeri malah semakin mengejarnya. Hingga pada akhirnya, ia pun jatuh cinta pada wanita bertubuh seksi ini."Ya, aku baik-baik saja," ujar Daren sambil menyentuh pipi Valeri. Ia tak tega melihat wajah kekasihnya yang sedang menatapnya juga. Wanita itu terlihat begitu cantik. Apalagi tubuhnya semakin hari semakin membuatnya bergairah. "Kau menggairahkan, Val," bisik Daren di telinganya.Valeri tersenyum dan memeluk leher Daren.
Seluruh orang di pack terkejut ketika Daren datang dengan luka yang mengalir di tangannya. Semua yang ada di sana merasa khawatir melihat langkah Daren yang sedikit terhuyung. Termasuk Kiana, saudara perempuannya, yang juga khawatir.Daren segera berlari menuju Daren, membantu pria yang masih berwujud serigala tersebut memasuki ruangannya. Tak lupa juga memanggil Elisa untuk membantunya dan memerintahkan tabib untuk mempersiapkan bahan-bahan membuat obat untuk kakaknya.Tanpa tahu tujuan dari Elisa, Daren pun mengikuti kemauan gadis itu. Tiba-tiba saja pintu tertutup rapat saat dirinya sudah berada di dalam kamar sang penguasa Lotus pack. Daren terkejut dengan kelakuan gadis tersebut. Ia berlari menuju pintu tersebut dan berusaha membukanya dengan tenaganya."Apa kau akan membiarkanku mati kehabisan darah?" kesal Daren yang telah berubah menjadi manusia.Elisa menatap Daren dengan tatapan tak suka. Namun, detik kemudian ia juga melihat ke arah yang lain. Tidak ingin menatap ke arah Al
Suara pintu terbuka membuat dua orang yang berada di dalam ruangan tersebut terkejut. Mereka bahkan mengelus dada masing-masing saking kagetnya. Sedangkan orang yang membuka pintu tersebut, dengan penuh amarah mendorong benda yang tak dianggap ringan itu. Matanya terlihat melotot ketika menemukan dua orang berjenis kelamin sedang berada di atas tempat tidur. Mereka berdua seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran. Dengan napas yang terengah-engah, dirinya mendekat ke arah keduanya."Apa yang kau lakukan pada kekasihku?" teriak Valeri seterusnya. Dia menatap geram gadis centil tersebut. Apalagi posisi keduanya yang begitu menyakitkan untuk dilihat.Tubuh Daren tertindih oleh tubuh Elisa. Tangan gadis itu pun berada tepat di dada bidang Daren, membuat Valeri semakin marah, hingga wajahnya berubah menjadi merah seketika."Val, aku bisa jelaskan," ucap Daren yang tiba-tiba saja berhenti ketika kekasihnya melakukan sesuatu.Plak! Sebuah tamparan tepat mengenai wajah gadis tersebut. Dia
Pergilah ke hutan di sebelah selatan dari pack Hi. Kita akan bertemu di sana sore hari. Aku akan menunggumu saat matahari terbenam," suara itu terdengar di pendengaran Elisa, entah dari mana asalnya. Namun, ia bisa menebak suara itu adalah seorang pria yang baru saja memberikannya selimut hangat ini. Elisa tersenyum ketika merasakan kehangatan di tubuhnya.Aroma maskulin pun menguar begitu saja di penciumannya saat ia mengeratkan selimut tersebut. Ia melihat ke sekitar untuk mencari pria itu, mungkin saja masih berada di sekitar tempatnya berada. Namun, sepertinya tidak ada, bayangannya pun sudah hilang bersama kegelapan malam ini.Angin malam tiba-tiba saja menyapu anak rambut di keningnya, membuat rambutnya bergerak bebas. Elisa harus membenarkan rambutnya agar tidak mengenai matanya.Elisa kembali berjalan mendekati bangku, ia harus segera duduk karena kepalanya mulai berdenyut nyeri akibat terlalu lama berdiri. Tiba-tiba saja seseorang berada di hadapannya, bahkan anginnya saja ia
Pemandangan di depannya begitu menakjubkan. Suasana mencekam membuatnya merinding seketika. Meskipun ia berdiri di perbatasan hutan itu, tetap saja suasana mencekam. Ia berpikir kembali ketika melihat ke dalam hutan yang berwarna hitam itu. Ia yakin isi di dalamnya begitu banyak hewan buas, termasuk para Rogue.Hutan hitam terkenal menjadi tempat tinggal bagi para Rogue. Banyak serigala tanpa wilayah berkumpul di sana. Hutan tersebut juga menjadi pembatas antara wilayah Lotus pack dan wilayah lain. Meskipun begitu, hutan hitam tetap masuk ke dalam wilayah Alpha Daren.Elisa ingin kembali masuk ke dalam Lotus pack, tapi ia berpikir lagi. Jika kembali, takut pria bernama X tersebut menunggunya. Namun, untuk menunggu di sekitar hutan hitam membuatnya takut, apalagi sebentar lagi matahari akan terbenam."Hutan ini menyeramkan sekali," ucap Elisa ketika melihat ke dalam sana. Ia menggeleng pelan saat mendengar suara burung hantu yang mulai saling bersahutan. Ia menoleh ke sana kemari untuk