"Hai Ben," sapanya Elisa ketika melihat pria itu sedang sibuk berbicara dengan seseorang yang tak jelas dilihat. Seseorang itu tepat berdiri di sejajar dengan rak, jadi Elisa tak bisa melihatnya dengan jelas. Yang ia tahu orang tersebut adalah wanita, terlihat dari gaunnya yang menjuntai ke bawah.Jangan bilang Ben sedang selingkuh? Namun, tak mungkin. Pria seperti Ben adalah seseorang yang baik. Lagipula tidak ada kurangnya dari Kiana, jadi tak mungkin pria itu berani melakukannya."Hai El," ujar Ben ketika melihat Elisa mendekatinya. Ia tersenyum menyapa gadis yang sebentar lagi akan menjadi seorang luna. Namun, senyumannya pupus ketika melihat raut wajah Elisa yang sedikit tak suka, dan ia tahu alasannya.Awalnya Elisa tersenyum bahagia, tapi setelah tahu siapa yang diajak bicara oleh Ben, membuatnya tak suka. Rasa kesalnya langsung terpancar begitu saja di wajah cantiknya tersebut. Dan ia yakin, jika Ben mengetahui hal tersebut."Hai sayang!" teriak Kiana dari samping. Entah sejak
Elisa menggunakan sedikit sihirnya untuk mengambil beberapa tanaman yang sudah disiapkan. Ia begitu malas untuk berjalan ke meja satunya, maka lebih baik menggunakan kemampuannya saat ini. Lagipula, ia hanya sendirian saat ini, jadi tak perlu khawatir ada yang melihat perbuatannya. Tangannya mengayun-ayun di udara seperti sedang menari, dan saat itu tanaman yang ditunjuknya melayang ke arahnya. Elisa tersenyum melihat tanaman itu mendarat dengan mulus."El, apa yang kau lakukan?" tanya Kiana tiba-tiba muncul dari belakangnya.Detik itu juga Elisa terkejut dan membeku. Ia sedikit takut jika Kiana melihatnya. Jika iya, bisa-bisa dirinya takjadi diangkat menjadi luna dan berakhir dipancung seperti dahulu. Ia menggelengkan kepalanya. Memikirkan saja membuat dirinya merinding seketika, apalagi merasakan untuk kedua kalinya."Kau mengagetkanku, Kia," ujar Elisa berusaha tenang agar tak dicurigai, "sejak kapan kau berada di sana?" tanyanya."Ada apa? Kau seperti takut ketahuan saja," tebak K
Kiana memperhatikan dengan seksama setiap tanaman yang ada di depannya, termasuk akar, batang, dan bunga. Dia pun bertanya kepada Elisa berapa banyak ramuan yang harus mereka buat."Kita hanya perlu membuat dua ramuan, tapi ramuan-ramuan tersebut berbeda. Tidak ada persyaratan bahwa semuanya harus sama, kan?" tanya Elisa kepada Kiana."Tentu saja. Kau sangat cerdas, El," ucap Kiana sambil memberikan dua jempol sebagai tanda penghargaan. Dia benar-benar mengagumi kecerdasan Elisa. Dia yakin mereka berdua akan berhasil memenangkan kontes ini."Jadi, apa yang harus aku lakukan sekarang?" tanya Kiana. Dia tidak ingin lagi menjadi bahan tertawaan bagi Elisa. Oleh karena itu, dia harus bertanya terlebih dahulu agar tidak membuat kesalahan yang sama.Jika ia kembali melakukan kesalahan, maka Elisa akan terus mengolok-oloknya setiap hari. Kiana tahu betul bahwa Elisa menunggu momen tersebut. Namun, dia tidak akan membiarkannya terjadi."Aku sudah menyusunnya. Pertama, ambil sari dari daun-dau
"Baik, aku ingin tahu bahan apa saja yang ada pada ramuan ini," kata Elisa sambil menunjukkan botol yang selalu dibawanya.Elisa merasa perlu mengetahui komposisi ramuan tersebut sekarang, agar tidak terus-terusan penasaran dengan efek aneh yang dirasakannya setiap malam yang mengganggu tidurnya."Untuk apa kau ingin tahu?" tanya pria itu sebagai tanggapan, bukan menjawab pertanyaan Elisa."Kau mengatakan akan menjawab semua pertanyaanku hari ini, jadi tugasmu hanya menjawab dengan jujur," Elisa mulai merasa kesal.Sementara itu, X terkekeh. Dia merindukan wajah kesal gadis itu. Sudah beberapa hari ini ia tidak melihatnya. Bukan karena tidak mau, tetapi karena keadaan seperti yang ia ungkapkan sebelumnya. Penjagaan di perbatasan oleh Lotus Pack semakin diperketat. Padahal sebelumnya tidak ada penjagaan sama sekali di jalur masuk. Namun, sejak pagi ia sudah menunggu di bangku ini, berharap Elisa akan datang."Baiklah, aku akan memberitahumu, tetapi jangan beritahu orang lain, oke?" taw
Elisa tersenyum bahagia ketika sudah berada di lapangan. Ruang terbuka itu sebenarnya untuk para prajurit berlatih. Namun, hari ini disulap menjadi tempat kontes yang diadakan di pack ini. Kontes ini bertujuan untuk memilih tabib terbaik dari segala penjuru Lotus pack, jadi siapapun boleh mengikutinya, dengan syarat termasuk kaum dari Lotus pack.Pemenang akan dinobatkan sebagai tabib kerajaan yang bertugas untuk membantu raja dan rat dalam bidang Kesehatan. Tak hanya itu, siapapun yang menang akan tinggal di dalam kerajaan dan akan mengikuti pelajaran dari tabib terkenal di benua Marel. Hal itulah yang menjadikan Elisa begitu semangat hari ini. Dia yakin bisa memenangkan kontes itu dengan ramuan yang sudah dibuatnya bersama Kiana.Elisa kembali berjalan menuju ke tengah lapangan. Hampir semua kontestan sudah berkumpul, termasuk Kiana, rekan kerjanya. Gadis itu melambai ke arahnya saat ia sudah semakin dekat. Sepanjang perjalanannya, ia melewati beberapa Rogue yang terluka. Bahkan ada
Kinan tersenyum melihat penampilan Elisa yang sempurna menurutnya. Dia bangga pada dirinya sendiri karena telah mengubah gadis itu menjadi sosok yang cantik dan anggun."Kau sangat cantik, aku yakin kakakku akan tergila-gila padamu, malam ini," ujar Kinan sambil merapikan gaun yang dikenakan Elisa.Gaun berwarna peach sangat cocok dengan tubuh Elisa. Ukurannya tidak terlalu besar maupun terlalu kecil, pas untuk calon luna."Tidak mungkin, Kia. Kau tahu sendiri bagaimana Daren itu," ujar Elisa dengan wajah kesal.Dia ingat betul semua yang telah dilakukan pria itu. Setelah pengangkatan ini, dia akan memiliki kesempatan untuk membalas dendam pada mereka semua, termasuk alpha sombong itu."Kau benar, El. Tapi aku merasa Daren sedikit demi sedikit berubah. Aku tahu kakakku dengan baik. Jika dia tidak peduli, maka rasa iri itu tidak akan membuatnya membantumu ketika kau ada masalah, ingat kan?" tanya Kiana sambil menatap Elisa.Elisa mengingatnya. Itulah yang ada dipikirannya sekarang. Apa
Semua orang terkejut, termasuk Valeri. Wanita itu menatap dengan ketakutan pada semua orang di sekitarnya, tak menyadari bahwa belatinya telah terjatuh. Dia memandangi tangannya yang kini berlumuran darah.Kemudian, dia menoleh ke arah Elisa yang tersenyum dengan nada mengejek. Apa arti dari senyuman gadis itu? Apakah Elisa menyadari bahwa dia akan melukainya? Jika benar, maka Valeri telah salah mengira orang yang harus dia lawan. Musuhnya ternyata lebih cerdas daripada yang dia duga sebelumnya."Elisa!" teriak Kinan mendekati Elisa, membuat Valeri tersadar. Wanita itu kembali fokus pada pandangannya pada gadis yang terbaring lemah di tanah.Sementara itu, Kiana buru-buru mengangkat kepala Elisa dan menutup luka di perutnya. Darah terus mengalir tanpa henti. Melihat Elisa mulai kehilangan kesadaran membuatnya semakin khawatir.Wajah Elisa pucat dengan matanya yang tertutup. Napasnya mulai melemah, hingga tak terdengar lagi. Kiana hampir tak bisa mendengarnya. Air mata mulai mengalir d
Valeri terus berlari tanpa arah. Yang pasti, dia harus meninggalkan kelompok ini. Dia yakin bahwa raja dan pemimpin Kelompok Lotus akan mengumpulkan semua orang untuk menangkapnya."Ke mana aku harus pergi?" tanya Valeri sambil menggasap napas karena kelelahan berlari.Saat dia ingin istirahat, tiba-tiba suara prajurit Daren terdengar. Dia bisa merasakan banyak pejuang yang mengejarnya saat ini. Tanpa pilihan, Valeri kembali berlari untuk menghindari penangkapannya."Bagaimana ini? Apa yang harus kita lakukan?" tanya serigala dalam dirinya yang mulai kelelahan."Diamlah! Jika kamu tidak bisa memberikan ide untuk keluar dari kelompok ini, maka jangan bicara!" sindir Valeri pada serigalanya sendiri.Dia membenci semuanya. Baginya, semua orang selain dirinya adalah pengganggu saat ini. Tidak ada yang bisa membantu kecuali dirinya sendiri. Sampai akhirnya dia bertemu dengan jurang di depannya. Ketika ingin berbalik arah, dia sudah dikelilingi oleh para prajurit. Dia tahu ini adalah akhir