"Apa maksudmu, Ayah?" Alexandre mencoba berkilah. Dia berpura-pura tak mengerti dengan ucapan Phillipe.
"Sudahlah, Alex. Aku telah mengetahui hal ini sejak lama. Kau pikir bisa membodohi ayahmu dengan begitu mudah?" Phillipe menaikkan sebelah alisnya. Pria paruh baya tersebut mengembuskan napas berat. Dia lalu berdiri di hadapan Alexandre, yang masih duduk sambil memandang ke arahnya."Aku tidak mengerti ...." Belum sempat Alexandre melanjutkan kata-katanya, satu tamparan keras mendarat di pipi pria tampan tersebut."Jangan bertindak macam-macam, Alex!" ucap Phillipe penuh penekanan. "Kau tahu apa akibatnya, jika dirimu sampai membuat masalah dengan Majandra. Aku tak akan pernah membiarkan hal itu terjadi." Tegas dan terkesan penuh ancaman, ucapan Phillipe terhadap putranya.Selagi Alexandre memberikan penjelasan kepada Phillipe, Majandra tak langsung pulang. Dia menghentikan taksi yang ditumpanginya di tengah perjalanan. Wanita itu berjalan,"Kenapa kau ingin membantuku, Damien?" Majandra menatap lekat pria yang pernah bercinta dengannya, saat mereka sama-sama berlibur ke Maldives.Damien tersenyum kalem. Dia masih menggenggam erat jemari Majandra. "Aku akan melakukan apapun untukmu," jawabnya ringan, tapi meyakinkan."Apapun?" Majandra mengernyitkan kening."Ya. Apapun," sahut Damien menegaskan. "Jika kau berpikir bahwa aku menginginkan sesuatu darimu, anggap saja begitu. Aku ingin timbal balik. Ya, segala hal yang dilakukan harus memberikan keuntungan bagiku, termasuk dengan membantumu. Aku tak akan menjadi seseorang yang munafik.""Kau terlalu jujur," ucap Majandra. Tangisnya sudah mulai reda. Wanita itu dapat kembali tersenyum, meski tampak sangat dipaksakan. "Apa lagi yang kau inginkan darik
Majandra menoleh seraya tersenyum sinis. Dia membalikkan badan, meski bahasa tubuhnya terlihat malas. “Kenapa? Kau takut jika tak lagi menyandang nama besar LaRue? Hanya sampai di situ nyalimu, Alex?” cibirnya diiringi senyum puas.Alexandre berjalan menghampiri Majandra. Dari langkahnya, terlihat jelas bahwa pria itu membawa amarah besar saat mendekati wanita yang telah dinikahi selama tiga tahun tersebut. “Ini bukan hanya tentang nama besar, Majandra! Kau pikirkan saja sendiri, apa yang akan terjadi andai publik tahu dengan kemelut yang terjadi dalam keluargaku!”Majandra kembali tersenyum mencibir. “Saat ini, aku sedang tak ingin memikirkan apa atau siapa pun selain diri sendiri. Kau tahu bukan? Semua orang seakan memojokanku. Aku cemburu buta karena mengira bahwa suamiku telah berselingkuh. Luar biasa, Alexandre.” M
“Apa?” Alexandre meletakkan tas berisi perlengkapan bermain golf di dekat kursi. Dia langsung meraih kertas tadi, lalu membacanya sambil berdiri. “Astaga, apa yang dia lakukan?” gumamnya seraya menautkan alis. Alexandre meletakkan kembali surat panggilan dari pihak kepolisian, yang ditujukan untuk Majandra. “Aku tidak menyangka bahwa Lea akan nekat melakukan ini,” ucapnya. Tiba-tiba, dia memutuskan duduk di sebelah Majandra.“Dia kekasihmu. Kau jauh lebih mengenalnya.” Majandra menggeser tubuh ke sebelah, sehingga memberi sedikit jarak dari Alexandre.“Aku akan bicara dengan Lea,” ucap Alexandre tanpa menoleh. Dia kembali mengenakan topi yang tadi sempat dilepas, saat dirinya duduk di sebelah Majandra.“Kurasa, biasanya juga kalian l
Damien meletakkan sendok dan garpu yang sedang dipegangnya. Dia menatap lekat Majandra, kemudian menggeleng tak mengerti. “Apakah suamimu tahu tentang hal ini?” tanyanya dengan raut teramat serius. “Ya,” jawab Majandra enteng. “Dia membaca sendiri surat panggilan yang ditujukan untukku.” “Bagaimana tanggapannya?” tanya Damien lagi. Dia seakan ingin terus mencecar Majandra, demi memuaskan rasa ingin tahu yang teramat besar. “Entahlah. Aku tak mengharapkan apapun darinya. Aku akan berusaha sendiri,” jawab Majandra diiringi seulas senyuman penawar rasa perih di dada. “Keterlaluan! Akan kuhajar dia!” Damien mengepalkan tangan di sebelah piring. “Tidak, Damien. Aku tak ingin kau melakukan apapun.
Lea membelalakan mata. Sorot mata yang tadinya sayu karena menangis, seketika menajam. “Apa maksudmu, Alex? Kau akan selamanya menjadikanku sebagai simpanan?” Nada bicara model berambut pirang itu menyiratkan tanda protes keras terhadap sang kekasih. “Ya. Bukankah memang seperti itu cara permainannya?” Alexandre menaikkan sebelah alis. “Kau keterlaluan, Alexandre! Aku tidak menyukai ini!” tolak Lea keras. “Kau selalu mengatakan bahwa dirimu menyukaiku! Segala hal yang ada dalam diriku membuatmu bahagia! Namun, setelah mendengar kata-katamu barusan … kau tidak mungkin berpikir demikian. Katakan bahwa itu hanya gertakan.” Sorot mata Lea kembali melunak dan terlihat penuh harap. Alexandre tertegun, lalu menoleh. Dia seakan tak terpengaruh oleh wajah memelas yang Lea tunjukkan. Amarah besar masih terlihat
“Aku sudah melakukannya tanpa harus Ayah minta,” ujar Alexandre, seraya merapikan kerah kaos polo yang dia kenakan. “Namun, Lea menolak. Dia tak terima mendapat perlakuan seperti itu dari Majandra,” jelas pria tiga puluh empat tahun tersebut.“Aku tidak mau tahu, Alex. Terserah kau! Bagaimanapun caranya, wanita itu harus bersedia menarik kembali laporan yang sudah dia buat. Kau tahu apa akibatnya, andai semua orang tahu bahwa tindak kekerasan yang dilakukan Majandra, diakibatkan oleh perselingkuhanmu dengan wanita berambut pirang itu? Suka atau tidak, semua masalah ini berawal dari dirimu, Alex!” Tegas dan penuh penekanan, kata-kata yang terlontar dari bibir Phillipe.Alexandre tak membantah ucapan sang ayah. Dia hanya mengeluh pelan.Sementara, Phillipe memilih
“Apa maksudmu, Majandra?” Alexandre mengulang pertanyaannya tadi.“Seperti yang kau dengar, Alex,” jawab Majandra seraya beranjak dari duduknya. Dia berdiri di hadapan Alexandre yang terpaku menatap tajam dan seakan tak percaya. “Aku hanya membantu meringankan tugasmu. Dengan begitu, kau tak perlu meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan kepada ibu dan ayah. Aku sudah melakukan sebisaku.”Belum sempat Alexandre memberikan tanggapan atas ucapan Majandra, Phillipe lebih dulu muncul di sana. “Tak ada perceraian. Kutekankan sekali lagi kepada kalian berdua,” tegasnya.Majandra dan Alexandre saling pandang beberapa saat, sebelum kembali mengalihkan perhatian kepada Phillipe yang mendekati Majandra.“D
Keesokan harinya, Majandra sudah tampil cantik dan modis dengan midi dress lengan panjang bercorak, keluaran rumah mode ternama di Paris. Dia mengikat rambut panjangnya ala ekor kuda, dengan poni tersisir rapi. Sepasang pump shoes putih 5 cm, menemani langkah anggun wanita asal Meksiko tersebut keluar dari mobil. Rencananya, hari ini dia akan memenuhi panggilan dari pihak yang berwajib. Namun, Majandra menemui pengacaranya terlebih dahulu.Sesuai dengan yang sudah Majandra katakan sebelumnya, dia menolak pengacara yang akan disiapkan oleh Phillipe. Majandra lebih memilih pengacara yang ditunjuk Damien untuk mendampinginya kali ini. Tak tanggung-tanggung, CEO dari CAC itu menyiapkan dua pengacara sekaligus.“Selamat pagi, Nyonya LaRue,” sapa salah seorang dari dua pria yang merupakan tim pengacara dari Damien. “Perkenalkan, namaku R