“Aku sudah melakukannya tanpa harus Ayah minta,” ujar Alexandre, seraya merapikan kerah kaos polo yang dia kenakan. “Namun, Lea menolak. Dia tak terima mendapat perlakuan seperti itu dari Majandra,” jelas pria tiga puluh empat tahun tersebut.
“Aku tidak mau tahu, Alex. Terserah kau! Bagaimanapun caranya, wanita itu harus bersedia menarik kembali laporan yang sudah dia buat. Kau tahu apa akibatnya, andai semua orang tahu bahwa tindak kekerasan yang dilakukan Majandra, diakibatkan oleh perselingkuhanmu dengan wanita berambut pirang itu? Suka atau tidak, semua masalah ini berawal dari dirimu, Alex!” Tegas dan penuh penekanan, kata-kata yang terlontar dari bibir Phillipe.
Alexandre tak membantah ucapan sang ayah. Dia hanya mengeluh pelan.
Sementara, Phillipe memilih
“Apa maksudmu, Majandra?” Alexandre mengulang pertanyaannya tadi.“Seperti yang kau dengar, Alex,” jawab Majandra seraya beranjak dari duduknya. Dia berdiri di hadapan Alexandre yang terpaku menatap tajam dan seakan tak percaya. “Aku hanya membantu meringankan tugasmu. Dengan begitu, kau tak perlu meluangkan waktu untuk memberikan penjelasan kepada ibu dan ayah. Aku sudah melakukan sebisaku.”Belum sempat Alexandre memberikan tanggapan atas ucapan Majandra, Phillipe lebih dulu muncul di sana. “Tak ada perceraian. Kutekankan sekali lagi kepada kalian berdua,” tegasnya.Majandra dan Alexandre saling pandang beberapa saat, sebelum kembali mengalihkan perhatian kepada Phillipe yang mendekati Majandra.“D
Keesokan harinya, Majandra sudah tampil cantik dan modis dengan midi dress lengan panjang bercorak, keluaran rumah mode ternama di Paris. Dia mengikat rambut panjangnya ala ekor kuda, dengan poni tersisir rapi. Sepasang pump shoes putih 5 cm, menemani langkah anggun wanita asal Meksiko tersebut keluar dari mobil. Rencananya, hari ini dia akan memenuhi panggilan dari pihak yang berwajib. Namun, Majandra menemui pengacaranya terlebih dahulu.Sesuai dengan yang sudah Majandra katakan sebelumnya, dia menolak pengacara yang akan disiapkan oleh Phillipe. Majandra lebih memilih pengacara yang ditunjuk Damien untuk mendampinginya kali ini. Tak tanggung-tanggung, CEO dari CAC itu menyiapkan dua pengacara sekaligus.“Selamat pagi, Nyonya LaRue,” sapa salah seorang dari dua pria yang merupakan tim pengacara dari Damien. “Perkenalkan, namaku R
Damien berdiri dengan setengah membungkuk di balkon kamarnya. Dia merenung sambil mengisap sebatang rokok. Asap tipis mengepul dari bibir pria tampan tiga puluh empat tahun tersebut. Damien kemudian mengeluarkan ponsel dari saku celana cargo pendeknya. Maksud hati ingin menghubungi Majandra dan menanyakan kabar wanita itu. Akan tetapi, suara gaduh telah berhasil membuat dia mengurungkan niat itu.Di luar kamar, terdengar suara berisik anak-anak yang berlarian. Sesaat kemudian, pintu kamarnya digedor berkali-kali. “Paman!” seru suara anak-anak itu saling bersahutan. “Paman! Apa kau di dalam?”“Astaga. Sejak kapan mereka ada di sini?” gumam Damien. Dia mematikan sisa rokok dalam asbak dengan terburu-buru. Pria tampan yang mengenakan T-Shirt round neck tersebut melangkah ke dekat pintu, lalu membukanya hati-hati.
“Dia tidak mencintaimu, dan kau begitu percaya diri menyatakan bahwa kalian ….”“Aku membantunya,” sela Damien, sebelum Nicholas sempat menyelesaikan kata-katanya.“Membantu dalam hal apa?” tanya Nicholas. Dia mengubah posisi duduk, jadi menghadap sepenuhnya kepada Damien. Raut wajah Nicholas dipenuhi rasa penasaran yang teramat besar.“Aku membantu dia meraih kemenangan,” jawab Damien enteng.Namun, sikap berbeda justru diperlihatkan oleh Nicholas. Ayah dua anak itu memicingkan matanya. “Kemenangan atas apa?” tanya pria itu lagi.“Atas cinta suaminya ….”“Astaga, Damien!”
“Kau terlalu berlebihan, Damien.” Majandra kembali tertawa renyah. “Apa yang akan kau dapat dengan ikut mati bersamaku?”“Jawaban,” sahut Damien singkat.Majandra menautkan alisnya. “Jawaban? Atas apa?” tanya wanita itu lagi.“Atas perasaanku. Semua orang mengatakan bahwa aku bodoh. Akan tetapi, aku menikmati kebodohan ini.” Suara Damien terdengar kian berat dan dalam.Majandra menghela napas perlahan. Tiba-tiba, dia merasa seperti tercekik setelah mendengar ucapan Damien. “Kau menjadi bodoh setelah mengenalku?”“Siapa pun pasti akan menjadi bodoh saat melihatmu,” jawab Damien. &ldqu
Majandra menatap tajam wanita yang menggandeng mesra lengan Alexandre. Begitu juga dengan Phillipe dan Estelle. “Untuk apa kau membawa jalang itu kemari?” tanya Majandra yang tak kuasa menahan rasa kesal, setiap kali melihat sosok kekasih gelap sang suami.Wanita yang tak lain adalah Lea, tertawa renyah menanggapi ucapan Majandra. “Hey! Ingatlah bahwa saat ini kau sedang menjalani status sebagai tahanan rumah. Jadi, sebaiknya turunkan kesombonganmu, Nyonya,” cibir Lea. Dia merasa berada di atas angin. Lea tak melepaskan tangannya dari lengan Alexandre. Model cantik itu juga seperti tak berani mendekat kepada Majandra.“Kenapa kau membawanya kemari, Alex?” protes Estelle tak suka.“Dia yang memaksa ikut,” jawab Alexandre datar.
“Apa yang kau katakan, Lea?” Alexandre meraih lengan sang kekasih. Dia mencekalnya cukup kencang, hingga membuat Lea meringis. “Bukankah kemarin sudah kutegaskan, bahwa hubungan ini hanya antara kau dan aku!” Nada bicara putra sulung Keluarga LaRue itu terdengar penuh penekanan, membuktikan dirinya yang tak suka dengan ucapan Lea. “Kau sudah bertindak di luar batasanmu!” sergah Alexandre.“Kau pikir aku bahagia hanya menjadi simpananmu, Alex?” Lea tak mau kalah. “Kau datang menemuiku, kemudian mengajakku bercinta! Setelah itu, kau pulang ke rumah mewah ini. Kembali menyandang status sebagai suami Majandra. Lalu, bagaimana denganku? Tidakkah kau memikirkan perasaanku sekali saja?” protesnya.“Alexandre tidak memiliki perasaan. Karena itulah dia tak pernah memikirkan orang lain selain dirinya!&rdqu
Alexandre sudah akan menanggapi ucapan Majandra. Namun, dia teringat pada kedua orang tuanya yang masih berada di ruang tamu. Alexandre berdiri, lalu beranjak keluar kamar. Dia membiarkan Majandra seorang diri di sana.Majandra duduk termenung. Dia tak merasa lapar sama sekali, setelah kehadiran Lea tadi. Wanita berdarah Meksiko itu hanya mengeluh pelan, karena terlalu lelah dengan setiap hal yang terjadi selama ini. Dalam situasi seperti itu, paras tampan Damien melintas di benaknya. Berbicara dengan CEO muda tersebut, selalu menjadi obat mujarab untuk segala keresahan dalam hati Majandra.Siang itu, Damien tengah berada di kantor. Ada beberapa urusan yang harus dirinya tangani secara langsung. Namun, sesibuk apapun seorang Damien Curtis, dia tak akan melewatkan panggilan telepon dari Majandra. Damien tersenyum kalem, melihat nama wanita pujaannya