Majandra menatap tajam wanita yang menggandeng mesra lengan Alexandre. Begitu juga dengan Phillipe dan Estelle. “Untuk apa kau membawa jalang itu kemari?” tanya Majandra yang tak kuasa menahan rasa kesal, setiap kali melihat sosok kekasih gelap sang suami.
Wanita yang tak lain adalah Lea, tertawa renyah menanggapi ucapan Majandra. “Hey! Ingatlah bahwa saat ini kau sedang menjalani status sebagai tahanan rumah. Jadi, sebaiknya turunkan kesombonganmu, Nyonya,” cibir Lea. Dia merasa berada di atas angin. Lea tak melepaskan tangannya dari lengan Alexandre. Model cantik itu juga seperti tak berani mendekat kepada Majandra.
“Kenapa kau membawanya kemari, Alex?” protes Estelle tak suka.
“Dia yang memaksa ikut,” jawab Alexandre datar.
“Apa yang kau katakan, Lea?” Alexandre meraih lengan sang kekasih. Dia mencekalnya cukup kencang, hingga membuat Lea meringis. “Bukankah kemarin sudah kutegaskan, bahwa hubungan ini hanya antara kau dan aku!” Nada bicara putra sulung Keluarga LaRue itu terdengar penuh penekanan, membuktikan dirinya yang tak suka dengan ucapan Lea. “Kau sudah bertindak di luar batasanmu!” sergah Alexandre.“Kau pikir aku bahagia hanya menjadi simpananmu, Alex?” Lea tak mau kalah. “Kau datang menemuiku, kemudian mengajakku bercinta! Setelah itu, kau pulang ke rumah mewah ini. Kembali menyandang status sebagai suami Majandra. Lalu, bagaimana denganku? Tidakkah kau memikirkan perasaanku sekali saja?” protesnya.“Alexandre tidak memiliki perasaan. Karena itulah dia tak pernah memikirkan orang lain selain dirinya!&rdqu
Alexandre sudah akan menanggapi ucapan Majandra. Namun, dia teringat pada kedua orang tuanya yang masih berada di ruang tamu. Alexandre berdiri, lalu beranjak keluar kamar. Dia membiarkan Majandra seorang diri di sana.Majandra duduk termenung. Dia tak merasa lapar sama sekali, setelah kehadiran Lea tadi. Wanita berdarah Meksiko itu hanya mengeluh pelan, karena terlalu lelah dengan setiap hal yang terjadi selama ini. Dalam situasi seperti itu, paras tampan Damien melintas di benaknya. Berbicara dengan CEO muda tersebut, selalu menjadi obat mujarab untuk segala keresahan dalam hati Majandra.Siang itu, Damien tengah berada di kantor. Ada beberapa urusan yang harus dirinya tangani secara langsung. Namun, sesibuk apapun seorang Damien Curtis, dia tak akan melewatkan panggilan telepon dari Majandra. Damien tersenyum kalem, melihat nama wanita pujaannya
“Kata-katamu membuatku takut, Damien,” ucap Majandra seraya meringis kecil.“Ah, tidak.” Damien tersenyum lebar. “Aku tak bermaksud begitu. Lupakan saja. Kau tahu bukan bahwa aku suka bersikap sok tahu.” Pria tampan bermata abu-abu itu mencoba mencairkan kembali suasana hati Majandra, yang sedikit terganggu oleh ucapannya tadi. Damien mengecup tangan istri Alexandre yang masih dirinya genggam erat. “Waktu istirahatku tinggal dua belas menit lagi sebelum kembali ke kantor.”“Kau malah menemaniku berbincang. Seharusnya tadi ….”“Majandra ….” Suara berat Alexandre terdengar di sana. Membuat Majandra serta Damien serentak menoleh ke arahnya. Alexandre cukup terkejut, melihat keberadaan putra Julien Curtis di kediamannya. Namun, d
Alexandre seakan tak bisa bernapas, setelah mendengar jawaban dari Majandra. Itu merupakan sesuatu yang tak pernah dirinya duga. Selama ini, pria tampan tersebut tidak berpikir ke arah sana. Dia mengira bahwa Majandra sangat membencinya, atas segala sikap buruk yang selalu ditunjukkan dalam kurun waktu tiga tahun pernikahan.Akan tetapi, kenyataannya tidak seperti itu. Majandra berusaha bertahan, karena wanita asal Meksiko tersebut memiliki perasaan lebih terhadap dirinya.“Kau mencintaiku?” tanya Alexandre, seakan ingin memastikan apa yang didengarnya barusan. “Apa ini lelucon?” Alexandre menjadi agak kikuk. Dia berkali-kali menelan ludah, demi meredam rasa tak biasa yang tiba-tiba mendera.“Ya. Anggap saja itu lelucon, Alex,” jawab Majandra pelan. “Kau tak
Majandra tak ingat, kapan terakhir kali Alexandre menciumnya selain di altar. Dia tak pernah mengira, bahwa dirinya akan kembali merasakan sentuhan lembut bibir pria tiga puluh empat tahun itu. Majandra ingin menolak, tapi satu sisi hatinya justru menahan agar tetap di sana.“Nikmati, Majandra. Bukankah itu yang kau inginkan?” Bisikan halus terdengar di telinga wanita dua puluh lima tahun terebut. Majandra seketika diam dan mencoba menikmati, hingga akhirnya larut dalam buaian indah selama beberapa saat.Namun, pada detik berikutnya. Paras tampan Damien dengan senyum menawan tiba-tiba melintas di benak Majandra. Sontak, wanita berambut cokelat itu tersadar. Dia melepaskan diri dari pertautan mesranya bersama Alexandre. “Tidak, Alex. Maafkan aku.” Majandra menutupi bibirnya dengan punggung tangan. Dia beranjak dari duduk, k
Majandra meletakkan ponselnya di tempat semula. Wanita dengan midi dress lengan panjang tersebut kembali termenung. Lea sudah mencabut gugatan hukum yang dilayangkannya. Itu berarti, Majandra akan segera dinyatakan bebas. Ya, bebas dalam segala hal. Dia harus bersiap melepaskan nama LaRue, sebagai nama belakang yang disandang selama tiga tahun ke belakang.Helaan napas berat meluncur dari bibir wanita dua puluh lima tahun tersebut. Majandra menyibakkan poni yang menutupi keningnya. Dia harus menekankan bahwa ini memang jalan terbaik bagi dirinya. Namun, perasaan itu ternyata belum cukup kuat untuk dia pertahankan. Terlebih, saat Alexandre masuk ke kamar. Majandra langsung berdiri, kemudian membalikkan badan. Sepasang suami istri itu saling berpandangan beberapa saat. Majandra dan Alexandre sama-sama terlihat kikuk. Namun, keduanya segera menguasai diri, agar tidak terjadi kecanggungan yang semakin be
Hari berganti tanpa terasa. Siang itu, Pengacara Roger Bleu dan Elroy Florent datang ke kediaman milik Alexandre. Mereka membawa beberapa berkas yang harus Majandra periksa dan tanda tangani. Kedatangan dua pengacara tadi, disambut baik oleh sang tuan rumah.Pengacara Roger Bleu dan Elroy Florent tak banyak basa-basi. Keduanya langsung membahas inti kedatangan mereka ke sana. Dua pengacara itu bahkan mengizinkan Alexandre, memeriksa berkas-berkas yang harus Majandra tanda tangani.“Terima kasih atas bantuan Anda, Tuan-tuan,” ucap Majandra, diiringi senyum lebar penuh kelegaan.“Ini sudah menjadi tugas kami, Nyonya,” balas Roger.Setelah semua urusan selesai, kedua pengacara itu pamit, dengan diiringi tatapan Majandra dan sang sua
Alexandre menatap lekat sang ayah. Dia seakan tengah menganalisa bahasa tubuh pria itu dengan detail. Suami Majandra tersebut, merasakan ada sesuatu yang tak beres dengan bahasa tubuh Phillipe. “Kuharap kau tak merencanakan sesuatu yang tidak-tidak, Ayah,” ujar Alexandre sedikit was-was.Phillipe tidak menjawab. Pria paruh baya itu hanya menyunggingkan senyuman aneh. “Kau pikir, aku akan membiarkan reputasi serta nama baik LaRue dipermalukan oleh seorang wanita tak tahu diri? Tentu saja tidak, Alex!” seringainya, seraya kembali mengisap cerutu dalam-dalam. “Lihatlah. Betapa bodoh wanita yang telah kau jadikan sebagai kekasih gelap itu. Hanya dengan satu janji manis yang belum dibuktikan, dia sudah langsung mencabut gugatannya terhadap Majandra. Betapa tidak berotaknya dia. Akan jadi apa anakmu nanti, jika kau menikahi wanita seperti itu?”