Share

Bab 4: Rencana yang Berantakan

Hari kedua Alina di studio produksi Adrian dimulai dengan semangat yang tinggi. Dia tiba di studio dengan hati yang penuh antusiasme, siap untuk melanjutkan pekerjaannya menulis skenario untuk film yang sedang mereka kerjakan.

Namun, begitu Alina memasuki ruang kerjanya, dia segera merasa terkejut oleh pemandangan yang dia lihat. Meja kerjanya dipenuhi dengan catatan dan skrip baru yang tersebar di sekitarnya. Ada tumpukan buku dan catatan di setiap sudut ruangan, menciptakan kekacauan yang tidak teratur.

Alina merasa sedikit kewalahan oleh semua kekacauan itu. Dia tidak bisa percaya bahwa ruang kerjanya begitu berantakan hanya dalam semalam. Dia mencoba untuk menemukan tempat yang bersih di meja untuk duduk, tetapi ruang yang ada begitu sempit sehingga sulit bagi Alina untuk berkonsentrasi.

Tiba-tiba, pintu ruang kerja terbuka, dan Adrian muncul dengan senyum hangat di wajahnya. "Hai, Alina," sapa Adrian sambil masuk ke dalam ruangan. "Bagaimana kabarmu hari ini?"

Alina mencoba untuk menyembunyikan kekacauan di meja kerjanya saat dia menjawab, "Hai, Adrian. Saya baik-baik saja, terima kasih."

Adrian melihat-lihat ruangan dengan tatapan singkat sebelum menatap Alina dengan tatapan yang tajam. "Maafkan kekacauan ini," katanya dengan suara yang penuh penyesalan. "Kami memiliki sedikit masalah teknis semalam, dan semuanya menjadi berantakan."

Alina menggelengkan kepala, mencoba untuk tidak menunjukkan kekecewaannya. "Tidak apa-apa, Adrian. Saya bisa mengatasinya," jawabnya dengan tenang.

Adrian tersenyum lega. "Baguslah. Saya tahu saya bisa mengandalkan Anda. Sekarang, mari kita lanjutkan pembahasan skenario kita."

Mereka berdua duduk di depan meja, mencoba untuk berkonsentrasi meskipun kekacauan di sekitar mereka. Alina mencoba untuk mengabaikan segala sesuatu yang terjadi di sekitarnya dan fokus pada diskusi tentang skenario film.

Namun, semakin lama mereka berbicara, semakin jelas bagi Alina bahwa mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang arah cerita film. Adrian memiliki visi yang kuat tentang apa yang ingin dia capai dengan film ini, sementara Alina memiliki ide-ide sendiri tentang bagaimana cerita seharusnya berkembang.

Pertentangan mulai muncul di antara mereka saat mereka berdebat tentang bagaimana menghadapi masalah dalam cerita. Alina merasa bahwa dia harus mempertahankan ide-idenya, tetapi dia juga tidak ingin bertentangan dengan Adrian, sutradara yang begitu dihormat dalam industri ini.

"Maafkan saya, Adrian," kata Alina dengan suara yang ragu-ragu. "Tapi saya pikir ada cara yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah ini dalam cerita."

Adrian menatap Alina dengan tatapan yang tajam, tetapi dia tidak berkomentar. Dia terdiam sejenak sebelum akhirnya berkata, "Baiklah, saya akan memikirkannya. Tapi saya ingin Anda tahu bahwa saya memiliki visi yang jelas tentang apa yang ingin saya capai dengan film ini."

Alina merasa sedikit lega mendengar tanggapan Adrian, meskipun dia masih merasa tegang. Dia tahu bahwa pertentangan ini bisa memiliki dampak besar pada hubungan mereka, dan dia berharap bahwa mereka bisa menemukan jalan tengah yang memuaskan bagi keduanya.

Ketika mereka melanjutkan pembahasan mereka, Alina merasa semakin tertekan oleh tekanan yang ada di antara mereka. Meskipun dia berusaha untuk tetap tenang dan profesional, dia tidak bisa mengabaikan ketegangan yang terasa di udara.

Setelah berjam-jam berdebat dan memperdebatkan berbagai opsi, mereka akhirnya mencapai kesepakatan sementara tentang bagaimana cerita film seharusnya berkembang. Meskipun keduanya tidak sepenuhnya puas dengan kompromi itu, mereka setuju untuk melanjutkan pekerjaan mereka dengan harapan bahwa mereka bisa menyelesaikan masalah itu nanti.

Ketika hari berakhir, Alina meninggalkan studio dengan hati yang berat. Dia merasa kelelahan oleh semua pertentangan yang terjadi hari ini, tetapi dia juga merasa bahwa dia telah belajar banyak tentang proses kerja di dalam industri film.

Saat dia meninggalkan studio, Alina berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia akan tetap berkomitmen untuk memberikan yang terbaik dalam pekerjaannya, meskipun tantangan-tantangan yang akan dia hadapi di masa depan. Dia tahu bahwa dia harus tetap kuat dan tekun jika dia ingin mencapai mimpinya menjadi penulis skenario yang sukses.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status