Beberapa tahun yang lalu terjadi sebuah pertarungan mematikan antara dua kelompok gadis penyihir di Aastland, distrik timur ibukota Sentralberg. Pertarungan di malam hari itu melibatkan Brigade Penyihir Garis Depan Vitania dengan gadis penyihir pelindung ibukota. Banyak sekali korban yang berjatuhan dari kedua belah pihak dalam peristiwa tersebut.Salah satu korban dari pertarungan berdarah itu adalah Charlotte Fatir, putri dari Louis Fatir yang juga merupakan anak keenam dari raja dan ratu pertama Archipelahia, Sazali dan Amanda Fatir. Dirinya tak bisa diselamatkan setelah dibawa oleh ambulans.Hal tersebut sungguh mengejutkan mengingat Charlotte adalah seorang gadis penyihir pengguna elemen jiwa yang sangat kuat. Terdengar sebuah rumor bahwa dia dikalahkan oleh seorang gadis penyihir angin anggota Brigade Penyihir yang ternyata mampu menebas sihir jiwa yang ia lancarkan. Selama beberapa tahun rumor tersebut hanya menjadi buah bibir di kalangan masyarakat saja, sebelum akhirnya pertem
Di sebuah kebun di Distrik Wilwien itu kini hanya tersisa 3 orang gadis penyihir Vitania, Rikka Gallipolia, Natsuki Sena, dan Antilles Samarchia. Sambil terkurung di dalam kubah perisai sihir jiwa, mereka akan bertarung mempertaruhkan nyawa mereka disini sampai titik darah penghabisan.“Percuma saja, kau tidak akan bisa menghubungi gadis penyihir lainnya. Aku sudah mengekang seluruh akses komunikasimu ke dunia luar dengan perisai ini,” ujar Rikka.“Kau benar-benar sudah melampaui batas, Rikka,” kata Antilles.Walaupun berada di dalam perisai sihir, namun hembusan angin siang menjelang petang masih begitu terasa di sini.“Lantas sekarang apa?” tanyanya.“Sekarang saatnya menghentikan semua omong kosongmu itu,” ujar Sena sambil melempar shurikennya pada wanita itu.TINGG TINGG“Sepertinya kalian adalah pengkhianat yang keras kepala ya,” ucap Antilles sambil menangkis shuriken itu.Demi meminimalisir pertarungan, Rikka pun berusaha membujuk wanita itu kembali.“Sebagai sesama gadis penyih
Tolvanstad, Vitania Utara.Musim semi adalah waktu di mana bunga-bunga yang indah bermekaran. Ini adalah musim favorit bagi orang-orang untuk memetik tanaman hias nan cantik itu untuk dijadikan hiasan rumahnya ataupun diberikan pada kekasihnya.Bunga-bunga yang bermekaran menjadi ketertarikan tersendiri bagi masyarakat di wilayah pesisir utara Vitania tersebut. Bunga yang bermekaran itu didominasi oleh bunga tulip, bunga nasional Kerajaan Archipelahia.Sembari ditemani oleh hembusan angin pantai yang lembut, seorang gadis berambut perak pendek itu tengah mencari bunga tulip biru.“Duh, aku ingin sekali dapat bunga itu,” ucapnya.Biasanya bunga tulip biru cukup mudah untuk dicari. Namun entah kenapa di musim semi tahun ini bunga khas Vitania itu nampak sulit untuk ditemukan.Hampir setengah jam berlalu sejak gadis itu mencari bunga kesukaannya tersebut, hingga akhirnya sesuatu hal menarik perhatiannya dari balik semak-semak.“Eh, tunggu. Itu-“Gadis itu menyingkirkan sejumlah dedaunan d
Tolvanstad, Vitania Utara.Petang itu cuaca sangat gelap seperti akan ada badai besar yang menerjang. Angin pantai bertiup kencang.Dan bukan hanya itu, tersiar kabar juga pada penduduk desa selatan bahwa desa utara ‘dalam bahaya’. Masyarakat pun berkumpul di balai desa selatan.“Kenapa ini bisa terjadi?”“Apa yang harus kita lakukan?”“Kepala desa, kenapa ini?”“Kita harus segera selamatkan orang-orang di utara,”Balai desa selatan nampak dipenuhi oleh masyarakat yang berkumpul disana. Mayoritas dipenuhi oleh para kepala keluarga dan pemuda, termasuk ayah Rikka. Sementara itu putrinya tengah menunggu di teras rumahnya sambil menjaga ibunya di dalam. Gadis itu sebenarnya ingin mengetahui apa yang sedang terjadi di desa utara, namun sang ayah melarangnya untuk keluar dari rumah itu.Di tengah suasana yang cukup mencekam tersebut, terdengar suara sayup-sayup dari semak-semak di dekat rumahnya. Kebetulan semak-semak itu berada di dekat hutan di belakangnya.“Eh, apa itu?”Sebenarnya Rikka
Di bawah rintik hujan, para pengungsi dari Tolvanstad berjalan menyusuri jalan kecil berlumpur. Entah kemana lagi mereka akan pergi setelah kampung halamannya tergusur oleh proyek pertambangan mineral itu. Ganti rugi yang diberikan juga tidak cukup untuk mengganti semuanya. Kini mereka terpaksa mencari tempat tinggal yang baru.Kelompok mereka terpecah, dan salah satu kelompok mereka bergerak menuju selatan. Mereka sekarang berjalan menuju jalan raya dan mencari angkutan murah untuk mengangkut mereka semua. Adapun tujuan mereka menuju ke Trossbourgh, Matrotshaven, ataupun mungkin ke ibukota Chekovia.Mereka melewati sekumpulan ibu-ibu yang tengah berbincang di sebuah kedai. Sekilas mereka terdengar sedang membicarakan suatu hal.“Wah, kau dengar itu? Katanya pas penggusuran di Tolvanstad itu ada gadis kecil yang dipukuli Kochi gara-gara lempar molotov ya?”“Iya, itu. Memang tindakannya berlebihan, tapi ya harusnya para Kochi tidak perlu sampai memukuli bocah itu juga,”“Eh iya, katanya
Mereka menghentikan pertarungan. Keduanya saling melompat mundur begitu menyadari bahwa mereka pernah bersama sebagai sepasang sahabat yang berasal dari Tolvanstad.“Anne?”“Rose?”Keduanya seakan tak percaya dengan pertemuan yang tak terduga itu.“Tidak mungkin. Sejak kapan kau jadi gadis penyihir?” tanya Antilles.“Mustahil, kau juga,” ujar Rikka.Rikka Gallipolia alias Rose dan Antilles Samarchia alias Anne itu saling menatap satu sama lainnya. Keduanya tak menyangka bahwa mereka akan bertemu kembali setelah sekian lama terpisah, dan kini mereka dalam satu organisasi yang sama.“Sungguh, aku tidak percaya kalau kita bisa bertemu kembali disini,” ujar Rikka.Rasa rindu yang telah ia pendam sekian lama akhirnya tuntas sudah. Antilles atau Antillia sudah ada di depan matanya. Disatu sisi ia benar-benar bahagia bisa kembali bertemu dengan sahabat lamanya itu. Namun disisi lain ada satu pertanyaan yang terbesit di benaknya.“Anne, kenapa kau melakukan semua ini?”Rikka bertanya pada wan
Tak terasa mentari sebentar lagi terbenam di ufuk barat Vitania. Lampu-lampu di rumah warga dan jalan-jalan yang sering dilalui kendaraan mulai dinyalakan, menyambut kegelapan malam yang sebentar lagi akan tiba.Suasana Matrotshaven sebenarnya cukup ramai dan damai seperti biasanya. Namun kali ini tidak bagi Floria. Keberadaan Alisa yang merupakan seorang gadis penyihir Karelia sudah diketahui oleh Brigade Penyihir. Dirinya juga sudah dirapalkan sebagai ‘pengkhianat Vitania’ yang artinya dirinya sudah sah sebagai target pembunuhan gadis penyihir Vitania lainnya.BRUMM BRUMMUntuk menghindari kerumunan masyarakat, mereka pun terpaksa melewati jalan lingkar timur yang lebih sepi di tengah gerimis.“Sekarang kita harus kemana, Flo? Kita sudah tak bisa kembali lagi ke Selenaberg?” tanya Alisa.“Entahlah, aku juga tidak tahu,” jawab Floria. Keduanya nampak kebingungan untuk memutuskan pergi kemana. Sekarang mereka sudah tak bisa hidup dengan da
“Ti-tidak mungkin. Dia disini?”Flo benar-benar ketakutan melihat wanita bergaun putih itu. Sebagai bagian dari divisi spionase, dia hampir tau betul siapa saja gadis penyihir petinggi Brigade Penyihir yang memiliki kemampuan yang luar biasa. Tapi karena dirinya yang sekarang telah dicap sebagai pengkhianat, berhadapan dengan mereka adalah mimpi buruk baginya.“Floria Fresilca, peringkat 165 dari divisi spionase. Aku terkejut bisa bertemu lagi denganmu disini. Tapi kita sepertinya sudah berbeda posisi ya,” ucap wanita itu.Flo masih bergeming disana, tak mampu menjawab perkataannya.“Hei, wanita bergaun putih. Sebaiknya kau pergi sana sebelum kami bertindak tegas padamu,” ujar Mayer pada wanita itu.“Ah, sepertinya kalian terlalu bersemangat, ya. Aku pun belum memperkenalkan diriku loh,” katanya dengan tangan di pipi.“Jangan banyak tingkah. Sekali lagi kau mendekat maka kau akan kami habisi,”Mayer terlihat mengancam wanita itu, tapi ia malah tersenyum padanya. Entah apa yang dipikirk