"Tuan Muda, bolehkah aku meminjam kudamu?" tanya Xiao Wang Li kepada Rama, Rama menoleh dan mengangguk. "Apa kau tidak akan bertanya aku mau kemana?" tanya Xiao Wang Li melihat Rama begitu santai dan tidak pernah mencurigainya, sangat berbeda dengan Jenderal Kris yang selalu bersikap waspada kepadanya. "Memangnya kau mau kemana?" tanya Rama kemudian. Xiao Wang Li malah serba salah ketika ditanyai, "aku mau ke desa Kuncup sebentar!" jelas Xiao Wang Li berbohong, ia akan ke tempat persinggahan burung Marph untuk melihat apakah burung tersebut ada, untuk mengirim pesan kepada Jenderal Kris. "Baiklah, kau boleh pergi!" kata Rama, ia kembali disibukkan dengan tatapannya kepada onshop. "Baiklah..." kata Xiao Wang Li pelan, tapi sebelum ia benar-benar pergi, Rama kembali bertanya. "Apa kau perlu seseorang untuk menemanimu?" tanya Rama lagi. Xiao Wang Li terlihat berpikir sejenak, ia kira Rama tidak tau mengenai burung Marph, jadi mungkin tak ada salahnya ditemani satu orang pasukan ba
Rama melihat Jami dan Komang yang baru datang dengan kereta kuda, mereka mengantarkan kasur ,selimut dan briket untuk warga kampung nelayan. Musim dingin ini sudah mulai sangat dingin. Rama berharap tak ada yang menderita ketika musim ini berlangsung. "Tuan Muda!!" Pandu keluar dari kereta kuda. Rama tentu terkejut sekaligus senang mendapati Pandu di desanya."Pandu, bagaimana kabarmu?"tanya Rama, namun wajah Pandu terlihat sendu dan serba salah. "Tuan Muda, kabarku kurang baik, aku kesini untuk meminta pertolonganmu!" kata Pandu dengan wajah yang memelas. Rama tentu akan menolong siapapun yang meminta tolong, selama ia mampu untuk menolong. "Sebaiknya kita masuk ke dalam rumah, lihatlah kau sudah kedinginan!!" kata Rama lagi, melihat situasi Pandu yang memang sangat memprihatinkan. "Terima kasih Tuan Muda!" kata Pandu lagi, Rama melirik Pandu, kemudian mengoreksi panggilan terhadapnya. "Panggil abang atau kak saja!!" kata Rama, Pandu terlihat terkejut. Bagaimana bisa ia bersika
Sesampainya di perkemahan Rama dibuat takjub, warga perkemahan membuat tambahan kayu untuk melindungi tenda-tenda mereka. Selain berguna untuk melindungi dari dinginnya angin musim dingin, itu juga berfungsi untuk melindungi mereka dari binatang buas. Perkemahan itu bahkan ditata ulang, mereka membentuk lingkaran dan ditengahnya terdapat tempat pembakaran api unggun untuk menghangatkan badan dan memasak. "Komang dan Jami, keluarkan mantel-mantel bulu dan selimut kita dari kereta kuda!!" pinta Rama, ia juga turut membantu untuk menyerahkan mantel bulu dan tambahan selimut. "Ini sangat kreatif!!" kata Rama begitu sampai."Tuan Muda, selamat datang!!"pak Mudi menyambut Rama. Rama tersenyum membalas sambutan pak Mudi dan warga perkemahan lainnya. "Kak Rama!!"begitu pula dengan Pahmi adik Pandu, ia langsung memeluk Rama dengan riang. "Bagaimana kabarmu Pahmi?" tanya Rama sembari mengelus kepala Pahmi, bocah itu bahkan terlihat tumbuh tinggi sekarang. "Baik kak Rama," kata Pahmi dan ia
"Tuan Muda, sedang apa kau di sini?" tanya Fatta, ia dan Xiao Wang Li datang dari arah perbatasan. "Aku hanya mengunjungi mereka, kenalkan ini Pandu," kata Rama kepada Xiao Wang Li." Dia adalah tamuku, Xiao Wang Li dan Fatta pengawal pribadiku, "kata Rama lagi kepada Pandu dan Pahmi. "Kakak Xiao, kakak Fatta!" Pandu dan Pahmi menangkupkan tangannya, diikuti oleh Xiao Wang Li dan Fatta. "Kalau begitu aku akan pulang, Pandu kau bisa langsung ikut!! Bersiaplah..." kata Rama, Pandu langsung tersenyum penuh semangat dan langsung berlari ke tendanya. "Kau akan pulang Tuan Muda?" tanya pak Rizal. "Iya, hari sudah sangat dingin, lagipula banyak urusan di desa yang perlu kupantau!" kata Rama lagi. "Kalau begitu ini untukmu Tuan Muda!" Pak Rizal memberikan sebuah tapi dengan bentuk seperti rambut kuda. "Apa ini?" tanya Rama. "Ini adalah kepercayaan kami, bisa melindungi Tuan Muda dari... Naga!!" kata pak Rizal dengan setengah berbisik. "Apakah naga benar-benar ada?" tanya Rama lagi. P
"Tidak bisa, harga 250 batang emas untuk satu senjata itu sangat mahal!!" Seru Amarta Handayani, kali ini dirinya yang berada di faksi kiri sedang berusaha melawan faksi kanan yang mengajukan pengeluaran untuk senjata. "Bagaimana bisa kau sebut itu mahal? Dengan senjata itu kita bisa melawan bangsa Bar-Bar maupun bangsa lainnya yang ingin menyerbu kerajaan kita!!" kata Raka Adipati dengan sengit, kali ini ia tidak mau kalah."dengan senjata itu, kita bahkan bisa menaklukkan bangsa lain!!""Apakah senjata yang dimaksud memang sebagus itu?" tanya Pangeran Baskara, ia sedang duduk di kursi bawah Raja. "Yang Mulia, aku melihat langsung keadaan di lapangan, jika bukan Rama Adipati dan pasukannya yang datang menolong dengan senjata itu, maka pasukan kita takkan mampu melawan bangsa Bar-Bar dan sekutunya! Harga 250 batang emas per senjata itu sangat murah, Rama bahkan menjanjikan akan memberikan bonus bom dan pelatihan untuk senjata itu!!" jelas Raka lagi. "Apa mungkin ini hanya akal-akala
"Tuan Muda, ada utusan Kerajaan datang!!" Fatta berlari masuk kedalam greenhouse, Rama yang sedang menikmati teh hangatnya di pagi hari agak terkejut mendengar berita itu, terlebih melihat wajah pucat Fatta, ia terlihat serius dengan perkataannya. "Baiklah, cobalah untuk tenang, dimana mereka sekarang?" tanya Rama. "Di depan Tuan Muda!!" kata Fatta, ia lalu berjalan menuju halaman rumah. Disana sudah ada banyak warga yang berlutut, bahkan bapak dan ibunya juga dalam posisi berlutut. Fatta laku ikut berlutut sementara Rama kebingungan, seseorang lalu turun dari kereta kuda kerajaan, ia adalah Pangeran Baskara, disusul Raka Adipati dan Amarta Handayani."Berdirilah!!" Perintah Pangeran Baskara, semua orang berdiri ia kemudian menatap Rama. Rama lalu menangkupkan tangannya dengan sopan dengan kepala tertunduk. Semua orang berdiri dan melihat Pangeran Baskara yang begitu gagah. Para prajurit kerajaan langsung membentuk perlindungan di sekitar Pangeran. "Apa kau Rama?" tanya Pangeran Ba
"Nduk... Kamu sedang apa?" tanya ibu Sri pada Rama yang sedang mengukur suhu udara malam. "Mengukur suhu bu, udara semakin dingin..." jelas Rama, ia mengambil pengukur suhu dan memasukkannya ke kotak penyimpanan."Untuk apa nduk pengukur suhu itu?" tanya ibu Sri lagi, ia terdengar khawatir dengan apa yang Rama lakukan, terlebih melihat wajah Rama yang serius saat mengukur suhu. "Besok mau berangkat bu ke pusat kerajaan, perjalanannya jauh, jadi aku harus melakukan beberapa persiapan," jelas Rama lagi, ia memberikan senyum terbaiknya saat melihat gurat kekhawatiran di wajah sang ibu."Ibu khawatir nduk, kalau Raja tidak menghargai bakatmu! Ibu khawatir kamu malah tidak disukai..." kata ibu Sri mengutarakan isi hatinya. Rama tersenyum dan merangkul ibunya, "hidup di dunia ini harus siap untuk tidak disukai bu, karena tidak semua orang punya pemikiran yang sama dengan kita, kita hanya perlu lakukan apa yang baik menurut kita dan bisa memberikan manfaat untuk orang lain bu, Do'akan Ram
Pagi sekali Rama sudah bersiap dengan kereta kudanya, Alan dan Fatta akan mengemudikan kereta kuda. Sementara Raka Adipati dan Amarta Handayani berebut untuk ikut di kereta kuda Rama. Padahal kereta kuda Rama sangat besar dan cukup untuk mereka berdua ikut.Meski kereta kuda masih lapang, tapi Eko dan Bani memilih menaiki kuda, untuk berjaga di samping kereta kuda Rama. Sementara Xiao Wang Li berada di dalam kereta bersama Rama, Raka Adipati dan Amarta Handayani. Sedangkan Fatta ingin menemani Alan di bagian kusir. "Rama, kereta kudamu sangat nyaman, hangat, bahkan kereta kuda milik Pangeran tidak sehangat ini, aku jadi kasihan dengan Pangeran, harusnya Pangeran berada di kereta kuda yang nyaman seperti ini." kata Raka dengan ekspresi sedih. "Sersan Fatih pasti tidak akan mengijinkan itu!!" Sahut Amarta, ia tau betul Pangeran juga pasti ingin ikut di kereta kuda Rama, tapi Sersan Fatih selalu mengutamakan keamanannya. Raka Adipati lalu mengangguk, ia juga tau Sersan Fatih sangat ke