Share

Part 6 Perdebatan Yang Memilukan

"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.

"Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat.

"Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus.

"Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel.

"Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa.

"Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss.

"Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek.

"Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang.

"Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus.

"Hey! Siapa kau?" tanya Diki.

"Jadi ada baiknya begini,oke." jawab Criss.

Daniel dan Budi yang melihat adegan drama kecil, mereka menggeleng-gelengkan kepala betapa keras hatinya kedua manusia yang berbicara di hadapan mereka.

"Apa yang kau inginkan, Criss?" tanya Diki menatap tajam ke arah Criss yang berdiri di sebelahnya.

"Apa yang kau inginkan, Diki?" tanya Criss balik.

Diki mengeluarkan minuman keras yang berada di saku celananya dan dicegah cepat oleh Criss.

"Jatuhkan botol itu!" perintah Criss.

"Guys, jangan begini," ucap Dissa yang berjalan ke arah mereka. Criss dan Diki menoleh ke arahnya.

"Diki, aku minta maaf karena telah menganggu liburanmu," ucap Dissa mendudukan diri dari atas kursi di hadapan Diki dan diikuti oleh Daniel yang duduk di sebelahnya. Dissa mengetahui rencana mereka datang kemari karena telah diceritakan oleh Daniel saat ia bertemu di toilet tadi.

"Tapi, kita tidak akan ada disini jika bukan hal yang serius. Kau telah menunjukkan beberapa informasi, seperti yang kita butuhkan sekarang." jelas Dissa menatap kedua bola mata Diki.

Diki menghela nafas sejenak dan mencerna setiap kata yang diberikan oleh Dissa. "Informasi apa?" tanya Diki.

Dissa mulai menceritakan semua kronologis yang dialami oleh warga setempat dari hasil penelitian Daniel tunjukkan dan ia juga memberikan bukti fisik di depan Diki.

Sementara di kota yang berbeda, terlihat sebuah CCTV menampilkan sebuah video yang dimana sudah dilacak oleh seseorang.

Disana, terlihat seorang wanita sedang berbicara dengan ketiga lelaki yang duduk di satu meja.

Kenzo menatap fokus ke arah layar komputernya dan ia mendekatkan dirinya agar lebih terlihat jelas menatap tampilan video yang sedang diputarnya.

Kenzo duduk di kursi kebesarannya dan menerima semua informasi yang diberikan oleh tangan kanannya.

"Target lainnya telah dikonfirmasi," ucap seorang wanita berpakaian seksi melalui layar komputer yang sebelahnya.

"Biarkan dia hidup!" perintah Kenzo dan dibalas anggukan oleh Yanti.

"Ambil kehidupan lainnya," ucap Kenzo.

"Diterima," sahut Yanti. Layar komputer di sebelahnya pun mati dan layar komputer yang dilihat Kenzo sedari tadi tetap menyala.

Kenzo terus menatap wajah cantik Dissa. Ia memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan mereka.

***

"Menyebarluaskan virus dengan kecepatan kilat," ucap Dissa.

"Semua peneliti dan karyawan di universitas terinfeksi," sahut Criss.

"Pasti ini terjadi lagi! Seolah-olah aku terjebak." imbuh Diki.

"Apa yang kau bicarakan?" tanya Daniel.

"Apakah kalian ingat dengan bom yang meledak di negara Palestina? Itu tugasku untuk menghentikan teroris. Kami tiba di lokasi itu, tetapi bedebah itu menjebak kami," ucap Diki.

"Bom meledek dan semua unitku hilang. Aku terus berjuang dan berjuang. Tapi itu tidak akan pernah berakhir, itu hanya akan lebih buruk. Apakah ini hidupku yang seharusnya terjadi? Untuk melawan orang mati yang hidup kembali dan bedebah memanfaatkan mereka. Apa tujuannya?" lanjut Diki.

Criss menyerahkan laptop yang dipegangnya dan memberikan layar laptop di depan Diki. "Dengar! Ini adalah Kenzo Albert, pedagang senjata. Perdagangan pasar gelapnya begitu busuk. Pemerintah tentu akan melikuidasi dirinya." jelas Criss di hadapan Diki.

"Sebuah bom presisi menghancurkan pernikahannya. Dia kehilangan keluarga dan istrinya. Sekarang, dia membawa dendam. Setelah serangan itu, ia pergi ke bawah dunia. Tapi, sekarang dia kembali dengan B.O.V dan tidak puas dengan balas dendamnya. Yang lebih parah, ia mengklaim bahwa produknya tetap memiliki kemampuan. Aku percaya dia." lanjut Criss. Diki yang mendengar sneua veirta itu hanya bisa menghela nafasnya dengan berat.

"Di satu sisi, dia memiliki seorang pedagang senjata. Sedangkan di sisi lain, pemerintah yang melemparkan bom pada saat acara pernikahannya. Lalu, Siapa yang jahat disini?" tanya Diki.

"Kenzo Albert," jawab Criss cepat.

"Itu adalah tugas kita untuk mengalahkan dia." lanjut Criss.

"Tugas kau tapi bukan aku," sahut Diki.

"Bedebah! Kau Diki." jawab Criss tak mau kalah dengan perdebatannya.

"Berhenti, Diki terlepas dari segala sesuatu yang terjadi, kau hanya duduk di sini dan menangis." ucap Dissa menatap ke arah Diki.

"Dan kau? Kau membiarkan dia terbawa oleh dendam lamanya." ucap Dissa mengarahkan jari telunjuknya di depan Criss.

"Astaga, aku tidak percaya jika aku jadi kalian berdua?" ujar Dissa di hadapan mereka.

"Apa maksudmu?" tanya Budi yang mulai mengeluarkan suara yang sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik.

"Kalian berperilaku seperti anak nakal yang manja." jawab Dissa berdiri dari duduknya untuk membatu Daniel yang sedari tadi mengambil peralatan kesehatan. Dissa pun mengambil pistol sebagai penawar racun virus dari tas besar Daniel. Dissa membalikkan badannya ke arah depan. Ia memperagakan pistol itu yang digenggamnya ke arah lengan sebelah kirinya dan menembaknya. Lengan kirinya terlihat satu titik. Criss mengalihkan pandangannya ke arah Diki dan dibalas tatapan oleh Diki.

"Virus ini dalam jangkauan kita. Selalu begitu akan terus terjadi," ucap Dissa berdiri di hadapan mereka.

"Ku tidak mengerti," sahut Budi.

"Kita tidak harus mencari virus baru seperti Kenzo menginfeksi orang. Virus akan tertidur dalam diri kita semua. Bahkan kau, yang perlu kita temukan adalah pemicu. Sesuatu yang mengaktifkan virus mematikan hanya Kenzo yang tahu itu apa. Tapi sampai kita tahu itu, semua hidup dan mati dan senjata dia yang berpotensi. Jika kita menghitung keluar sekarang, tidak adanya desa yang indah, dimana kau bisa tenggelam dan larut seperti ini. Tidak ada lagi. Jesika membuat vaksin, Jesika menguji pada dirinya sendiri dan bekerja." jelas Dissa panjang lebar.

"Tapi, sampai kita menemukan bagaimana Kenzo memicu virusnya. Kita tidak tahu jika kita bekerja pada semua orang, Darahku menahan jawabannya." lanjut Dissa mengambil sampel darah dari pistolnya.

Dissa berjalan menuju meja yang duduki oleh Criss, Daniel dan Budi. "Jika aku mati, kemudian membawa ini ke laboratorium. kau pasti percaya." ucap Dissa memberikan sampel darahnya di atas meja dan membalikkan badannya dan berjalan menuju tas besar Daniel.

"Aku tidak dapat membayangkan, apa yang telah kau alami. Tapi aku tahu bahwa tidak satu pun dari kau adalah tipe orang yang duduk di sini dan berdebat dan sementara dunia sekarat," lanjut Dissa mengarahkan tangannya menuju luar ruangan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status