"Apa yang kalian inginkan?" tanya Diki tanpa basa basi menatap mereka secara bergantian.
"Kami membutuhkan bantuanmu." jawab Criss singkat.
"Aku akan terus mengambil cuti libur," ucap Diki cetus.
"Mari kita bicara tentang virus mematikan ini. Ingat jenis B.O.V vaksin yang mereka gunakan?" celetuk Daniel.
"Ini sudah sangat lama dan aku lupa itu." imbuh Diki memegang minuman yang hampir abis yang diminumnya. Sementara makanan nasi goreng yang berada di atas meja sudah ia makan tanpa sisa.
"Jadi, apa kamu hanya ingin duduk di sini selama berminggu-minggu dan tidak melakukan apapun?" tanya Criss.
"Sejauh ini, aku tidak memiliki rencana." jawab Diki cuek.
"Hey! Bawakan aku minuman baru." perintah Diki menatap pelayan wanita yang berlalu lalang.
"Batalkan pesanan!" ucap Criss cetus.
"Hey! Siapa kau?" tanya Diki.
"Jadi ada baiknya begini,oke." jawab Criss.
Daniel dan Budi yang melihat adegan drama kecil, mereka menggeleng-gelengkan kepala betapa keras hatinya kedua manusia yang berbicara di hadapan mereka.
"Apa yang kau inginkan, Criss?" tanya Diki menatap tajam ke arah Criss yang berdiri di sebelahnya.
"Apa yang kau inginkan, Diki?" tanya Criss balik.
Diki mengeluarkan minuman keras yang berada di saku celananya dan dicegah cepat oleh Criss.
"Jatuhkan botol itu!" perintah Criss.
"Guys, jangan begini," ucap Dissa yang berjalan ke arah mereka. Criss dan Diki menoleh ke arahnya.
"Diki, aku minta maaf karena telah menganggu liburanmu," ucap Dissa mendudukan diri dari atas kursi di hadapan Diki dan diikuti oleh Daniel yang duduk di sebelahnya. Dissa mengetahui rencana mereka datang kemari karena telah diceritakan oleh Daniel saat ia bertemu di toilet tadi.
"Tapi, kita tidak akan ada disini jika bukan hal yang serius. Kau telah menunjukkan beberapa informasi, seperti yang kita butuhkan sekarang." jelas Dissa menatap kedua bola mata Diki.
Diki menghela nafas sejenak dan mencerna setiap kata yang diberikan oleh Dissa. "Informasi apa?" tanya Diki.
Dissa mulai menceritakan semua kronologis yang dialami oleh warga setempat dari hasil penelitian Daniel tunjukkan dan ia juga memberikan bukti fisik di depan Diki.
Sementara di kota yang berbeda, terlihat sebuah CCTV menampilkan sebuah video yang dimana sudah dilacak oleh seseorang.
Disana, terlihat seorang wanita sedang berbicara dengan ketiga lelaki yang duduk di satu meja.
Kenzo menatap fokus ke arah layar komputernya dan ia mendekatkan dirinya agar lebih terlihat jelas menatap tampilan video yang sedang diputarnya.
Kenzo duduk di kursi kebesarannya dan menerima semua informasi yang diberikan oleh tangan kanannya.
"Target lainnya telah dikonfirmasi," ucap seorang wanita berpakaian seksi melalui layar komputer yang sebelahnya.
"Biarkan dia hidup!" perintah Kenzo dan dibalas anggukan oleh Yanti.
"Ambil kehidupan lainnya," ucap Kenzo.
"Diterima," sahut Yanti. Layar komputer di sebelahnya pun mati dan layar komputer yang dilihat Kenzo sedari tadi tetap menyala.
Kenzo terus menatap wajah cantik Dissa. Ia memikirkan rencana baru untuk menghancurkan hubungan mereka.
***
"Menyebarluaskan virus dengan kecepatan kilat," ucap Dissa.
"Semua peneliti dan karyawan di universitas terinfeksi," sahut Criss.
"Pasti ini terjadi lagi! Seolah-olah aku terjebak." imbuh Diki.
"Apa yang kau bicarakan?" tanya Daniel.
"Apakah kalian ingat dengan bom yang meledak di negara Palestina? Itu tugasku untuk menghentikan teroris. Kami tiba di lokasi itu, tetapi bedebah itu menjebak kami," ucap Diki.
"Bom meledek dan semua unitku hilang. Aku terus berjuang dan berjuang. Tapi itu tidak akan pernah berakhir, itu hanya akan lebih buruk. Apakah ini hidupku yang seharusnya terjadi? Untuk melawan orang mati yang hidup kembali dan bedebah memanfaatkan mereka. Apa tujuannya?" lanjut Diki.
Criss menyerahkan laptop yang dipegangnya dan memberikan layar laptop di depan Diki. "Dengar! Ini adalah Kenzo Albert, pedagang senjata. Perdagangan pasar gelapnya begitu busuk. Pemerintah tentu akan melikuidasi dirinya." jelas Criss di hadapan Diki.
"Sebuah bom presisi menghancurkan pernikahannya. Dia kehilangan keluarga dan istrinya. Sekarang, dia membawa dendam. Setelah serangan itu, ia pergi ke bawah dunia. Tapi, sekarang dia kembali dengan B.O.V dan tidak puas dengan balas dendamnya. Yang lebih parah, ia mengklaim bahwa produknya tetap memiliki kemampuan. Aku percaya dia." lanjut Criss. Diki yang mendengar sneua veirta itu hanya bisa menghela nafasnya dengan berat.
"Di satu sisi, dia memiliki seorang pedagang senjata. Sedangkan di sisi lain, pemerintah yang melemparkan bom pada saat acara pernikahannya. Lalu, Siapa yang jahat disini?" tanya Diki.
"Kenzo Albert," jawab Criss cepat.
"Itu adalah tugas kita untuk mengalahkan dia." lanjut Criss.
"Tugas kau tapi bukan aku," sahut Diki.
"Bedebah! Kau Diki." jawab Criss tak mau kalah dengan perdebatannya.
"Berhenti, Diki terlepas dari segala sesuatu yang terjadi, kau hanya duduk di sini dan menangis." ucap Dissa menatap ke arah Diki.
"Dan kau? Kau membiarkan dia terbawa oleh dendam lamanya." ucap Dissa mengarahkan jari telunjuknya di depan Criss.
"Astaga, aku tidak percaya jika aku jadi kalian berdua?" ujar Dissa di hadapan mereka.
"Apa maksudmu?" tanya Budi yang mulai mengeluarkan suara yang sedari tadi hanya menjadi pendengar yang baik.
"Kalian berperilaku seperti anak nakal yang manja." jawab Dissa berdiri dari duduknya untuk membatu Daniel yang sedari tadi mengambil peralatan kesehatan. Dissa pun mengambil pistol sebagai penawar racun virus dari tas besar Daniel. Dissa membalikkan badannya ke arah depan. Ia memperagakan pistol itu yang digenggamnya ke arah lengan sebelah kirinya dan menembaknya. Lengan kirinya terlihat satu titik. Criss mengalihkan pandangannya ke arah Diki dan dibalas tatapan oleh Diki.
"Virus ini dalam jangkauan kita. Selalu begitu akan terus terjadi," ucap Dissa berdiri di hadapan mereka.
"Ku tidak mengerti," sahut Budi.
"Kita tidak harus mencari virus baru seperti Kenzo menginfeksi orang. Virus akan tertidur dalam diri kita semua. Bahkan kau, yang perlu kita temukan adalah pemicu. Sesuatu yang mengaktifkan virus mematikan hanya Kenzo yang tahu itu apa. Tapi sampai kita tahu itu, semua hidup dan mati dan senjata dia yang berpotensi. Jika kita menghitung keluar sekarang, tidak adanya desa yang indah, dimana kau bisa tenggelam dan larut seperti ini. Tidak ada lagi. Jesika membuat vaksin, Jesika menguji pada dirinya sendiri dan bekerja." jelas Dissa panjang lebar.
"Tapi, sampai kita menemukan bagaimana Kenzo memicu virusnya. Kita tidak tahu jika kita bekerja pada semua orang, Darahku menahan jawabannya." lanjut Dissa mengambil sampel darah dari pistolnya.
Dissa berjalan menuju meja yang duduki oleh Criss, Daniel dan Budi. "Jika aku mati, kemudian membawa ini ke laboratorium. kau pasti percaya." ucap Dissa memberikan sampel darahnya di atas meja dan membalikkan badannya dan berjalan menuju tas besar Daniel.
"Aku tidak dapat membayangkan, apa yang telah kau alami. Tapi aku tahu bahwa tidak satu pun dari kau adalah tipe orang yang duduk di sini dan berdebat dan sementara dunia sekarat," lanjut Dissa mengarahkan tangannya menuju luar ruangan.
"Itu bukan kalian! Atau apakah itu kalian?" tanya Dissa berdiri di hadapan mereka dan berjalan keluar dari ruangan itu. Criss, Daniel dan Budi terdiam saat mendengarkan semua keluh kesah Dissa yang disampaikan di hadapan mereka. Sementara di tempat lain, Dissa sedang membersihkan tangannya di westalfel toilet. Ia menatap pantulan dirinya di depan kaca toilet. "Itu bukanlah hal yang baik dari diriku," gumam Dissa pada diri sendiri. Dissa mematikan kran wastafel dan membersihkan sisa air di tangannya menggunakan tisu kering. Brak! Dissa mendengar suara dari dalam kamar toilet dan ia membalikkan tubuhnya dan berjalan menuju salah satu kamar toilet itu. Ia memegang gagang pintu dan membukanya. saat ia ingin membukanya, ia melihat ada darah segar yang mengalir dari bawah kamar toilet, Dissa menghela nafas sejenak, ia membuka p
"Aku tahu yang orang yang pandai menyakiti, dia adalah Kenzo." ucap Diki berdiri dari tempat duduknya. Daniel berjalan mendekati Diki. "Apa yang akan Kenzo lakukan dengan Dissa?" tanya Daniel berdiri di depan Diki. "Aku tidak tahu, aku hanya ingin dia kembali. Aku bisa pergi liburan lagi." jawab Diki frustasi menghadapi situasi yang dialaminya saat ini. Drt! Drt! Criss menoleh ke arah sebelahnya terdapat sebuah ponsel milik Kornelius. Ia mengambil ponsel itu dan memberikan layar ponsel yang di genggamnya di hadapan Diki dan Daniel. Criss menerima panggilan masuk dari ponsel di genggamnya. "Hey sayang, ini aku. Apakah orang itu akan membantu kita?" tanya seorang wanita dari panggilan masuk di ponselnya. "Aku sangat takut, Selena merindukan dirimu. Kornelius? Hallo?" lanjut wanita itu dan disambut oleh suara anak kecil. "Ma
Kenzo menghela nafas panjang dan tetap menatap fokus ke arah depan. "Aku minta maaf telah mengatakannya, tetapi penelitian kau tidak lengkap. Kau menemukan obatnya, tetapi kau tidak diserang setelah mengambilnya. Tapi itu kau, bukan?" tanya Kenzo menoleh ke arah Dissa yang duduk di sebelahnya. "Bukan hal yang penting. Tidak, kau dan vaksin kau segera terlambat. Besok dunia akan menjadi tempat yang berbeda." jawab Kenzo dibalas tatapan penuh arti oleh Dissa. *** "Kenzo sedang merencanakan sesuatu yang besar. Kornelius tahu terlalu banyak tentang hal itu," ucap Diki membuka memori eksternal pada ponsel di genggamannya. "Oleh karena itu, ia dibunuh." jawab Criss menatap wajah tampan Diki. Diki memegang memori eksternal ponsel yang menampilkan satu merek dari memori tersebut. *** "Aku tahu, apa yang terjadi padamu? Mereka datang untuk membunuhmu, tapi membunuh orang yang kau cintai. Itu hari pernikahanmu," ucap Dissa dan Kenzo pun
Kenzo terus memantau kondisi kota dari arah balkon apartemennya."Keadaan dunia akan berubah dengan semestinya, sebentar lagi rencanaku akan berhasil. Sayangku, kau disana pasti akan bahagia. Lihatlah, aku bisa membalaskan dendam lama yang hampir fana." gumam Kenzo dengan senyuman miringnya. Setelah puas, melihat kekacauan yang terjadi di kotanya. Kenzo melangkahkan kakinya menuju pintu masuk kamar apartemennya. Saat ini, ia tinggal di Apartemen di ujung kota U dan apartemennya paling tinggi dan menjulang dengan tingkatan lantai 30. Kenzo berjalan menuju tempat tidurnya. Ia menduduki diri di pinggir tempat tidur dan diambilnya sebuah bingkai foto yang tertata rapi di atas meja sebelah tempat tidurnya. Kenzo menatap sebuah foto yang menampilkan foto pernikahan dirinya bersama sang istri tercintanya. "Sayang, aku merindukanmu," gumam Kenzo dengan menitikkan buliran kristal yang membahasi wajah tampannya. "Andai waktu itu tidak terjadi, kita pasti hid
Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang kekasih yang saling mencintai walaupun salah satu keluarga besar dari mempelai wanita tidak merestui hubungan mereka tetapi mereka tetap melaksanakan janji suci di hari pernikahan ini. Di sebuah taman yang letaknya di pinggir pantai, disana, terlihat beberapa tenda dan dekor bunga mawar putih yang sangat indah bergaya pesta outdoor. Semua orang berdatangan dalam menyambut pesta ikatan janji suci dari kedua insan yang dimabuk cinta. Ayah Kenzo dan Yanti yang merupakan adik kandung Kenzo pun datang dalam menyaksikan acara pernikahannya. Teman-teman dekat Kenzo datang dan mengucapkan selamat atas pernikahannya. Setelah mengucapkan ijab kabulnya dan dinyatakan sah menjadi sepasang suami-istri. Di acara terakhir, saling memasangkan cincin pernikahan. Semua orang yang berada memberikan tepuk tangan yang sangat meriah kepada mereka. Kenzo berdiri dari duduknya dan memberikan isyarat agar tetap tenang. K
Dissa yang masih duduk di atas lantai mendengar semua ucapan dari Kenzo. Ia terus menatap punggung belakang pria yang sedang menelpon seseorang. "Kau merencanakan serangan lain?" tanya Dissa dan Kenzo membalikkan badannya ke arah Dissa. "Aku merencanakan masa depan kita. Waktu kita di mulai dari sekarang." jawab Kenzo berjalan menuju mendekati Dissa. "Kita?" tanya Dissa lagi. "Iya, seiring dengan sisa temanku dan memasuki kehidupan baru kami bersama-sama." jawab Kenzo mengalihkan pandangannya menuju sebuah tampilan foto dirinya bersama istrinya dan seorang laki-laki tua dan wanita muda di sebelah istrinya. *** Di sebuah tempat yang berbeda, terlihatseorang wanita berpakaian seksi sedang mengetik dan di sebelahnya terlihat seorang pria dengan tangan di borgol bersamanya. "Sudah waktunya, Ayah." ucap seorang wanita bernama Yanti menoleh ke arah ayahnya. Pria yang sedang berdiri itu mengangguk dan Yanti berjalan mendek
Drt! Drt! Dissa mengalihkan pandangannya menuju sumber suara panggilan masuk dari ponselnya. Ia segera mengambil ponsel dari tasnya yang terletak di atas meja kerja Kenzo. Baru saja, Dissa melangkahkan kakinya menuju meja kerja Kenzo tetapi ia kalah cepat dengan dirinya. Kenzo berhasil lebih dulu mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan masuk dari ponsel Dissa. "Hallo Dissa! Kau tenanglah disana, aku akan segera menyelamatkanmu," ucap Daniel dari balik ponselnya. "Kau tak akan bisa menyelamatkannya, sebentar lagi, aku akan membuatnya menjadi milikku seutuhnya, hahaha..." sahut Kenzo melalui panggilan di ponsel Dissa. "Jangan sentuh istriku! Atau akan aku bunuh kau menggunakan tanganku!" ancam Daniel."Hahaha... Kau lucu sekali," ucap Kenzo dari panggilan masuk di ponsel. "Kau!" bentak Daniel. "Tidak perlu mencarinya lagi, cepat atau lambat Dissa akan menjadi milikku. Lepaskan dia dan biarkan aku yang memilikinya," sahut Kenzo me
"Kalian sudah siap?" tanya Criss yang berdiri di hadapan Daniel, Diki, Budi, Jesika, Nick. "Kami semua siap," ucap mereka serempak. "Baiklah, sebaiknya kita membagi dua tim. Diki, Daniel dan Budi menggunakan mobil TNI.Sementara Aku, Jesika dan Nick kalian tetap menggunakan mobil Rumah sakit dan kalian tetap bawa senjata api beserta pelurunya. Dunia sedang tidak baik-baik saja dan di pusat kota, sebagian warga telah berubah menjadi mayat hidup. Berhati-hatilah dan tetap protokol kesehatan seperti menggunakan masker dan hand-sanitizer untuk mencegah virus itu menempel di permukaan kulit kita." jelas Criss berdiri di depan mereka yang berdiri satu barisan. "Baiklah, sebelum memulai pembukaan rencana kita. Ada baiknya kita berdoa terlebih dahulu, berdoa mulai," ucap Criss memimpin berdoa menurut kepercayaan masing-masing. "Berdoa selesai," lanjut Criss dan mereka membubarkan diri untuk mempersiapkan pergi menuju titik lokasi tempat mension Kenzo. Mobil ya