Olivia mendorong uang yang dia berikan tadi dan berkata, “Setelah menikah aku juga nggak pernah beli kulit ayam, jadi nggak tahu kamu nggak suka. Sekarang aku sudah tahu, jadi lain kali nggak akan kasih kamu lagi. Uangnya kamu simpan saja, jangan sedikit-sedikit kasih aku uang. Kamu pikir uang kamu banyak? Kalau gitu bangun rumah saja.”“Waktu kamu lihat aku bersihin kulit ayam kenapa nggak kasih tahu saja? Mulut kamu digunain buat apa? Sayang sekali jadi terbuang.”Satu gepok uang mendarat di mangkuk kosong Olivia dan membuat perempuan itu berhenti bersungut-sungut. Setelah lelaki itu meletakkan uang ke mangkuk Olivia, dia langsung berbalik pergi agar perempuan itu tidak bisa mengembalikannya lagi.Olivia menatap uang tersebut kemudian melihat punggung lelaki yang semakin menjauh itu. Dia sudah membuka pintu dan satu kakinya sudah melangkah keluar.“Stefan, kamu anggap aku pengemis?”Balasan yang dia terima hanya suara bantingan pintu saja. Setelah pintu tertutup, Stefan tidak bisa me
Odelina sudah menunggu adiknya di lantai bawah. Dia menggendong putranya dengan sebelah bahu yang tersampir tas bayi dan sebelahnya lagi tas ransel. Perempuan itu terlihat sedang celingukan dan tidak menyadari ada mobil baru yang tengah melaju ke arahnya. Lebih tepatnya dia tidak memperhatikan mobil tersebut karena adiknya mengendarai motor listrik.Olivia menghentikan mobilnya di depan sang kakak dan menurunkan kaca jendela sambil berser, “Kak!”Odelina terlonjak kemudian tertawa dan berkata, “Aku pikir kamu naik motor.”Dia tahu kalau adik iparnya memaksa untuk membelikan mobil bagi adiknya. Akan tetapi Olivia jarang menggunakannya dan kali ini merupakan pertama kalinya dia melihat mobil tersebut.Olivia turun dari mobil dan menghampiri kakaknya. Dia mengambil tas bayi dari bahu Odelina kemudian membuka pintu bagian belakang. Olivia meletakkan tas tersebut ke kursi penumpang dan bertanya, “Kak, semua barangnya sudah lengkap? Yang paling penting itu susu dan botol susunya.”“Semuanya
Olivia membawa keponakannya itu ke toko. Di depan toko terlihat sebuah mobil yang cukup familiar tengah berhenti di sana. Mobil itu adalah milik Albert. Lelaki itu mengantarkan makanan lagi untuk kakak sepupunya. Kali ini bukan sarapan, tetapi dia meminta koki rumahnya untuk membuatkan makanan ringan.Alasannya karena koki pribadi rumahnya terlalu banyak membuatkan makanan sehingga mereka satu keluarga tidak sanggup menghabiskannya. Oleh karena itu dia memutuskan untuk membawakannya untuk kakak iparnya juga.Junia juga tidak banyak berpikir lagi. Karena dia dan Olivia sama-sama hobi makan, selain itu Junia tahu di tempat tantenya selalu ada berbagai jenis makanan ringan. Karena adik sepupunya berniat mengantarkan untuknya, maka Junia juga menerimanya dengan senang hati. Bahkan dia juga sudah mencomot beberapa potong.Albert khawatir kakak sepupunya akan menghabiskan seluruh makanan sehingga dia selalu melongokkan kepala ke luar toko untuk melihat kapan Olivia tiba dan bertanya, “Kak, K
Olivia menggendong Russel dan masuk bersama dengan Albert ke dalam toko.“Kenapa bawa Russel ke sini? Sini, Russel, tante gendong,” ujar Junia sambil bangkit berdiri untuk menggendong Russel. Setelah duduk dia bertanya pada bocah itu, “Russel mau makan kue?”Russel memandangi Olivia meminta izin.“Kasih dia satu potong. Jangan kebanyakan, nanti siang dia nggak mau makan,” ujar Olivia.Olivia mengambil tas bayi dari tangan Albert dan meletakkannya di meja kasir.“Kakakku memutuskan untuk mencari pekerjaan. Hari ini dia minta tolong aku jagain Russel, nanti siang baru dia datang.”Junia mengambil satu potong kue dan memberikannya pada Russel. Bocah itu tidak langsung menerimanya melainkan menepis tangannya sambil berkata, “Kotor.”Junia meletakkan kembali kue dan menggendong Russel ke arah dapur kecil untuk mencuci tangan bocah itu. Dia merasa Odelina mengajari bocah ini dengan sangat baik. Untuk masalah bandel dan nakal, anak kecil mana yang tidak memiliki sifat tersebut? Kalau anak kec
Begitu Albert pergi, Junia langsung bertanya dengan nada perhatian, “Olivia, Kakakmu ribut lagi sama suaminya?”Olivia mengelus kepala keponakannya dan berkata, “Roni tinggal di rumah orang tuanya dan nggak kembali. Dia juga minta kakakku untuk mengembalikan sisa uang bulanannya ke lelaki itu. Katanya sekarang dia sudah nggak makan di rumah, jadi uang bulanan jatah dia dikembalikan saja.”“Untuk apa lelaki seperti itu masih dipertahankan?” kata Junia sebal.Olivia terdiam sejenak dan kembali berkata, “Harus tunggu kakakku sudah stabil baru bisa lanjut mikir hal selanjutnya.”Junia diam saja.“Gimana acaranya Nyonya Hermawan? Sama anaknya ada perasaan nggak?”“Sekarang kepala aku sakit sekali!”Olivia mengerjapkan mata dan tertawa sambil bertanya, “Jangan bilang kamu sengaja mabuk di acara dan kamu buat onar?”Dunia sosialita dan masyarakat kelas atas selalu membicarakan latar belakang pendidikan dan juga etika mereka. Kalau sampai Junia mabuk dan membuat onar di acara ulang tahun terse
Setelah Russel menghabiskan kuenya, bocah itu bermain di dalam toko. Di dalam tas bayi miliknya terdapat mainan kesukaannya. Dia bisa duduk diam di sana ketika memainkan mainan kesukaannya.“Russel pintar, dia langsung tahu ketika melihat mainan,” kata Olivia.“Itu karena dia masih asing dengan tempat ini. Setelah dia terbiasa, kemungkinan atap toko juga bakalan ikut lepas.”Olivia kerap sekali membantu kakaknya menjaga anak sehingga dia tahu dengan sifat Russel yang sangat bandel. Perempuan itu mengeluarkan alat dan mulai mengerjakan hasil karyanya.“Mumpung Amelia suka dengan mainan aku ini, aku kasih patung kucing ini ke dia. Soalnya aku pikir aku bakalan buatkan lagi untuk Stefan. Kami suami istri dan tinggal bersama, aku bisa kasih dia kapanpun.”“Tapi hasilnya dia malah marah sama aku setelah tahu. Aku minta maaf dan mengaku salah ditambah bujuk dia. Aku kasih lagi barang yang sama ke dia baru berhasil membujuknya. Aku usahain selesaikan barang yang mau aku kasih ke dia hari ini.
Olivia berkata, “Nggak kok, Nek. Malam ini aku coba bilang sama Stefan. Besok Nenek minta Calvin antar ke sini atau kami yang jemput saja, Nek?”“Biar Nenek minta Calvin anterin ke sana saja. Kemungkinan Nenek perginya siang. Biasanya akhir pekan begini Calvin tidur sampai siang.”Para cucunya baru bisa beristirahat dengan tenang ketika akhir pekan. Sarah juga tidak ingin mengganggu mereka di saat hari masih pagi. Sebaiknya mereka bangun dengan sendirinya saja.“Baik, Nek. Nenek ingin makan makanan apa? Biar aku masak makan malam buat Nenek.”Neneknya datang siang hari setelah jam makan siang sehingga tidak mengganggu jam makan siang dia dengan Albert. Kalau Sarah datang di siang hari, maka Olivia berencana mengajak neneknya pergi bersama juga. Olivia juga tidak keberatan karena dia yang berencana traktir Albert.“Semua masakan kamu enak, Nenek suka semuanya,” kata Sarah yang sudah pernah mencoba masakan Olivia. Dia pribadi merasa cucunya yang paling besar itu sangat beruntung mendapat
Saat ini biaya tersebut masih menggunakan uang tabungan dari Adi dan Puspa. Kakeknya Olivia berkata dia akan meminta para anak cucunya membagi biaya tersebut setelah istrinya keluar dari rumah sakit. Sekarang biar mereka yang membayarkan dulu dan nantinya akan digantikan oleh anak cucunya.Semua anak dan cucunya harus mengembalikan uang tersebut pada mereka. Jika tidak, maka mereka tidak akan bisa tenang jika tidak memegang uang sedikit pun. Keduanya sangat paham kalau mereka tidak memiliki uang maka anak cucunya tidak akan bersikap baik padanya.Meski uang tabungan mereka hanya berkisar beberapa ratus juta, setidaknya masing-masing dari anaknya akan mendapatkan seratus juta secara Cuma-Cuma. Kesempatan emas seperti itu siapa yang tidak ingin mendapatkannya?Perawat memberikan tagihan lagi kepadanya. Adi menerimanya dengan wajah yang menggelap sambil berkata, “Baru beberapa hari saja, semua uang yang diberikan sudah hampir habis lagi.”“Coba kalian diskusi dulu, masing-masing bantu kel