Olivia berkata, “Nenek, aku nggak buat diriku tertekan. Biarkan semuanya berjalan begitu saja.”“Nenek, aku nggak memberi tekanan pada diriku. Biarkan semuanya berjalan sebagaimana mestinya.”Nenek berdeham dan berkata, “Iya, jalani saja. Anak lelaki dan perempuan itu jodoh dan berkah.”“Nenek ada sembilan cucu lelaki, kelak akan ada sembilan cucu menantu perempuan. Pasti ada seseorang yang bisa mengabulkannya.”Nenek terkekeh dan berkata, “Nenek kemungkinan nggak akan hidup selama itu untuk melihat mereka semua menikah dan memiliki anak.”Sandy masih sekolah. Tunggu lelaki itu menikah masih harus sepuluh tahun lagi. Nenek tidak yakin dia bisa hidup puluhan tahun. Dia merasa mungkin bisa hidup delapan hingga sepuluh tahun lagi. Setelah itu, dia akan mencari pasangannya untuk berkumpul kembali.Anak cucu memiliki keberuntungan masing-masing, selanjutnya tergantung pada nasib mereka sendiri.“Nenek.”“Iya, Nenek nggak bahas ini lagi. Kita jalan-jalan di kaki gunung saja.”“Nenek bisa lel
Sebenarnya, dia bisa pulang sendirian. Lelaki itu ada rumah di Harfa Residence. Hanya saja dia tidak tenang meninggalkan Odelina dan takut perempuan itu kesepian. Sehingga Daniel memutuskan untuk menginap di sana.Odelina juga tidak mengusirnya dan hal itu membuat Daniel cukup terkejut.Meski Odelina belum memastikan hubungan dengannya, seiring berjalannya waktu, Odelina akan terbiasa dengan kehadirannya. Kemungkinan juga akan mengizinkannya masuk dalam kehidupan perempuan itu.Daniel sendiri juga tidak lagi mengungkapkan perasaannya. Keduanya bersama dan bisa saling merasakan kasih sayang yang tulus di antara mereka.“Aku terbiasa bangun pagi. Kemarin malam tidur lebih awal. Begitu langit terang, aku langsung terbangun.”Daniel tersenyum melihat kondisi perempuan itu yang jauh lebih membaik. Mata yang kemarin membengkak karena menangis sudah tidak bengkak lagi. Hal itu membuat Daniel menjadi lebih tenang.Orang yang sudah menahan terlalu lama akan merasa hancur ketika bebannya dikelua
“Nggak usah terburu-buru, pelan-pelan saja. Kamu sudah buat kemajuan besar. Banyak orang seperti kamu, yang bahkan sulit untuk berdiri sendiri. Kamu sudah bisa ambil dua sampai tiga langkah, sudah sangat hebat. Kamu jangan terlalu tekan dirimu sendiri. Tetap jaga kesehatan. Kesehatan jauh lebih penting dari apa pun.”Odelina mendorong Daniel ke depan halaman dan berkata, “Pak Daniel coba jalan pelan-pelan di halaman. Sekalipun jatuh juga nggak akan terlalu sakit.”Di rumah keluarga Lumanto, Daniel juga berlatih berjalan di halaman rumah. Daniel mendongakkan kepala dan berkata pada Odelina, “Aku bakal jatuh, malu banget. Odelina, kamu jangan tertawakan aku. Jangan kasihani aku juga. Aku harus lalui rasa sakit ini. Ini juga proses dari pemulihan.”Odelina tahu Daniel memiliki harga diri yang tinggi. Dia pun mengangguk dan berkata, “Aku nggak akan tertawakan kamu. Kalau kamu merasa aku berada di sini akan berikan kamu banyak tekanan, aku akan pergi.”“Nggak usah. Kamu di sini akan beri ak
Kalau ibu Daniel memperhatikan dari dekat, dia pasti akan menangis. Setelah sekian lama, Yanti masih menyalahkan diri sendiri. Dia merasa dia yang telah menyebabkan putra bungsunya mengalami kecelakaan.Kalau Yanti tidak menghentikan Daniel untuk mendekati Odelina, mengancam Daniel dengan nyawanya, lalu memakai mobil untuk mengejar Daniel, ingin menghentikan Daniel pergi mencari Odelina, Daniel tidak akan mengebut. Daniel juga tidak akan tidak sempat mengerem, lalu tabrakan, sampai kedua kakinya menjadi cacat. Yanti merasa itu semua salahnya.Saat Daniel menyerah pada diri sendiri, Yanti menangis. Saat melihat betapa sulitnya Daniel menjalani rehabilitasi, dia juga menangis. Oleh karena itu, Daniel tidak membiarkan anggota keluarganya berada di dekatnya ketika melakukan rehabilitasi. Supaya tidak melihat ibunya menangis. Daniel saja sudah menerima kenyataan. Dia akan merasa kesal kalau ibunya menangis terus.“Hmm, aku duduk sebentar lagi, lalu aku bisa berdiri. Odelina, ada air, nggak?
Odelina keluar dari rumah sambil membawa air untuk Daniel. Dari jauh, dia bisa melihat Daniel yang jatuh dan bangkit lagi, lalu terus berlatih berjalan. Odelina menghentikan langkah kakinya, melihat kegigihan pria itu dari kejauhan. Dia tidak mendekat, karena takut Daniel akan merasa tertekan.Odelina telah melihat Daniel saat kondisi pria itu paling menyedihkan. Tidak ada orang yang suka menunjukkan dirinya yang memalukan kepada orang lain sepanjang waktu. Daniel juga ingin melindungi harga dirinya.Setelah cukup lama, Daniel merasa lelah. Dia ingin duduk kembali di kursi roda. Namun, dia sudah terlalu lelah untuk berdiri, ditambah lagi tidak ada orang di sekitarnya. Daniel pun merangkak kembali ke kursi rodanya. Kemudian, dia memegang kursi roda untuk berdiri dan duduk kembali di kursi roda dengan napas terengah-engah.Begitu Odelina melihat ke sekeliling, dia cepat-cepat bersembunyi di balik pohon, agar Daniel tidak menyadari kalau dia sudah ada di sini sedari tadi. Setelah melihat
Sekarang Daniel tidak memiliki hubungan asmara dengan Odelina, Odelina juga tidak memiliki hubungan dengan pria lain. Tentunya itu hal yang baik.Ralat, ada pria mabuk yang ingin mendekati Odelina. Daniel tidak siap, sehingga pria mabuk itu berhasil pergi ke Resto Makan Sepuasnya dan bertemu dengan Odelina. Namun, setelah Daniel mengetahui keberadaan saingan cinta tersebut, dia diam-diam mencegatnya dan tidak membiarkan pria itu mendapatkan kesempatan lagi untuk mendekati Odelina.Bagaimana mungkin Daniel akan membiarkan orang lain mengambil perempuan yang telah dia jaga selama setahun lebih?“Hari ini mendung, kenapa muka Pak Daniel jadi begitu merah?” tanya Odelina tiba-tiba.Daniel terdiam sejenak, “Merah? Mungkin karena aku latihan terlalu lama, capek, sampai terengah-engah. Makanya mukaku jadi sedikit merah.”Daniel tidak akan mengakui kalau dia tersipu malu karena Odelina membantunya menyeka keringat. Bagaimanapun juga, usia Daniel sudah hampir 40 tahun. Meskipun tidak pernah mem
Pada saat yang sama di Mambera Hotel.Bram yang belum pernah mabuk sejak dia mulai minum minuman keras, untuk pertama kalinya dia mabuk di pernikahan Stefan. Minuman itu sangat enak. Ada Chintya yang menemaninya, suasana hatinya sedang baik. Dia pun minum lebih banyak dari biasanya.Saat meminumnya, Bram merasa minuman itu sangat enak. Namun, kandungan alkoholnya cukup tinggi, sampai membuat Bram mabuk. Saat Bram membuka matanya, dia merasa sakit kepala. Dia pun menutup matanya lagi.Bram belum cukup tidur. Kalau sudah cukup tidur, kepalanya tidak akan terlalu sakit lagi. Namun, tak lama kemudian, dia membuka matanya lagi. Hanya karena dia mendapati dirinya tidur di kamar yang asing baginya.Di manakah ini? Bram tahu ini bukan rumah keluarga Ardaba, juga bukan rumahnya sendiri. Apakah ada orang yang menculiknya dan membawanya pergi selagi dia mabuk? Secara logika, itu tidak mungkin.Bram menghadiri pernikahan di Vila Permai milik keluarga Adhitama. Sekalipun dia mabuk sampai tak sadark
Untung saja Reiki sudah menikah. Junia bahkan sedang hamil. Jadi Bram tidak perlu khawatir. Terlebih lagi, Chintya hanya mengagumi orang hebat. Di mata semua orang, Reiki memang orang yang hebat. Wajar saja jika Chintya memuji Reiki.Begitu melihat nama Chintya di layar ponselnya, Bram seketika merasa sakit kepalanya sudah hilang.“Chintya.”“Pak Bram, kamu sudah bangun? Atau kamu terbangun karena telepon dari aku? Aku lihat kamu tidur sudah cukup lama. Sekarang sudah hampir jam sepuluh. Aku coba-coba telepon, lihat kamu sudah bangun atau belum.”Chintya tidak minum, dia sudah bangun pagi-pagi sekali. Karena sedang bepergian, dia tidak bisa pergi ke ruang latihan untuk berlatih setelah bangun. Dia pun lari pagi cukup lama, baru kembali ke hotel untuk mandi. Setelah itu, dia menikmati sarapan di restoran hotel yang berada di lantai satu hotel.Bram tidur dalam keadaan mabuk. Chintya pun tidak mau mengganggunya, makanya dia pergi ke restoran untuk sarapan sendirian. Restoran di lantai pe