Share

Sang Penolong

“Aku setuju dengan rencana keuangan yang sudah kau susun. Tapi ku harap kau jangan menulis namaku di surat saham. Aku akan memberikan detailnya padamu lewat email.”

Tubuh tinggi menjulang, beranjak dari kursi kemudian berdiri seiring mulut Mario yang terus mengoceh. Di depannya, Angga bersedekap. Kedua tangannya mengunci area dada bidangnya yang sedikit terekspos karena tiga kancing kemeja bagian atas sengaja dibuka.

Bukan, bukan untuk menarik para lawan jenis yang sengaja berlalu lalang di depan meja mereka, melainkan karena suasana rapat internal dengan Mario membuatnya gerah.

“Baiklah. Aku tunggu detailnya malam ini. Agar aku bisa menyelesaikannya sesegera mungkin dan kembali ke Indonesia,” balas Angga.

Sebelah alis Mario terangkat, mengejek. “Kau yakin akan kembali ke Indonesia?”

“Aku harus. Ada seseorang yang akan menuntutku untuk kembali.”

Jawaban Angga terdengar menarik bagi Mario. Niatnya pergi pun urung. Alih-alih meninggalkan Angga sendiri di kafe ini, seperti niatnya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status