Akran berjalan dengan langkah lebarnya masuk ke dalam lift, menekan nomer lantai yang akan di tuju, pintu pun tertutup dan bilik berbentuk kubus itu pun bergerak ke atas. Tak seberapa lama berhenti dan pintu pun terbuka Akran keluar dan berjalan menuju apartemennya.Sesampainya di apartemen Akran langsung masuk ke dalam kamar Hanie. Ia mengemas semua pakaian dan serta perhiasannya. Ia membutuhkan dua koper, untuk semua barang-barang milik istrinya itu yang sebentar lagi akan menjadi mantan itu.Setelah semua berada di dalam koper ia pun keluar dengan membawa dua buah koper ia pun memasuki lift kembali.Berapa menit kemudian dia sudah berada di lantai dasar dan pintu lift terbuka ia pun segera keluar lalu ia berjalan menuju basement serta masuk ke dalam mobil. Beberapa menit kemudian mobil pun berjalan dengan kecepatan kencang menuju hotel tempat Hanie menginap.Setengah jam kemudian ia pun sampai ia segera keluar dari mobil dan berjalan ke arah bagasi mobilnya dan mengeluarkan dua ko
Untung saja jalur kiri kosong, hingga Brian biasa berhenti di trotoar jalan, dan karena pemberhentian yang tiba-tiba itu membuat kepala Hanie terbentur kaca jendela depan."Maaf sayang," ucap Brian sambil memeriksa kening kekasihnya itu."Makanya aku bilang juga apa, kamu fokus saja menyetir," ucap Hanie sambil mengerucutkan bibirnya."Iya, sayang, maafkan aku," ucap Brian sambil menatap kening Hanie yang sedikit memerah karena terbentur kaca dengan sangat keras."Sudah gak apa-apa, kita lanjut jalan saja," ucap Wanita itu tidak ingin menyalahkan pria itu mungkin saja ia memang sedang mencemaskan keadaan dirinya.Brian pun kembali menyalahkan mobilnya dan berjalan dengan tenang di jalanan yang mulai sedikit sepi. Ketika melewati supermarket Brian membelokkan mobilnya dan memberhentikan di depan supermarket itu. Mereka pun keluar dari mobil dan berjalan menuju ke dalam supermarket untuk membeli bahan-bahan yang dibutuhkan, setelah selesai mereka pun kembali ke mobilnya dan melaju kemb
Akran memacu mobilnya menuju hotel, di mana tuan subagio menginap, Ia ingin tahu alasan sang ayah membuat dirinya dan adiknya terlantar dengan ibunya itu.Tadi saat dia mengantarkan orang tua itu ke hotel ia masih sangat shock, bagaimana tidak seseorang yang selalu di panggilnya tuan adalah Ayahnya. Mobil Akran melesat di antara kendaraan yang berlalu lalang di jalan yang tidak terlalu padat, beberapa menit kemudian ia sampai di gedung yang tinggi dan megah ia pun turun dari mobilnya setelah memarkirkan di basement.Akran berjalan melewati lobby dan masuk kedalam lift, tak lama kemudian pintu terbuka dan ia berjalan di sebuah kamar yang tadi dia pesan untuk pria paruh baya itu.Setelah sampai didepan kamar itu ia pun mengetuk pintu beberapa kali hingga pintu pun terbuka dan lelaki paruh baya yang tak lain sang ayah berdiri di hadapannya."Kau untuk apa kau kemari?" tanya pria itu pada Akran."untuk bertanya beberapa hal, aku juga berhak tahu apa yang terjadi kenapa kami sampai terlun
Berjalan keluar dari hotel dan menuju mobilnya, Akran masuk dan memacu dengan kendaraan dengan kecepatan tinggi, ia seperti kehilangan dirinya, dan tidak tahu apa yang dia akan lakukan hidupnya benar-benar hancur, dan yang menghancurkan ternyata adalah ayahnya sendiri. Lelaki itu ingin sekali marah pada dirinya yang begitu mudah dikendalikan oleh orang, Ia memacu dengan kecepatan tinggi, ia tidak tahu harus pergi kemana, rindu putrinya yang meninggal dan ingin mengunjungi makam putrinya tetapi sangat jauh.Keadaan sama juga di alami Hanie sudah beberapa jam yang lalu ia berada di apartemen Brian, tak ada kata terucap, tatapan matanya kosong.Brian berjalan menuju wanita itu dan duduk di sebelahnya. "Apa kau pikirkan, sayang. Aku janji akan segera mengantarkanmu menemuinya untuk bertanya banyak hal dan kita akan segera bertemu dan berkumpul dengan putri kita. Ayolah jangan bersedih lupakanlah yang telah berlalu, Hanie. Kita tidak mungkin bisa mengubahnya bukan dan kita pun tidak boleh
"Kau ingin tahu Kisah Mamamu?" tanya Subagio pada Anaknya angkat yang sekarang ia buang karena ia menganggap sudah cukup memberikan kasih sayang dan cinta. Waktunya ia membahagiakan keluarganya sendiri."Akan ku ceritakan dan kau Brian juga harus mendengarnya, ini terjadi juga karena Ayahmu walaupun tidak sepenuhnya salah, tetapi karena kejadian ini aku kehilangan anak dan istriku," jelasnya sambil duduk di sofa didepan mereka.Subagio menceritakan segalanya, tidak ada satupun yang ditutupi. Hanie menatap Pria paru baya itu."Andai kau tidak bersama lelaki ini aku tidak mungkin melepaskanmu dan tetap akan menganggap kau sebagai putri sendiri," ucapnya pada Hanie, "Aku mengerti, Papa. Trimakasih telah merawatku selama ini, apa bisa aku tetap memanggilmu Papa," ucap Hanie pada Subagio.Lelaki itu menghela napasnya, ia menatap penuh kasih sayang bagaimana pun dialah dulu yang merawat Hanie karena ibunya mengalami stres berat dan terakhir ia menjatuhkan dirinya dari balkon rumahnya, saat
"Duduklah kembali, dan tunggulah di sini bibi tengah mengemasi pakaian putri kalian," ucap Subagio lagi ia membalikan badannya dan berjalan ke kamar yang cucu angkatnya itu."Sudah siap semua, tidak ada yang tertinggal?" tanya Subagio pada Asisten rumah tangganya itu."Tidak ada Tuan, semua sudah siap, Nona kecil juga sudah cantik," ucap Asisten rumah tangganya itu."Berikan padaku!" perintah Subagio "Baik, Tuan," ucap wanita paruh baya itu sambil mengangkat Nona kecilnya lalu menggendongnya dan memberikan pada majikannya."Ayo ikut Kakek," ucap Subagio pada cucunya.Lelaki itu berjalan keluar sambil memberi perintah kepada Asisten rumah tangganya sekali lagi. "Tolong bawa kopernya ke bawah!" "Baik, Tuan," ucap wanita paruh baya itu sambil menggeret koper dan keluar dari kamar itu lalu menuruni tangga berjalan di belakang tuannya.Setelah sampai di lantai dasar Subagio berjalan keluar rumah melewati Hanie dan Brian sambil berkata, "Ayo, kuantar sampai di mobilmu dan tugas kalian san
Di kediaman Manan, Sudah satu Minggu Suster Rida bekerja mengasuh anak-anak Manan. Karena keberadaan suster Rida ia merasa tidak di butuhkan. semua di atasi oleh suster Rida, hanya ketika suster itu sedang sip malam di rumah sakit ia mempunyai kesempatan bersama anak-anaknya. Namun tiba-tiba saja Manan meminta pihak rumah sakit untuk memberikan dua sip saja pada Suster Rida sehingga Safia jarang bisa bersama anak-anak di pagi, siang malam hari.Suster Rida begitu sangat cekatan, semuanya teratasi tanpa harus membangunkan Safia, saat Suster Rida bertugas maka akan digantikan oleh bi Ira, itu membuat Safia merasa benar-benar tidak dibutuhkan bahkan ia merasa semakin jauh dengan anak-anaknya. ia pun mulai sedikit sinis pada kedua wanita itu yaitu bi Ira dengan Suster Rida.Suatu pagi saat sarapan Safia telah memasang muka cemberutnya. dengan tetap melayani Manan mengambilkan makanan untuk pria itu."Kau kenapa muka ditekuk dari tadi?" tanya Manan pada Safia."Aku bosan kau melarangku men
Safia melangkah ke kamar anak-anak, pada saat ingin membuka pintu ternyata pintu terkunci, ia mengetuk pintu berulang kali tetapi tidak juga terbuka.Kembali ia mengetuk pintu lebih keras dan tak lama kemudian pintu terbuka, dan Suster Rida muncul dengan busana rumahan karena hari ini dia shif dua.Safia menyerobot masuk dengan menyibakkan tubuh suster Rida. "Lama sekali sih, bukanya, kamu ngapain saja sih? Kenapa harus di kunci segala?" tanyanya sengit."Maaf bu tadi saya habis mandi dan Den Amar terjaga takutnya lari-larian ke mana-mana, bagaimana kalau lari keluar dan jatuh di tangga," ucap Suster Rida memberikan alasan."Ya sudah sana pergi sarapan dulu sama Mbak Ira!" perintahnya pada gadis itu."Tetapi bu ...?" tanya Suster Rida."Sudah gak usah tetapi-tetapian kamu sarapan dulu saja!" bentak Safia sedikit jengkel.Suster Rida menghela nafasnya tangannya mengepal ia berusaha untuk tidak tersinggung dengan apa yang dikatakan Nyonyanya. "Tuan Manan melarang anda menggendong baby