Satu jam perjalanan untuk mencapai perkampungan itu, Akran pun mengantar gadis itu di salah satu rumah yang terlihat sangat kumuh, Akran melihat gadis itu berbicara dengan gadis berkulit hitam dengan logat mereka. lalu tak seberapa lama mereka pun masuk dalam sebuah kamar yang sempit.Akran menunggunya hingga lima belas menit berlalu, Lala pun adiknya muncul dalam membawa satu buah koper kecil miliknya dengan diantar gadis berkulit hitam itu lalu mereka pun saling berpelukan dan setelah itu Lala pergi meninggalkan rumah itu masuk kembali kedalam mobil Akran.Mobil berjalan dengan kecepatan penuh menuju apartemennya ia pun pergi ke kantor manajemen untuk menanyakan apartemen mana yang masih kosong dan bisa disewa untuk beberapa tahun ke depan.Setelah berdiskusi cukup panjang Mereka pun akhirnya mendapatkan apartemen yang berada di lantai tujuh.Akran dan Lala beserta pihak manajemen menuju lantai tujuh untuk melihat apartemen yang diinginkan. Mereka pun berjalan memasuki lift dan tak
perjalanan hidup berjalan seiring waktu, kehidupan rumah tangga mereka hanya di atas kertas tetapi mereka hidup sendiri-sendiri begitu pun Manan dan Safia menjalani hidupnya sebatas kewajiban seorang suami istri saja.Tiga bulan terlewati, Brian melebarkan usaha sampai ke Amerika, karena ingin dekat Hanie sang kekasih. Beberapa kali ia meminta melepaskan ikatan wanita itu dengan suaminya Akran, selalu wanita itu selalu mengatakan bahwa pria itu tidak akan melepaskan dirinya.Kandungan Safia sudah empat bulan selama itu pula mereka menyembunyikan pada orang tua mereka.Pagi itu orang tua Safia dan juga orang tua Manan berencana untuk berkunjung ke rumah Manan karena sudah satu bulan Safia dan Manan tidak mengunjungi mereka.Saat mereka tengah sarapan pagi suara mobil pun terdengar berhenti di depan rumah membuatnya terkesiap, ia menoleh ke Safia."Siapa yang datang?" ucap Manan sambil berdiri dari tempat duduknya dan berjalan ke depan dan melihat ayah dan ayah mertua juga ibu serta ib
"Tidak boleh begitu mama walaupun yang datang adalah anggota keluarga tetap saja harus dia sambut dengan sangat hangat dan dilayani dengan sebaik mungkin apalagi kalian adalah orang tuaku jelas sungguh sangat berbeda dengan tamu-tamu lainnya kalian itu lebih spesial jadi tidak apa-apa jika saya hanya memberikan minuman saja," ucap Safia"He, manis sekali ucapan menantuku ini, aku tidak salah pilih bukan, Manan? Kurasa di alam sana pun Laila tidak akan keberatan jika adiknya menggantikan kedudukannya sebagai istrimu" ucap sang Mama yang mulai mendekat pada Safia.Manan semakin was-was dan mulai gelisah Mama semakin dekat dengan tempat di mana Safia berdiri saat ini. tanpa diduganya pun sang mama memutar tubuh Safia kearahnya.Lalu wanita paruh baya itu menatap Safia dengan tatapan menyelidiki ia menyapukan pandangannya dari mulai atas hingga ke bawah.'Kok mama lihat kamu agak gemukan yaa, Fi?" tanya sama mama mertuanya itu pada Safia."Kan wajar saja Ma kalau Safia gemuk, saya, 'kan s
"Terus sekarang bagaimana? masak pakai korset?" tanya Safia "Eeh ... jangan! Kalau sesak nafas bagaimana?" tanya Manan dengan rasa cemasnya.Safia mengulum senyum, ternyata pria itu, begitu sayangan pada anak yang dalam perutnya walaupun kehadirannya bukanlah buah cinta kasih dengan Manan."Sini, coba kulihat! Apa terlihat besar?" tanya Manan dengan menarik tangan Safia lalu membalikkan badan wanita itu dan menatap dengan seksama."Masih seimbang dengan pipimu," jawabnya sambil menepuk pipi Safia yang mulai gembul itu." ucapnya sambil terkekeh.Sofia mengerucutkan bibirnya, dia kesal karena dibilang gemuk. "Aku kamu kan karena kamu, Coba malam itu kamu tidak marah dengan melakukan itu padaku aku takkan hamil anakmu," ucapnya sambil meninggalkan Manan."Memangnya kenapa kalau kamu hamil kamu kan istriku, anak itu hadir setelah pernikahan," ucap Manan yang menyusul Safia sudah membawa baki yang di atasnya berisi minuman dan makanan yang diberi mertuanya tadi.Mereka pun berjalan ke ru
"Mama, Sudah jangan terlalu menekan Safia dan juga Manan kalau memang Safia hamil nanti juga akan ketahuan kan biarkan saja mereka menyembunyikannya ke kita, mungkin Manan malu, karena Aman masih sangat kecil atau takut kau marah juga kalau Safia hamil saat Amar benar-benar masih kecil," ucap Ayah Manan."Iya betul juga, sudah terserah kalian kalau mau menyembunyikan hal gembira ini pada kami. Kami juga tidak apa-apa," sahut Mama Manan sambil menyeledot. Wanita itu benar-benar sangat kecewa dengan putra dan menantunya itu. Kenapa hal yang terpenting seperti ini mereka sembunyikan dari orang tua mereka."Kalau begitu kita ya jeng, toh kita sudah tahu alasan mereka Kenapa tidak datang ke rumah kita itu karena ada sesuatu yang disembunyikan dari kami," ucap Mama Manan."Ma, jangan buru-buru pulang, tunggu Mas Manan keluar apa Mama tidak kangen sama cucu mama," tanya Safia."Mama kangen sih cuma Mama itu kecewa sama kalian berdua hal sebesar ini kenapa harus sembunyikan," ucap sang mama
Manan menghebuskan nafas lalu menoleh ke Safia yang berdiri di samping dengan tatapan sedih melihat mobil mertua itu pergi menjauh dari rumah.Ayo kita, masuk, setidaknya mereka telah tahu kamu hamil, Mama hanya sebentar kalau marah," ucap Manan sambil berjalan masuk kedalam rumah. Safia akhirnya mengikuti pria itu masuk kedalam tanpa bisa bicara apapun.-0- Waktu berlalu kadang sang ibu datang, kadang pula sang mertua yang datang dengan membawa makanan, saat kandungan Safia menginjak tujuh bulanan Kedua wanita paruh baya itu sibuk menyiapkan untuk acara tujuh bulanan. Manan sudah tidak bisa berkutik saat mereka memegang kendali penuh terhadap acara itu.Waktu kembali bergulir sangat cepat usia kandungan Safia saat ini berusia 9 bulan 10 hari, hari itu pun merasakan kesakitan hingga Manan meminta tolong pada sopirnya Untuk mengantarkan Amar ke orang tuanya Sedangkan dia sendiri mengantarkan Safia ke rumah sakit sambil menghubungi sang sahabat. Dengan sangat panik ia menggendong Sa
Tiga hari paskah melahirkan, Safia pun di perbolehkan pulang, tanpa bertanya lagi pada Safia, ia pun menyewa seorang Suster untuk merawat Amar sang putra.Seorang suster yang bekerja paruh waktu di rumahnya menggendong sang bayi mungil nan cantik itu.Manan pun meraih tas dan merangkul pundak Safia serta memapahnya berjalan keluar rumah sakit."Apa kau yakin kuat berjalan sehabis melahirkan, kalau tidak akan kuambilkan kursi roda untukmu," ucap Manan."Tidak perlu," jawabnya ketus"Kau Kenapa? Nada bicaramu begitu tidak enak didengar sama sekali," tanya Manan."Tidak apa-apa," jawab Safia singkat sambil melirik suster yang berjalan di samping kiri Manan."Apa kau sedang cemburu?" bisik Manan di telinganya."Untuk apa juga aku cemburu, kita sama-sama tidak punya perasaan cinta bukan?" ucap Safiah lirik tetapi masih bisa di dengar oleh Manan."Baguslah kalau kau ingat Itu, lagi pula suster itu tidak sesuai dengan seleraku jadi aku tidak akan tertarik jadi jangan khawatir," ucap Manan"S
"Maaf apa nyonya marah, Tuan?" tanya Ira istri Andi."Tidak, denganmu, tetapi denganku, sudah biarkan saja Ia tidak akan bisa marah terlalu lama, memang aku belum membicarakan tentang kamu yang akan membantu bersih-bersih di rumah ini. Ini kau bawa di kamar Nyonyamu!" perintah Manan lalu menoleh pada suster yang menggendong putrinya itu."Baik, Tuan," ucap Ira sambil berlalu dihadapan mereka."Ayo ikut saya saya tunjukkan di mana kamarmu! Nanti kau tidur dengan anak-anakku," "Baik Pak! Tetapi apa saya boleh pulang dulu, Pak, nanti karena saya belum membawa pakaian ganti saya?" tanya perawat itu pada Manan."Silahkan tetapi jangan terlalu lama! Karena, sebentar lagi juga amar akan diantar ke sini. Biar nanti sopir yang mengantarmu untuk mengambil pakaianmu!" ucap Manan sambil berjalan mendahului perawat itu.pria itu berjalan menaiki tangga dan menuju ke ruangan yang baru selesai direnovasi beberapa hari yang lalu.di rumah dan di lantai atas itu memang ada beberapa kamar yang tidak te