***Yamazaki saat ini sedang bersama Aisyah di Coffee Wrights yang berlokasi di kawasan Omotesando. Bangunannya berwarna kekinian, cokelat kayu dan abu-abu muda, namun desainnya bergaya lokal dengan sebagian tempat duduknya hanya beralas bantal duduk tipis. Tempat yang menyenangkan untuk sekedar berbicara santai.Aisyah duduk di depan Yamazaki dengan perasaan yang tak menentu dan tentu saja ia malu karena pada akhirnya Yamazaki tahu isi hatinya. Aisyah tidak berani menatap lama-lama lelaki itu. Setiap ia tak sengaja melihat Yamazaki, hatinya berdebar tak karuan.Yamazaki meminum segelas capuccino hangat dengan elegan. Lalu ia menghela napasnya pelan. "Bagaimana kabarmu, Aisyah?" tanyanya memecahkan kesunyian."Alhamdulillah, baik," balas Aisyah singkat."Alhamdulillah," ucap Yamazaki. "Aisyah, apa kamu yang mengirim surat padaku lewat Gadis?"Aisyah mengangguk. "Iya, Sensei," balasnya pelan."Kamu menulisnya dari hati dan atas kesadaranmu sendiri?""Iya, saya menulis itu dari hati say
***"Assalamualaikum, Gadis!" sapa Raisya, perempuan bercadar itu menghampiri Gadis yang sedang duduk sendirian di sudut kedai kopi di sekitar kampus."Raisya?" tanya Gadis ragu-ragu.Raisya mengangguk dan ia pun memeluk Gadis dengan hangat. "Sudah lama tidak bertemu. Kamu semakin cantik saja, Masya Allah," pujinya."Alhamdulillah dipuji sama perempuan yang lebih cantik," balas Gadis terkekeh."Besok sudah siap bertemu dengan pengagum rahasiamu?" tanya Raisa.Gadis tentu saja terkejut mendengar pertanyaan Raisa, dari mana perempuan itu tahu perihal pertemuannya esok dengan lelaki asing yang katanya diam-diam memuja dan ingin menjadikan ia istrinya. "Kamu tahu dari mana?"Raisa tertawa pelan. "Dari suamiku, Fatih. Mas Fatih dan aku besok akan menemani lelaki rahasia itu,"bidiknya dengan sengaja."Kamu tahu lelaki itul siapa?" tanya Gadis penasaran.Raisa mengangguk. "Sangat tahu dan juga aku setuju kalau kamu dan lelaki i
***Setelah melakukan shalat tahajud delapan rakaat, Yamazaki langsung membaca buku yang baru ia beli kemarin. Namun ia tidak bisa konsentrasi membacanya karena wajah Gadis terlintas begitu saja di pikirannya. Bahkan senyum perempuan itu terlihat sangat jelas di kedua pelupuk matanya, seolah sosok perempuan itu saat ini sedang menatap hangat padanya. "Astaghfirullah..." Yamazaki mengusap kasar wajahnya, ia tidak mau sampai syetan mengelabuinya, ia tidak mau lancang memikirkan kecantikan Gadis yang masih belum menjadi haknya. Yamazaki harus segera menuntaskan perasaannya dan ia tidak mau menundanya terlalu lama lagi.Pintu kamarnya diketuk dan Yamazaki langsung berdiri dan berjalan untuk membuka pintu kamarnya dan terlihat Fumie tersenyum hangat menatapnya. "Mama...""Kenapa belum tidur? Habis shalat?" tanya Fumie, ia memang sudah hapal kebiasaan anak lelakinya itu.Yamazaki mengangguk. "Mama kebangun lagi karena aku?"Fumie menggelengkan kepalanya.
***Gadis sudah datang ke Sarutahiko Coffee, salah satu Coffe shop yang terletak di Shibuya-ku, Tokyo. Konon katanya Coffee shop ini pemiliknya adalah salah satu aktor terkenal Jepang dan terkenal karena kualitas kopinya yang melegenda.Gadis duduk di depan Yamazaki, diapit oleh Ratu dan juga Mesya."Assalamualaikum, maaf kami agak telat datang," sapa Gadis menyapa ketiganya. Fatih dan Raisya mengangguk, menjawab salam dan tersenyum ramah padanya, sedangkan Yamazaki... Lelaki itu tak mengatakan apapun ataupun tersenyum. Lelaki itu begitu dingin dan tak mau menatapnya sama sekali. Menyebalkan dan membuat Gadis ingin sekali protes dengan wajah dingin yang selalu lancang ia rindukan itu.Sudah berjalan kurang lebih lima belas menit mereka berbincang, tapi lelaki rahasia yang katanya ingin mengungkapkan perasaannya itu tak juga datang. Apa memang telat? Kenapa Yamazaki maupun yang lainnya tak mengatakan apa-apa tentang lelaki itu? A
***"Bagaimana Gadis? Apa kamu mau menerima Sensei?" tanya Fatih memastikan lagi.Gadis bingung, haruskah ia langsung menjawabnya? Di hatinya masih banyak pertanyaan yang mengganjal dan ia butuh jawaban agar tidak ada lagi keraguan di hatinya. Apalagi yang ia tahu kalau Yamazaki dan Aisyah menyimpan perasaan satu sama lainnya. "Saya butuh waktu untuk menjawabnya," balas Gadis."Aku kasih waktu maksimal seminggu kamu menjawabnya!" tegas Yamazaki."Kenapa hanya seminggu?" tanya Gadis terkejut."Jangan terlalu lama, Gadis. Hal itu tidak baik dan juga agar Syetan tidak ikut terlibat dan membuatmu ragu pada niat baikku ini," jawab Yamazaki.Gadis mengangguk. "Baik, Sensei. Nanti saya akan memberitahukan jawaban saya pada Sensei langsung.""Aku tunggu dan jika banyak keraguan di hatimu, kamu bisa tanya langsung padaku ataupun pada Raisya. Tanyakan saja apa yang mengganjal di hatimu," ucap Yamazaki. Gadis
***Sudah tiga hari berlalu... Sejak Yamazaki mengungkapkan perasaannya pada Gadis dan meminta perempuan itu untuk menjadi pendamping hidupnya, semua terasa begitu cepat bagi Gadis dan ia pun masih merasa bahwa apa yang terjadi adalah mimpi. Dan semenjak perasaannya terungkap, Yamazaki lebih menjaga jarak dengan Gadis, ia tidak ingin seringnya pertemuan dengan perempuan itu membuat ia lepas kendali dan lancang menikmati wajah indah Gadis yang tiap malam ia curi untuk dibawa dalam tidurnya.Bagaimana dengan sikap Gadis? Tentu saja ia pun tak pernah sebebas bicara seperti dulu, hatinya agak malu dan juga setiap tak sengaja melihat Yamazaki, dadanya pasti berdebar lebih cepat. Gadis tidak ingin Yamazaki menyadari bahwa dirinya selalu gugup jika berada dekat dengannya.Gadis melepas lelah akan tugasnya di perpustakaan kampus, ia ingin meredakan semua rasa kalutnya dengan membaca buku yang ia sukai. Baru saja ia duduk, kedua matanya terbelalak sempurna sa
***Gadis tersenyum tipis, ia memang agak ragu karena masa lalu dirinya. Lelaki itu memang selalu ada dalam pikirannya, tapi untuk memulai ke arah pernikahan membuatnya harus berpikir seribu kali karena ia masih sedikit trauma dengan usia pernikahannya yang sangat singkat. Devano dulu adalah lelaki manis nan romantis yang tak pernah terbesit di dalam pikirannya kalau lelaki itu akan selingkuh dan mengkhianati janji suci keduanya di hadapan Allah. Lantas dengan waktu yang singkat ini, bagaimana bisa ia percaya penuh? Gadis takut jika kebahagiaan ini hanya akan berumur pendek atau manis di awalnya saja.Yamazaki menangkap keraguan di kedua mata Gadis, ia menghela napasnya panjang dan mengeluarkan selembar surat dari saku kemejanya dan menyerahkannya pada Gadis. "Ini baca surat untukmu, aku menulis ini karena sepertinya kamu masih tidak yakin dengan niat baikku," ucapnya. "Teruslah shalat dan berdzikir agar hatimu Allah jauhkan dari keraguan yang Syetan berikan.
***Gadis melangkahkan kakinya ke masjid Indonesia-Tokyo yang berada di Meguro, Tokyo. Hari ini ia tidak pergi ke ke kampus karena memang tidak ada jadwal dan memanfaatkannya untuk bertemu dengan Maryam, guru ngaji dan tempatnya untuk cerita segala hal. Gadis memang ingin menceritakan semuanya pada Maryam mengenai Yamazaki, lelaki yang ternyata diam-diam menaruh perasaan padanya."Assalamu'alaikum... " Sapa Gadis dengan senyum sumringah, ia langsung masuk ke salah satu ruangan masjid yang Maryam biasa di sana."Wa'alaikumussalam," balas Maryam dengan mengukir senyum.Gadis langsung berlari kecil dan memeluk Maryam membuat perempuan itu sedikit terkejut. "Kenapa manja begini? Pasti ada hal bahagia yang ingin kamu ceritakan sama Kakak ya?" tanya Maryam menebaknya.Gadis melepaskan pelukannya dan ia pun mengangguk malu-malu dengan wajah yang merah merona."Jangan-jangan ada lelaki yang ingin melamarmu ya?" Maryam menebak