Meredith membuang buketnya dan dengan bergegas berlari ke depan Madeline. Dia mulai menangis, dan seperti biasa, memasang topeng menyedihkan di wajahnya.“Maddie, hari ini adalah hari pertunanganku dan Jeremy. Aku tahu kau membenciku, tapi aku harap kau tidak melakukan apa pun yang impulsif untuk menyakiti orang yang aku cintai.”“Madeline, hari ini adalah hari pertunangan putriku tersayang dan calon menantuku. Kalau kau tidak ingin mendapat masalah, pergilah sekarang!” Sean memperingatkan dengan suara tegas, berniat mengusirnya.“Madeline, untuk seorang perempuan kejam dan tak berperasaan sepertimu, masih bisa hidup sampai sekarang… Itu sudah termasuk lolos dari hukuman dengan sangat mudah. Enyah sekarang! Kalau tidak, aku akan membuatmu menyesali ini!" Eloise mengancam.Madeline patah hati parah. Namun, ia masih menampakkan ekspresi tenang di wajahnya. Ia tersenyum lebar, dan berkata, “Apakah Anda tahu cara membaca peruntungan saya, Mrs. Montgomery? Saya mengalami kesulitan hidup hin
“Madeline!”Dengan panik Jeremy bergegas lari ke arah Madeline. Dia tidak tahu seberapa besar ketakutan dan teror yang ada di hatinya saat meneriakkan nama Madeline.Kaki Madeline sudah menyerah saat ia bersandar ke dinding untuk memaksa dirinya berdiri. Namun, ia tetap tidak dapat melakukannya tidak peduli seberapa keras ia berusaha. Bahkan kesadarannya mencoba melayang dan mengembara.Jeremy akhirnya sampai dan langsung memeluk tubuh gemetar Madeline.Melihat bibir Madeline yang berlumuran darah, jantung Jeremy melonjak sampai ke tenggorokannya dan dia pun merasakan ketakutan yang belum pernah dia rasakan sebelumnya.“Jeremy!" Meredith ikut berlari sambil menatap Madeline yang berada di ambang kematian. Tentu saja dia sama sekali tidak merasa khawatir, tapi dia sangat tidak senang melihat perlakuan Jeremy terhadap Madeline sekarang.“Jeremy, para tamu sedang menunggu. Bagaimana kau bisa meninggalkan Mer dan mengejar perempuan ini?" Eloise juga datang. Dia menatap Madeline yang tadi m
“Enyah kau! Jangan sentuh dia!”Tiba-tiba Jeremy meraung. Dia berlari keluar sambil membopong tubuh Madeline ke pinggir jalan sebelum akhirnya memanggil taksi.Selama beberapa detik Ava terjebak dalam kebingungan sebelum akhirnya berlari mengejar Jeremy.Meredith and Eloise juga bergegas lari. Mereka tidak sempat menghentikan Jeremy saat melihat pria itu sudah berada di dalam taksi bersama Madeline.Ava mengepalkan tinjunya dan menggertakkan gigi-giginya. Tanpa pikir panjang, dia mengejar mereka.Lampu di dalam ruangan IGD menyala saat Jeremy duduk di ruang tunggu dengan diam. Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi apa pun.Kehangatan dan aroma tubuh Madeline masih tertinggal di kedua tangannya. Namun, kemeja putihnya telah ternoda oleh darah yang tadi dimuntahkan gadis itu. Terlalu banyak darah dan menjadi pemandangan yang tak menyenangkan untuk dilihat.Dia memejamkan matanya, benaknya dipenuhi dengan apa yang Madeline katakan sebelum gadis itu menutup matanya.“Jeremy Whitman! Daki bum
Kata perawat, menyerahkan surat pernyataan penyakit kritis.Selembar kertas tipis mendarat di tangan Jeremy, tapi terasa seperti batu berat yang membebani dirinya. Tekanan tak terlihat ini membuatnya sangat tidak nyaman.Pernyataan penyakit kritis…Apakah gadis itu akan meninggalkan dunia ini dan jauh dari pandangannya?Dia tak akan membiarkan itu terjadi!“Jeremy, karena sekarang kondisinya sudah begini, kau harus menandatangani pernyataan itu dan merelakan Maddie pergi dengan damai." Meredith maju dan menasehatinya, meraih lengannya.Namun, Jeremy malah mendorong gadis itu dan meremas surat pernyataan penyakit kritis itu menjadi bola. Matanya merah. “Pernyataan penyakit kritis apa? Madeline selalu baik-baik saja. Bagaimana dia bisa tiba-tiba dalam kondisi kritis? Kau harus menyelamatkannya. Jika terjadi sesuatu padanya, jangan berpikir kau akan bisa menjalankan rumah sakit ini lagi!”Perawat malang itu mulai gemetaran saat melihat ekspresi menakutkan Jeremy. Dia berbalik dan berlari
Bagaimana mungkin?Dulu dia sama sekali tidak peduli pada gadis itu. Dia tidak pernah peduli pada Madeline.Jeremy terus menghipnotis dirinya sendiri sambil menekan perasaannya. Namun, rasa sakit yang hebat di hatinya memaksanya untuk menerima kebenaran yang tak dapat dia sangkal lagi.DIA TELAH JATUH CINTA PADA MADELINE.Dia tidak tahu kapan itu dimulai, namun dengan perlahan Madeline membangun sebuah rumah di dalam hatinya.Dia ingat bahwa dia mencintai Meredith. Dia mencintai Meredith, gadis yang telah dia beri janjinya ketika mereka masih sangat muda. Mengapa orang itu malah menjadi Madeline?Jeremy memijat pelipisnya, dia diselimuti kegelisahan. Matanya menatap cahaya di ruang operasi yang masih menyala. Dia merasa seolah-olah dia telah kehilangan sesuatu yang penting dalam pasir isap ingatannya, dan tak bisa mendapatkannya kembali.Sehari penuh sudah berlalu namun lampu di ruang operasi masih juga belum dipadamkan.Meredith sudah tidak sabar, namun saat ini Jeremy terlihat sangat
Jeremy langsung merasakan sakit yang teramat sangat di hatinya. Kedua matanya melebar, sangat lebar sehingga terlihat seperti akan jatuh dari rongganya. “Apa yang Anda maksud dengan kami sudah berusaha sekuat tenaga?” dia bertanya. Kata-kata dokter tadi adalah kata-kata yang tidak ingin didengar oleh anggota keluarga.Seorang dokter menatapnya dan menghela nafas. “Sebuah keajaiban karena pasien masih bisa hidup sampai hari ini. Saya ikut berduka cita.”Dia tidak akan menerima hasil ini apapun yang terjadi.Dia ingin Madeline hidup.Dia ingin gadis itu hidup agar bisa mendengarkan dirinya mengatakan yang sebenarnya.“Saya memeriksa pasien ini tiga tahun lalu. Saat itu, dia hamil dan saya memintanya untuk menggugurkan bayinya. Namun, dia bersikeras untuk melahirkan anak tersebut. Saya pikir, baginya anak itu lebih penting daripada nyawanya sendiri. Sekarang setelah dia pergi, anak itu akan bisa hidup untuk ibunya. Saya pikir itu semacam penghiburan." Seorang dokter wanita menimpali. Sete
Jeremy berteriak dengan kejam, menyebabkan Meredith cepat-cepat berbalik dan lari tunggang langgang.Tak seorang pun berani memasuki ruangan itu lagi. Di saat yang bersamaan, tak seorang pun mengerti mengapa Jeremy bertindak seperti ini.Semua orang di Glendale tahu kalau Jeremy mencintai Meredith, tapi sekarang, pria itu sangat enggan melepas mayat mantan istrinya. Apa yang terjadi?Daniel mengetahui kabar tentang kematian Madeline dari Adam. Dia langsung bergegas pergi ke rumah sakit begitu mendengar kabar itu namun dihentikan beberapa pengawal Jeremy di pintu masuk ruang operasi.Dia bersitegang dengan para pengawal Jeremy untuk beberapa saat. Kemudian, pintu ruang operasi terbuka dan Jeremy melangkah keluar.Saat melihat Jeremy, Daniel membebaskan dirinya dari kepungan para pengawal itu dan berlari ke arah Jeremy.“Pembunuh kau, Jeremy! Kau telah membunuh Maddie!” Daniel berteriak sembari hendak memukul Jeremy.Jeremy menangkap tangan Daniel dengan acuh tak acuh, mengangkat kepalan
Dua kata yang dia ucapkan terdengar lirih. Seolah-olah dia sudah menggunakan semua tenaga di tubuhnya.“Jeremy, aku tak akan memberikan Madeline padamu lagi! Bertemu denganmu adalah hal paling sial yang pernah terjadi pada Maddie. Apa kau hanya akan puas setelah kau hancurkan tulang-tulangnya menjadi debu?”Saat mendengar semua tuduhan Ava, Jeremy merasakan kedua pelipisnya berdenyut hebat. Dia mengulurkan tangannya, nada bicaranya tegas. “Berikan dia padaku!”“Tidak! Lebih baik aku mati daripada memberikan Maddie padamu!”Ketika Jeremy melihat Ava menolak untuk memberikan abu Madeline padanya, dia merasa seperti akan meledak.Dia mengulurkan tangannya dan merampas guci itu, dan tentu saja, dia berhasil mendapatkannya.Dia membawa abu Madeline dan berlari ke mobilnya. Dia mendengar Ava menyumpahinya di belakangnya, maka dia bergegas menginjak gas. Lalu, seperti seorang pencuri, dia meninggalkan lokasi.Sejak masih kecil, Jeremy selalu mendapatkan apa pun yang dia inginkan. Tak seorang