Share

48

48

POV TAMA

KUPILIH JALAN TERAKHIR

          Raung ambulans masih terngiang-ngiang di telinga. Bahkan hingga jenazah Papa sudah selesai dimakamkan di pemakaman keluarga yang lokasinya tak jauh dari rumah. Perasaan nelangsa begitu melekat di jiwa maupun raga. Aku memang hampir kepala lima, tetapi kehilangan seorang ayah bukanlah hal mudah bagiku. Terlebih, Papa adalah sosok pria baik yang penyayang. Dekat dengan keluarga dan selalu mengorbankan apa pun demi kami anak-anaknya.

          Trauma kehilangan itu tentu membuatku begitu sangat terguncang. Saat malam tiba dan semakin beranjak larut, kekosongan hati ini semakin nyata adanya. Apalagi ketika aku telah masuk ke kamar dan hanya berdua saja dengan Indri yang sedari siang tak kuajak berbicara sepatah kata pun. Jangankan bertukar kalimat, memandangnya pun aku begitu sakit. Ya, hatiku benar-benar hancur

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status