"E ... Nada, aku-""Apa karena cinta kamu sampai merendahkan dirimu sendiri?" tukas Nada dengan penuh cibir.Erina jelas saja gugup dan kaget setengah mati. Dia pikir yang di dalam kamar mandi itu Nada dan Ethan, tapi ternyata Nada tidak di dalam. Itu artinya di dalam hanya Ethan saja. Erina membuat gerakan tidak terkeontrol karena tatapan tajam melekat Nada padanya.Semakin melihat Erina gugup, semakin tatapan Nada menusuk. Dia benar-benar tidak menyukai adik tiri suaminya itu dan baginya apa yang dilakukan Erina sangat lancang. Gadis itu telah berani masuk ke dalam kamar Ethan tanpa permisi."Bukankah sudah pernah ku katakan, aku tidak akan membiarkan siapa pun yang ingin merebut suamiku hidup dengan nyaman?" ucap Nada sembari melangkah dengan pelan mendekati Nada.Meski langkahnya lambat, namun dalam langkah itu ada banyak bom yang siap meledak membuat Erina semakin gemetar. Ditambah tatapan dan ekspresi wajah Nada yang menghunus dingin, namun tajam, Erina semakin terpojok."Nada,
"Erina, mana Ethan?" Syahna heran melihat putrinya kembali dengan wajah cemberut dan tidak bersama Ethan atau Nada.Erina tidak menjawab. Hatinya masih sangat kesal dan marah, juga ada rasa cemburu di dalam dirinya. Terjebak oleh ulahnya sendiri, masih juga melihat kemesraan Ethan dengan Nada membuatnya dibakar api cemburu.Erina duduk di sampjng ibunya dengan hentakan kecil melampiaskan kemarahannya."Erina?" Michael pun mempertanyakan.Dia juga bingung melihat wajah Erina cemberut. Apalagi cara Erina duduk menimbulkan bunyi berderit dari kursi yang ditarik kasar. Apa yang dilakukan Erina ini dianggap tidak sopan dilakukan oleh seorang gadis. Apalagi gadis dalam keluarga Andrew.Michael hendak memberikan Erina teguran, namun baru juga bibirnya membuka hendak bicara, tiba-tiba ...."Kami di sini, Pa," sahut Ethan di saat Syahna dan Michael memperhatikan Erina.Ethan dengan menggandeng tangan istrinya berjalan menuruni anak tangga. Senyumnya mengembang saat menatap Michael. Saat mel
"Erina, kenapa kamu di sini?" Ethan terkejut melihat Erina ada di kantornya, di mana Nada bekerja."Kak." Melihat Ethan menyapanya, Erina yang tadinya berjalan dengan santai hendak ke ruang kerja Jude langsung berhenti. Masih enak dilihat bila dia hanya berhenti dan menunggu hingga langkah Ethan mendekat padanya, sepertinya gadis itu tidak sabar, makanya dia bergegas mendekati Ethan.Tanpa peduli ada beberapa mata melihatnya, Erina langsung saja melingkarkan tangan pada lengan Ethan dan bersandar kepala dengan manja."Kak, kenapa belum pindah ke rumah?" tanyanya dengan suara manja.Ethan dan Nada pernah mengatakan pada Michael bila mereka akan segera pindah ke rumah utama mereka, dimana Erina dan Syahna tinggal."Erina, jaga sikapmu!" Suara Ethan memang lirih, namun penuh penekanan. Dia tidak mau memancing keributan.Ethan berusaha melepaskan tangannya dari Erina, namun tangan adik tirinya itu terlalu sulit untuk diurai. Bukan kali ini saja, sejak dulu bila Erina telah bergelayut dan
"Hei, kalau jalan pakai mata!" "Kamu tuh yang harusnya pakai mata! Mata sudah empat masih saja nggak lihat."Danica membuka kacamatanya. Mata yang dihiasi dengan warna gelap semakin membuat sorot matanya semakin terlihat galak dan garang. Ditambah dengan kemarahan karena seseorang menabraknya, Danica semakin terlihat seperti macan betina yang sedang melahirkan."Ternyata anak ingusan!" Senyumnya mencebik."Apa kamu bilang?" Erina yang juga tidak terima karena bertabrakan dengannya, ditambah Danica menyebutnya anak ingusan, langsung tersuliut emosinya. Erina menyerang dengan brutal dan menjambak rambut Danica. Jelas saja apa yang dilakukan Erina tidak bisa diterima oleh Danica. Dia pun membalas dengan perlakukan yang sama sehingga kedua wanita itu saling menjambak, saling mencengkeram dan saling memaki, hingga akhirnya terjadilah keributan di perusahaan Ethan yang menggemparkan dan menarik perhatian seluruh karyawan yang ada di sekitar mereka berada.Berita keributan ini langsung sa
"Sekarang kamu boleh menertawakan aku, Nada, tapi tidak untuk lain kali," gerutu Danica dengan wajah penuh kebencian dan dendam. "Ethan akan menjadi milikku seutuhnya karena seharusnya dia menikah denganku, bukan kamu."Setelah diusir secara paksa oleh satpam atas perintah Ethan, bahkan dua satpam itu melemparkannya dari pintu utama perusahaan, Danica berdiri menatap pintu masuk dengan berkacak pinggang.Bara api kemarahan berkobar dalam dirinya atas kemenangan Nada. Saudara tirinya itu sudah berani menentang, bahkan mempengaruhi Ethan untuk membencinya. Danica kembali menggerutu dan memaki dalam hati, lalu berbalik untuk pergi."Danica!"Namun, baru beberapa langkah kakinya beranjak, sebuah suara yang familiar membuat kemarahannya kembali meradang. Geram, tinjunya menggenggam erat. Dengan hitungan waktu, tubuhnya berputar dengan cepat seiring dengan wajah garang."Apa? Mau cari ribut lagi denganku?" bentaknya."Sengak amat!" Erina mencebik menanggapi kemarahan Danica."Kamu itu yang
"Apa kalian sedang membicarakan kami?" Suara bass Ethan terdengar tegas menambah tegang ruangan, namun membuyarkan."Kalian sudah datang."Michael menyambut kedatangan mereka dengan senyum. Majalah yang sejak tadi berada di tangannya meski Syahna mengambilnya, karena kedatangan Ethan dan Nada, Michael meletakkan di atas meja. Pria setengah baya yang masih terlihat gagah itu berjalan menyambut keduanya."Ayo, kita bicarakan di dalam saja!" ucap Michale menyentuh punggung Ethan dan mengajaknya masuk ke dalam.Ethan mengarahkan mata pada Syahna dan Erina dengan tatapan peringatan. Dia siap memberi mereka pelajaran bila keduanya tidak bisa menjaga sikap dan bicara, lalu merangkul kembali pinggang Nada dan mengajaknya mengikuti Michael."Ma." Erina menyenggol lengan Syahna menggunakan lengannya juga."Kita lihat saja bagaimana wanita miskin itu merayu papa," sahut Syahna. Tatapan matanya menyorotkan kebencian pada punggung Nada yang selalu nempel pada Ethan."Nada harus cerai dari Ethan. E
"Ethan, mau ke mana?" tanya Michael ketika melihat putranya tiba-tiba berdiri sembari menggandeng tangan Nada.Dia pikir Ethan akan membawa Nada pergi dari rumah itu karena marah pada Syahna dan Erina.Mata Ethan melirik sinis pada Syahna dan Erina sebelum menjawab pertanyaan papanya."Ke kamar, Pa. Kamar adalah tempat yang paling nyaman di rumah ini untuk kami berdua," jawabnya. Kembali ekor matanya melirik dua wanita yang tidak bisa berkata-kata lagi."Sebaiknya makan dulu! Bibi sudah menyiapkan makan malam."Ethan tidak mau membuat keputusan sendiri. Kali ini bola matanya menatap teduh sang istri meminta pendapat.Nada mengangguk. Meski merasa tidak nyaman tinggal di sana, namun dia menghormati papa mertuanya."Baiklah." Ethan setuju.Selama makan malam berlangsung, Syahna dan Erina masih saja terbungkam. Sepertinya perkataan Ethan untuk mereka menjadi lem yang sangat kuat sehingga bibir mereka tidak dapat terbuka lagi untuk menyerang Nada."Ethan, kapan kalian mau pindah ke rumah
"Sini, biar aku bantu keringkan rambutmu!" Ethan mendekati Nada dan membantu melepaskan handuk putih dari kepala Nada."Tidak perlu," tolak Nada.Nada memutar tubuh menghadap Ethan karena tadi dia duduk menghadap cermin di meja rias. Nada kembali mengambil handuk itu dari tangan Ethan, lalu melemparkan ke ranjang tempat pakaian kotor. Kembali tangannya meraih kedua tangan Ethan dan menggenggamnya.Kepala Nada mendongak untuk bisa melihat wajah Ethan karena suaminya itu berdiri, sedangkan dia duduk sehingga tinggi mereka tidak sejajar."Sayang?" Ethan memberi ekspresi atas penolakan istrinya. Ini tidak biasa. Biasanya setelah mereka mandi bersama dan rambut Nada basah, dia selalu membantu istrinya mengeringkan rambut. Nada paling tidak suka mengeringkan rambut menggunakan hair dryer. Meski begitu, Ethan dengan sabar membantu mengusap handuk pada rambut Nada dengan lembut."Biarkan sedikit basah," ucap Nada memberikan senyum saat melihat wajah murung Ethan."Kenapa? Nanti kamu masuk ang