Sera masih terdiam. Dia tidak mengerti sebenarnya apa keinginan Anggoro. Yang jelas, dia tidak bisa menjawab pertanyaan itu. Sebuah pertanyaan yang sangat rahasia. Bagaimana masa lalunya, yang mengetahui hanya ayahnya yang sekarang entah di mana keberadaannya.Sejak Sera meninggalkan ayahnya di rumah sakit karena mengalami serangan jantung dan menikahi Anggoro, dia tidak pernah tahu sekarang ayahnya tinggal di mana. Sera berharap sang ayah masih berada di rumah lamanya."Kalau kau tidak mengatakannya, aku bisa melakukan sesuatu yang sama sekali tidak kau duga." Anggoro kembali lagi mengancam Sera."Lakukan saja apa yang ingin Tuan lakukan. Bukankah aku seorang budak? Bahkan Anda menikmatiku saja ... aku tidak bisa menolak bukan?""Jangan munafik, Sera. Kau tidak menolakku karena kau memiliki perasaan denganku. Semua wanita sama saja. Selalu menyukai pria kaya seperti diriku. Karena untuk kepentingan mereka.""Kalau begitu, lepaskan saya. Biarkan saya pergi. Jangan pernah memberi apa p
Hujan yang seharusnya bisa membuat tubuh terasa dingin dan menggigil, malah sebaliknya. Di dalam mobil itu semakin panas. Mereka berdua menikmati apa pun yang mereka lakukan. Saling memuaskan masing-masing.Anggoro terus menatap Sera yang sudah berkeringat. Masih saja berada di atas pangkuannya. Membuat dia merasakan kenikmatan yang luar biasa, apalagi wajahnya yang sangat cantik. Menatap dirinya disertai desahan, yang membuat Anggoro semakin berhasrat.'Pamela selalu memuaskanku. Apa pun dia lakukan untuk membuat aku puas. Tapi ... kenapa aku sangat menyukai percintaan dengan Sera? Apakah aku memang sudah mencintainya?' batin Anggoro sambil terus menatap wajah Sera. Dia menarik leher Sera dan kembali menikmati bibirnya, ingin memastikan sesuatu yang berada dalam perasaannya.Desahan itu semakin terdengar keras. Anggoro tidak ingin mengakhirinya. Tapi dia juga tidak mau menyakiti Sera. Wanita itu sedang hamil. Seharusnya dia tidak melakukan itu. Anggoro pun mengakhiri persatuan yang s
Berhubungan dengan Pamela? Bagaimana bisa Bima berhubungan dengan wanita itu? Sudah jelas kalau saat itu Bima sudah melakukan dengan Sera, walaupun dia ternyata masih suci. Tapi ... sudah jelas Sera tidak mengenakan busana walaupun sebenarnya ketika itu dia pingsan dan tidak tahu apa pun yang terjadi saat malam, hingga dia bangun ketika pagi. Lalu ... bagaimana mungkin Bima bisa melakukannya dengan Pamela? Apakah mereka sebenarnya sudah kenal?Sera menarik napasnya. Tentu saja dia sangat terkejut. Sosok wanita itu baru saja dia kenal saat dia menikahi Anggoro. Lalu ... apa hubungannya dengan Bima? Bahkan selama ini Sera tidak pernah melihat Bima bersama dengan Pamela ataupun wanita lain selain Maya."Jangan pernah berkata yang tidak benar, Tuan. Saya tidak pernah melihat wanita itu. Jika Tuan berbicara tidak benar, akan mempengaruhi jabatan Tuan sekarang.""Jabatan?" tanya Anggoro sambil mengangkat salah satu alisnya. "Jadi kamu masih memikirkan jabatanku sekarang?" Anggoro tertawa sa
Sera berjalan menerabas semua kerumunan warga. Semula para warga itu berteriak, meminta Anggoro untuk berhenti dari jabatannya. Tetapi mereka spontan terdiam saat melihat Sera berjalan menatap mereka dengan tajam dan berdiri di tengah-tengah."Kalian jangan pernah main hakim sendiri!" teriaknya dengan keras sambil menunjuk semua warga itu. "Aku yang bersalah. Aku yang sudah melakukan hal buruk. Untuk apa kalian main hakim sendiri! Siapa yang bisa menggantikannya? Siapa yang bisa membuat kalian jaya? Tidak ada lagi selain Bupati Anggoro!" lanjutnya masih berteriak."Untuk apa kami membutuhkan seorang Bupati pembohong seperti dirinya? Apalagi kau!" ucap salah satu warga sambil menunjuk Sera. Lelaki yang sangat tinggi itu dan berkacamata, kini berdiri tepat di hadapan Sera."Kami hanya ingin seorang pemimpin yang bertanggung jawab. Tidak memiliki kasus ataupun jejak yang sangat memalukan seperti dirimu!" lanjutnya masih saja membenarkan kacamatanya yang turun ke hidungnya. Kemudian dia m
Pamela terdiam mengamati Sera dengan salah satu alis terangkat. Tentu saja dia menyembunyikan sebuah rahasia besar. Jika terbongkar dia pasti akan hancur. Tapi itu bukan rencananya. Sekarang dia berhasil membuat Anggoro pergi dari sana karena memang itu adalah perintah dari Simbah. Wanita tua itu tidak mau Anggoro menghadapi warga yang mulai kurang ajar kepadanya. Selama ini Simbah selalu saja memberikan sembako gratis ataupun sekolah gratis bagi anak-anak yang terpilih. Dia merasa dikhianati oleh para warga yang sudah berani melawan Anggoro. Simbah membiarkan Sera untuk mengatasi ini semua, karena memang itu adalah tugas seorang budak. Parahnya dia mempercayakan itu kepada Pamela.Sebelum Pamela berani menampakkan dirinya, Simbah meminta dia untuk masuk ke dalam kamarnya ditemani oleh Maya. Kedua wanita itu terkejut, apalagi Simbah memberikan sebuah cek yang sangat fantastis."Aku tidak akan pernah meminta seseorang melakukan perintahku dengan gratis," ucapnya kemudian menyodorkan
Pamela tertawa dengan keras. "Hahaha!" Dia menggelengkan kepala, kemudian menatap semua warga yang masih terpaku dengan drama yang berada di hadapan mereka. Para wartawan pun segera memasang kedua telinga mereka dan bersiap untuk mencatat apa pun yang bisa menunjang berita mereka. Kejadian hari ini adalah sesuatu yang sangat menarik dan bisa membuat perusahaan mereka menjadi laris manis. Sebuah berita yang sangat ditunggu masyarakat. Yaitu kehidupan dari keluarga kaya raya Anggoro, yang selalu menjadi sorotan dan selalu asik untuk diperbincangkan."Lihatlah!" teriak Pamela. "Hmm, bagaimana bisa ... wanita sangat anggun seperti diriku dan berkelas melakukan hal bodoh seperti itu?"Pamela membuka tasnya. Mengeluarkan sebuah foto dan menunjukkan ke semua orang."Ini adalah sebuah bukti jika istri Bupati sudah melakukan perselingkuhan di belakang suaminya."Semua warga kini memaki Sera. "Istri tidak berguna!" Menunjuknya tanpa henti dan menghakimi Sera dengan makian yang sangat kasar."M
Willem mendekati Pamela. Dia lanjut berkata, "Kita memiliki tujuan yang sama sebenarnya. Aku tidak menyukaimu. Tapi aku tidak punya pilihan lain dan kau pun seperti itu." Nadanya cukup pelan. Tapi pandangannya tetap saja masih tajam."Kita akan membicarakan ini," jawab Pamela singkat, kemudian menggelengkan kepalanya ke arah parkiran. Dia berjalan ke sana diikuti dengan lelaki Belanda itu. Kemudian mereka sama-sama masuk ke dalam mobil Pamela."Kenapa kau kembali Pamela?" tanya Willem tiba-tiba. "Hmm, yang aku dengar kau sudah pergi bersama dengan seorang pengusaha kaya raya dari Belanda. Kebetulan dia temanku. Kau tahu kan, dia sangat marah saat kau mendadak meninggalkannya." Willem masih menatap Pamela yang duduk di kursi kemudi sambil bersedekap."Tidak perlu kau bahas. Untuk apa aku mengatakan semuanya kepadamu? Semua itu bukan suatu hal yang harus aku ceritakan." Pamela kali ini sedikit kesal."Justru kau yang harus mengatakan tujuanmu. Tidak aku sangka selera kalian, para lelaki
"Satria, kau masih kecil. Tidak perlu ikut campur dengan semua yang berhubungan dengan masalah di rumah ini!" Anggoro mendekati anaknya, kemudian akan memutar kursi roda itu dan membawanya keluar. Namun, Satria segera menekan tombol yang berarti menghentikan roda itu."Aku tahu siapa yang meracuni Ayah. Bahkan aku merekamnya." Satria segera mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan kepada Simbah yang hanya terdiam. Dia memang melihat Pamela yang melakukannya."Aku sudah menduga wanita itu adalah kuman di rumah ini," ucap Anggoro dengan nada dingin. "Dia bisa saja membunuhku atau membunuh siapa saja. Ibu, dia yang harus diusir!" Anggoro berkata dengan tegas, namun ternyata sang Ibu tetap menggelengkan kepala."Dia tidak akan pernah pergi," balas Simbah masih saja mengejutkan Anggoro."Ayah mendengar Nenek bukan? Ya, Ibu Pamela tidak akan pergi dari sini. Sementara, Ibu tiriku yang akan pergi."Anggoro masih saja semakin tidak mengerti. Kenapa mereka berdua seperti itu? Dia tidak akan pern