Penghakiman yang luar biasa. Sera tidak ingin mendengar hal itu. Semua yang dilakukannya itu secara refleks. Tidak pernah berpikiran untuk menjadi, atau menggantikan posisi Bupati saat ini. Mana mungkin Sera memiliki tujuan seperti itu. Dia hanya ingin menunjukkan jika dirinya peduli dan ingin menolong suaminya."Tuan, apa yang sudah Tuan katakan? Tentu saja aku tidak seperti itu.""Lalu, apa ini semua?" Anggoro masih membentak. "Sera, awalnya kau bekerja sama dengan ibuku. Bahkan dia meminta aku diam saja dan mengurungku. Sementara kau berjuang sendiri di sana. Itu sama saja kau sudah mempermalukan aku. Seorang laki-laki yang bersembunyi di ketiak ibunya!""Apa aku harus membuktikan sesuatu, kalau aku tidak pernah memiliki tujuan seperti itu? Untuk apa aku ingin menjadi seorang Bupati? Itu tidak mungkin!""Argh!"Sera merasakan sesuatu yang sakit pada perutnya. Sebenarnya dia belum sembuh. Dokter masih menyarankan dia untuk beristirahat. Namun, apa yang terjadi? Sesuatu sudah membuat
"Bima, kenapa dia ada di sini? Seharusnya aku bertemu dengan Willem. Bukan dengannya." Sera sedikit cemas. Dia mengamati sekitar memastikan tidak ada siapapun yang berada di sana."Sera. Aku tahu kau akan menemui Willem bukan? Hmm, dan aku membuat dia tersesat," ucap Bima tentu saja mengejutkan Sera. "Bima, ini tidak lucu!" balas Sera tegas."Sekarang kau harus menemuiku. Kita akan pergi dari sini." Bima menarik Sera dengan keras."Jangan!" Mbok yang melihat segera berlari ke arah mereka, menarik lengan Sera dan mencegahnya."Dia ini istri Bupati. Jangan pernah bertingkah kasar seperti ini." Mbok berkata dengan tegas sambil menunjuk Bima. Sangat berani sekali. Tidak peduli dia adalah Tuan yang harus dihormatinya."Saya tidak akan pernah membiarkan Nyonya mengikuti Tuan," lanjutnya masih dengan tegas. "Sudahlah, Mbok." Bima segera menarik Sera."Sera, kalau kau tidak mengikutiku, kau akan menyesal. Ini ada hubungannya dengan proyek yang sudah kau tandatangani bersama Gubernur."Sera
Anggoro sudah mengetahuinya? Bima memang tidak pernah bisa diduga. Dia datang dengan mendadak. Apalagi Willem memang tiba-tiba tidak muncul. Sebenarnya Sera menginginkan Willem dan bukan Bima. Ada apa ini sebenarnya?Sera masih saja terpaku sambil melotot ke arah Bima. Dia menepis kotak yang berisi gaun untuk makan malam.“Aku tidak peduli lagi, Bima. Entah suamiku mengetahuinya atau tidak, kau tetap tidak akan pernah bisa memperlakukan ini kepadaku.”“Sera …. Sera,” ucap Bima sambil menunduk dan mengambil kotak itu kembali. Dia membersihkan pasir yang menempel di ujung kotak berbahan kayu itu. “Harga baju ini sangat mahal sekali kau–”“Maksudmu tidak sebanding dengan diriku yang miskin ini?” sela Sera memotong ucapan Bima. “Aku sudah muak dengan semuanya. Aku tidak akan pernah mengikuti semua rencanamu.”Sera pergi dari hadapan Bima. Yang terpenting bagi dirinya, dia tidak akan pernah mau larut dalam rencana busuk itu. Dia akan menyelamatkan Bupati dari jabatannya.Sera berjalan meni
Brak!!!Anggoro menggebrak meja kerjanya. Parman yang berada di hadapannya hanya terdiam dan menunduk. Semua barang yang berada di atas meja berserakan.Anggoro mendapatkan pesan berupa video. Menunjukkan Sera bersama Mbok pergi ke pasar dan menemui Bima. Bahkan, foto Bima memberikan kado kepada Sera juga dia terima.Saat itu Anggoro dimakan kecemburuan yang sangat luar biasa. Anggoro tidak percaya Bima menghubunginya dan memberikan kabar seperti itu. Merasakan pengkhianatan yang luar biasa diberikan kepada Sera. Padahal dia sudah memperingatkan Sera untuk tidak keluar dari rumah itu karena kondisinya yang masih saja sakit dan mengandung.Saat itu Bima mengatakan Sera bahkan mau menemuinya secara diam-diam. Apa yang harus dikatakan Anggoro kecuali mengizinkan apa pun yang diinginkan Sera? Harga dirinya harus dia jaga. Jika dia mengatakan Sera memang melanggar perintahnya, Bima pasti akan menertawakan dirinya dengan puas. Dia berusaha tidak akan pernah peduli lagi dengan semua yang aka
Bima tidak mengerti apa yang sebenarnya dilakukan oleh Sera. Dia menambah kecepatan mobilnya. Bus itu berjalan sangat kencang sekali. Untung jalanan sangat sepi hingga dia tidak perlu menyalip beberapa kendaraan yang melintas di sana."Kenapa dia pergi dengan tiba-tiba dan meninggalkan semua warga itu? Apa yang sebenarnya terjadi?" gumam Bima terus berucap karena penasaran. Hingga dia terkejut Sera berada di dalam sebuah hotel tidak jauh dari lokasi proyek itu. Hotelnya benar-benar sangat kecil. Tidak mungkin seorang lelaki kaya raya seperti Willem menyewa di sana. Kedua matanya semakin melotot tajam saat melihat Sera akhirnya menuruni bus itu dan masuk ke dalam hotel.“Aku tidak akan pernah melewatkan kesempatan ini. Anggoro harus berpisah dengan Sera. Hmm, ya benar. Aku tidak tahan melihat Sera. Astaga, dia semakin cantik sekali. Mempesonaku seperti ini. Aku sangat bodoh saat itu meninggalkannya.” Bima kemudian keluar dari mobil dan segera menyeberang jalan. Dia tidak akan pernah me
Bagaimana bisa, seharusnya Sera sudah bersama Anggoro. Dan ... mereka seharusnya bertengkar sangat hebat.Pamela saat itu menghubungi Willem dan meminta lelaki Belanda itu menghubungi Sera. Menawarkan sebuah bantuan untuk menyelamatkan Anggoro dari pertaruhan yang sudah mereka lakukan. Pamela sangat paham. Sera pasti akan menyelamatkan suaminya itu.Ketika itu terjadi, dia segera menghubungi Anggoro. Meminta seseorang melakukannya dan membayar sangat mahal. Bahkan Pamela sempat mengirimkan foto Sera saat memasuki hotel ketika sudah turun dari bus. Anggoro memaafkan siapapun yang menghianatinya berkali-kali. Tapi, apa buktinya? Sera kali ini selamat. Bahkan video yang sudah beredar di media sosial pun menghilang begitu saja."Kau sangat berantakan sekali, Sera," ucap Pamela mendekati wanita itu dan mengamatinya dari atas sampai bawah. "Hmm, kau sangat kotor sekali penuh dengan debu. Dari mana saja kau?""Tentu saja aku harus menyelesaikan proyek yang sudah Simbah berikan kepadaku. Bahk
Willem semakin kesal. Dia membuang semua barang yang ada di hadapannya. Berteriak dan terus memanggil Sera."Argh!!"Pyar!!"aku bisa sangat gila. Bima mencegahku untuk menemui Sera. Dia sangat manis, bahkan aku percaya dia akan menunjukkan lokasi Sera. Namun, apa yang terjadi? Dia malah membuatku tersesat."Willem akhirnya masuk kembali ke dalam kamar dan menutup balkon. Dia menuju meja kemudian menuang anggur yang sudah dipesan sebelumnya ke dalam gelas. Meneguknya sampai tidak tersisa."Sesaat aku sangat senang Pamela menghubungiku dan memberikan rencana yang sangat luar biasa. Sera menuju ke sini dan menemuiku dengan sangat mudah. Namun, apa yang terjadi? Semua sia-sia!" teriaknya kembali kemudian melempar gelas itu ke depan hingga pecah berserakan di lantai."Aku terpaksa harus membuat Anggoro pergi. Ibunya sangat berkuasa. Dia pasti bisa keluar dari penjara dengan sangat mudah. Yang terpenting untukku saat ini, aku hanya ingin hidup bersama dengan Sera."Akhirnya Willem kembali
Malam itu kembali panas. Apa yang terjadi? Anggoro kembali menikmati tubuh Sera setelah sangat marah dan kecewa dengannya. Seperti biasanya, Sera tidak bisa menolaknya. Dia hanya bisa menerima dengan nikmat apa pun yang Anggoro lakukan.Puncak kepuasan pun sudah terlampiaskan. Kedua mata mereka menyatu dengan tajam. Saling bertatapan tiada henti. Tidak teralihkan sama sekali. Tampak sorotan kemarahan, namun menyenangkan. Rasa cemburu yang sangat luar biasa.“Kenapa kau datang dan menghancurkan hidupku?” tanya Anggoro sembari menempelkan keningnya. Kedua matanya memejam. “Kenapa kau selalu membuat kehidupanku setiap hari tidak tenang?” lanjutnya kemudian mengecup kening Sera. “Kenapa kau menyakiti hatiku seperti ini? Aku tidak mengenalmu dan aku menikahimu karena tujuan. Tapi, sepertinya alam malah berpihak kepadamu. Inikah hukumanku?” Kedua matanya terbuka lebar. Menatap angker Sera yang tak percaya dengan pendengarannya. “Katakan kepadaku? Siapa dirimu?”Mereka masih saling menatap