Keesokan harinya ....Di sebuah desa, tepatnya di bawah lereng bukit Jurang yang ada di wilayah kerajaan Kuta Waluya. Ada ribuan prajurit kerajaan Kuta Waluya tengah melakukan latihan di halaman barak yang semenjak satu tahun terakhir ini menjadi basis pertahanan mereka di wilayah tersebut.Dalam waktu dekat ini mereka sudah melakukan persiapan hendak menyerang kerajaan Randakala yang sudah menjadi musuh bebuyutan kerajaan Kuta Waluya semenjak lama. Karena pihak kerajaan Randakala bersekutu dengan pihak kerajaan Sanggabuana yang selama ini menjadi rival abadi kerajaan Kuta Waluya.Kebencian dalam diri Prabu Wihesa tak akan pernah pudar sedikit pun terhadap pihak-pihak kerajaan yang berkaitan erat atau bersekutu dengan pihak kerajaan Sanggabuana."Sekarang ini, kita sudah memiliki kekuatan baru dan memiliki armada yang sangat cukup untuk melakukan agresi terhadap pihak kerajaan Randakala," ujar salah seorang perwira senior yang berkedudukan sebagai lurah para prajurit yang ada di barak
Demikianlah, maka para penduduk pun tampak bahagia, mereka sangat antusias dalam menanggapi pengumuman tersebut. Kemudian, salah seorang pemuda maju beberapa langkah ke depan, lantas penduduk itu pun berkata, "Maaf, Panglima. Bolehkah aku bertanya." "Silakan! Apa yang hendak kau tanyakan?" jawab Panglima Sombala meluruskan pandangannya ke arah pemuda yang berdiri di hadapannya. Dengan demikian, pemuda itu pun segera mengajukan pertanyaan kepada sang panglima dengan sikap penuh hormat. "Selain upah, apakah ada keuntungan lain jika menjadi seorang prajurit kerajaan?" tanya pemuda itu. Mendengar pertanyaan seperti itu, Panglima Sombala tersenyum lebar, lalu menjawab, "Selain mendapatkan upah yang besar, kau juga akan mendapatkan pelatihan khusus. Kau akan dilatih ketangkasan dalam berperang dan tentunya akan mendapatkan jabatan yang baik jika prestasimu bagus selama bertugas menjaga keamanan kerajaan ini. Kau akan naik jabatan jika mempunyai prestasi dan itu akan dinilai langsung oleh
Kemudian langsung mengatur para prajuritnya, pasukan tersebut dibagi menjadi dua kelompok.Kelompok pertama segera bergerak ke selatan dan kelompok kedua lagi bergerak ke utara. Rencananya mereka akan melakukan pengepungan terhadap para prajurit musuh yang ada di barak itu, dengan formasi melingkar dari dua arah posisi barak prajurit kerajaan Randakala.Tanpa diketahui, ternyata kedatangan para prajurit kerajaan Kuta Waluya telah diketahui oleh para prajurit kerajaan Randakala. Meskipun demikian, mereka sengaja berdiam diri di dalam barak masing-masing. Seolah-olah, mereka tidak mengetahuinya.Akan tetapi, mereka sudah bersiap penuh dan menunggu pergerakan dari pihak musuh yang hendak menyerang mereka. Sementara itu, ada sekitar sepuluh prajurit kerajaan Randakala tengah berjaga di luar barak. Mereka tampak biasa-biasa saja, karena hal tersebut sengaja dilakukan untuk memancing para prajurit kerajaan Kuta Waluya agar mendekat."Kita segera bersiap-siap. Jika mereka sudah dekat, maka k
Dengan demikian para prajurit itu mulai mundur, dan mereka tetap bersiaga sembari menyaksikan serangan secara tiba-tiba yang dilakukan Panglima Jowara terhadap Senapati Komaladi."Hari ini, aku akan membinasakan, Senapati!" kata Panglima Jowara sembari mengangkat pedangnya yang sudah berlumuran darah."Kurang ajar! Apakah kau mampu menandingi kekuatan yang ada padaku?" tanya Senapati Komaladi penuh amarah."Kita buktikan saja! Aku atau kau yang akan bertahan hidup?"Setelah berkata demikian, Panglima Jowara langsung menyabetkan pedangnya ke arah Senapati Komaladi. Beruntung, pria paruh baya itu dapa menghindari serangan tersebut dengan sangat sempurna. Kemudian, ia pun langsung membalas serangan tersebut dengan senjata andalannya.Namun ternyata bahwa Senapati Komaladi mendapatkan lawan yang sangat gesit, sungguh tidak dikehendaki jika dirinya harus terdesak oleh serangan Panglima Jowara."Kurang ajar!" geram Senapati Komaladi.Orang yang ia hadapi ternyata seorang perwira tangguh dan
Setibanya di kaputren permaisuri, tempat keberadaan Saketi. Senapati Lintang langsung menghampiri Saketi yang saat itu tengah berbincang dengan adik angkatnya—Rangkuti."Sampurasun," ucap Senapati Lintang setelah berada di hadapan Saketi dan Rangkuti."Rampes," jawab Saketi dan Rangkuti serentak, mereka bangkit dan menjura kepada sang senapati.Mereka menyambut hangat kedatangan sang senapati dan segera mempersilakan Senapati Lintang untuk duduk."Silakan duduk, Paman!" ucap Saketi ramah."Terima kasih, Pangeran."Demikianlah, maka Senapati Lintang langsung duduk di hadapan Saketi dan Rangkuti. Kemudian berkata, "Gusti Prabu meminta Pangeran agar segera menghadap ke ruang utama."Mendengar perkataan dari sang senapati, Seketi mengerutkan kening. Lalu bertanya, "Ada hal apa, ayahanda memanggilku, Paman?""Entahlah, Paman juga tidak tahu," jawab Senapati Lintang bersikap hormat terhadap Saketi, meskipun Saketi adalah calon menantunya.Karena walau bagaimanapun, Saketi merupakan putra ma
Sore itu .... Di pendapa istana kerajaan Sanggabuana, Prabu Erlangga tengah berbincang dengan Senapati Lintang dan juga Junada, ada banyak hal yang sedang mereka bicarakan pada sore itu. Terkait tewasnya Senapati Komaladi dan juga Panglima Sombala. Selain itu, mereka pun tengah membicarakan terkait keberhasilan pasukan kerajaan Randakala yang sudah berhasil mematahkan serangan dari pihak kerajaan Kuta Waluya. Kedua hal itu, menjadi topik utama perbincangan Prabu Erlanggadengan kedua orang kepercayaannya itu. "Siapa di antara kalian yang mau menjalankan tugas dariku?" tanya Prabu Erlangga di sela perbincangannya dengan kedua orang kepercayaannya itu. "Hamba saja, Gusti Prabu," sahut Senapati Lintang dengan penuh hormat. "Baiklah, jika Senapati bersedia, Senapati bersama Saketi dan Sami Aji akan berang menjelajah ke wilayah kerajaan Kuta Waluya, untuk memburu Sukara yang sudah berkhianat terhadap kita," kata Prabu Erlangga meluruskan dua bola matanya ke wajah Senapati Lintang. Di a
Selesai makan, mereka kembali berbincang. Mereka duduk-duduk santai di hadapan api unggun."Aku sangat suka dengan suasana seperti ini, teringat masa-masa ketika aku berkelana dengan Sami Aji. Hingga bisa mengenal Paman Junada," desis Saketi.Senapati Lintang tersenyum lebar mendengar perkataan Saketi. Lalu berkata, "Paman harap kalian suka dengan tugas ini, anggap saja ini adalah waktu liburan kalian!"Saketi, Sami Aji, dan dua prajurit yang ikut dalam menjalankan tugas tersebut, hanya tersenyum sembari menganggukkan kepala.Lantas, Senapati Langkuta bertanya, "Apakah kalian suka mendapatkan tugas seperti ini?""Kami sangat menyukai tugas ini, Gusti Senapati," jawab salah seorang prajurit.Kemudian, Sami Aji pun angkat bicara,"Aku belum pernah melakukan perjalanan ke kerajaan Kuta Waluya. Ini adalah pengalaman yang luar biasa, pertama kali dalam hidupku menginjakkan kaki di kerajaan Kuta Waluya." Sami Aji berkata sambil menerawang jauh menembus kegelapan malam."Ini masih wilayah ke
Beberapa saat kemudian ....Senapati Lintang dan yang lainnya mulai merebahkan tubuh mereka. Setelah mereka berbincang panjang hingga tiba di waktu tengah malam. Pada akhirnya, rasa ngantuk pun mulai melanda dan mereka langsung tertidur pulas di atas dedaunan yang menjadi alas mereka di dalam saung itu.Secara diam-diam, para perampok yang sudah lama melakukan pengintaian, perlahan mulai bergerak ketika mereka mengetahui bahwa orang-orang yang ada di saung itu sudah terlelap tidur.Perlahan, mereka mulai melepaskan tali yang mengikat di leher kuda-kuda itu."Jangan gaduh, takut mereka bangun!" bisik seorang pemimpin dari para perampok itu. "Kita berjalan perlahan saja! Jangan sampai mereka terbangun!" sambungnya.Namun, aksi mereka tidak berjalan dengan sempurna. Salah seorang perampok tersebut tiba-tiba saja jatuh dan mengerang kesakitan, karena kakinya menginjak duri.Mendengar suara erangan dari salah seorang perampok, maka sang senapati dan yang lainnya langsung terbangun dari ti