“Kamu yakin ini?” tanya Lily memastikan kembali perkataan Gema.
Gema menganggukkan kepalanya “Mama yang minta kamu datang ke rumah.”“Aku nggak disuruh masak, kan? Kamu tahu aku nggak bisa masak.” Lily seketika ketakutan membayangkan apa yang akan dilakukan mamanya Gema.“Nggak lah, aku udah bilang kalau kamu nggak bisa masak.” Gema menenangkan Lily.Kalimat Gema tidak membuat perasaannya tenang, tetap saja ketakutan menghantuinya. Beberapa kali menarik dan menghembuskan napas panjang untuk menenangkan dirinya, Lily harus tenang bertemu dengan keluarga Gema di rumahnya secara langsung, walaupun sudah pernah bertemu dan berinteraksi dengan mereka.“Memang ada acara di rumah?” tanya Lily lagi seakan ingin memastikan sesuatuGema terdiam beberapa saat “Nggak ada, tapi kalau nggak salah inget Hilman bilang keluarganya mama datang ke rumah.”Lily membelalakkan matanya mendengar kalimat Gema yang tidak terbuka d“Kapan memang rencananya?” “Secepatnya,” jawab mamanya Gema dengan senyum lebar, Fiona.“Fi, makin cepat makin bagus. Lily ini groupnya nggak pernah aneh-aneh, kamu beruntung dapat calon mantu salah satu dari mereka.” Lily dan Gema hanya diam dan saling memandang satu sama lain, sama sekali tidak menyangka jika keluarga Gema dari pihak mamanya malah mendukung hubungan mereka. Lily menjadi tidak enak pada mamanya Gema atas apa yang dikatakan saudara-saudaranya tentang dirinya, semua memang diluar prediksi.“Kalau nggak salah ini salah satu member kamu itu nikah sama anak pengusaha ternama ya?” Lily menatap bingung dan hanya bisa menganggukkan kepalanya “Berarti kalian menikah nanti bakal di hotel mereka?” “Belum tahu, tante.” Lily menjawab hal yang tidak diketahuinya.“Kamu harus cepat-cepat karena pastinya akan banyak yang bakal pakai hotelnya,” sahut tante Gema yang lagi-lagi mereka hanya saling menatap satu sama
“Lagunya yang ini.”Lily menatap lembaran yang diberikan Merry dengan tatapan lelah, semalam tidak bisa tidur memikirkan pembicaraan di rumah Gema bersama keluarganya. Mamanya masih terlihat dengan sangat jelas belum menerima kehadirannya, walaupun depan saudara lain seakan sudah menerimanya. Mengingat itu semua membuat Lily memikirkan banyak hal, termasuk kelanjutan hubungan mereka berdua.“Kamu melamun aja, Ly.” Merry menepuk bahu Lily pelan “Kamu masih marah yang masalah Fatur?”Lily langsung menggelengkan kepalanya “Udah berlalu juga, mbak. Tapi setelah ini jangan pernah terbujuk sama kalimat yang keluar dari bibir Fatur.” “Memang dia ngapain sih? Fransiska sampai marah sama aku.” Lily menatap tidak enak pada Merry “Mbak nggak usah tahu, cuman pesanku jangan bawa masuk Fatur kaya kemarin. Mbak tahu sendiri kalau Kak Fransiska marah itu menakutkan, jadi jangan mengulang kesalahan yang sama.”Merry menganggukkan k
“Gracia mana?” Jadwal tampil Lily bersama dengan Gracia, tawaran yang datang dimana harus duet dengan rekan anggotanya. Bahagia? Tentu, siapa yang tidak senang bertemu dengan temannya ditambah mereka jarang bertemu.“LILY!” suara teriakan Gracia mengalihkan perhatian banyak orang yang ada dalam ruangan.“Nggak nyasar kamu?” goda Lily yang mendapatkan pukulan dari Gracia dan suara tawa mendominasi ruangan “Berdua sama Kak Anas aja?” Lily menatap Anas yang duduk disamping Merry.“Kita jodohin mereka gimana?” Gracia berbisik di telinga Lily, tapi sayangnya dengan suara keras.“Nggak usah aneh-aneh.” Anas menatap tajam Gracia yang hanya tertawa tanpa dosa.“Ly, ada mama dan adiknya Gema.”Lily menatap Merry dengan tatapan tanda tanya, Gracia memberikan kode yang hanya dijawab dengan mengangkat bahu. Gema sama sekali tidak memberitahukan rencana mereka berdua, mencoba mengingat isi chatnya dengan Dian dan seket
“Dian bilang mama diam aja selama perjalanan pulang.”Lily menatap bingung dengan informasi yang Gema berikan setelah kegiatan panas mereka, menarik penyatuan mereka dan berbaring disamping Lily sambil menatap langit kamar. Napas yang tidak teratur terdengar sangat jelas, mereka dua hari melalui malam-malam panas dan menghabiskan waktu bersama, semua itu karena Gema yang jadwal kerjanya di pagi hari.“Terus apa artinya?” tanya Lily setelah sudah berhasil menetralkan napasnya.“Pintu restu terbuka,” jawab Gema dengan senyum lebarnya menatap Lily “Dian bilang kamu mau tampil podcastnya sultan itu, aku boleh ikut?” Lily memicingkan matanya “Penasaran aja rumahnya kaya gimana.”“Aku podcast sama Ben, tahu?” Gema menggelengkan kepala “Mereka maunya sama Fransiska atau Bang Dinan, kamu tahu sendiri kalau mereka berdua itu sulit diajak tampil begituan.”“Memang kenapa?” tanya Gema penasaran yang hanya dijawab dengan mengangkat bahunya.
“Siapa yang datang?” Lily menatap pesan yang barusan dibaca, pesan dari resepsionis dibawah dan menunggu foto yang akan dikirim “Astaga! Kenapa Gema nggak bilang?” Beranjak dari ranjang, masuk kedalam kamar mandi menyiapkan dirinya untuk bertemu dengan tamu yang sedang menunggu dibawah. Lily sudah memberitahukan untuk menunggu di ruangan yang biasa dipakai untuk menunggu, menatap penampilannya dan saat keluar mematikan kondisi ruangan bersih atau tidak. Lily tidak lupa memberitahukan Gema tentang tamu yang datang menemuinya, jadwal kerja Gema yang pagi pastinya bisa datang beberapa jam lagi.Mengirim pesan pada resepsionis agar diberi akses untuk naik ke lantainya, menarik dan menghembuskan napas panjangnya sebelum akhirnya keluar dari unitnya dan pandangan pertama yang menyapa dirinya adalah suami Larissa yang mengangkat alisnya.“Bang Dinan buruan pergi kenapa?” Lily mengatakan dengan tatapan kesal.“Kamu nungguin siapa sampai keluar?”
“Kenapa bisa masuk?” Dian menatap Gema penuh selidik yang sudah berada dalam apartemen Lily.“Kepo banget.” Gema mengacak rambut Dian pelan “Pertanyaanku kenapa pada kesini mendadak? Nggak kasih kabar juga, kalau kasih kabar setidaknya Lily bisa bukain akses buat bisa masuk kesini.” mengalihkan pandangan kearah orang tuanya.“Memang nggak boleh?” tanya Fiona dengan nada kesalnya “Kalian mau melakukan sesuatu?” memicingkan matanya dengan tatapan selidik.“Pa, ada apa memang?” Gema mengalihkan pada papanya, Anton.“Mama kamu mau tahu gimana kondisi tempat tinggal Lily, kehidupan Lily sebenarnya, dia punya pria rahasia nggak.” Anton menjawab santai, cubitan diberikan pada pinggang tapi tidak dihiraukan.“Papa kenapa bilang sih?” Fiona menatap kesal pada suaminya “Mama mau lihat gimana kehidupannya di apartemen.”“Kalau mau kesini itu bilang dulu, siapa tahu Lily nggak ada disini.” Gema memberikan pengertian pada kedua or
“Podcast si sultan itu?” Lily menceritakan pertemuan dengan sang sultan pada Fransiska, mereka baru bisa bertemu lebih dari seminggu setelah tampil di acara bersama Gracia yang juga mengundang mamanya Gema. Lily dan Gracia bisa saja langsung cerita pada lainnya, tapi merasa tidak tepat waktunya karena Fransiska sedang liburan.“Kalian mau datang?” tanya Yena lembut.“Aku nggak karena nggak tahu bahas apaan,” jawab Lily langsung yang diangguki Yena.“Kalian nolak bukan karena aku, kan?” tanya Fransiska penasaran dan memastikan.“Nggaklah, lagian agenda aku masih banyak.” Gracia menjawab langsung pertanyaan Fransiska “Aku sama kaya Lily nggak tahu mau bahas apa, tapi kalau dia undang kita berenam gimana?” Fransiska menggelengkan kepalanya “Nggak mungkin, dia tahu Mas Leo pasti mikir dulu buat ijinin aku. Pembicaraan kita selama podcast harus jelas, selama ini mereka bicara nggak jelas disana asal laku aja.”
“Jadwal kalian kosong? Kalian beda fokus disini?” Lily mengajak Gema ke agency, kedatangan mereka berdua tidak akan menarik banyak orang karena menggunakan penyamaran berupa masker. Gema sudah sangat memahami kerjaan Lily jadi saat diminta menggunakan masker pastinya harus digunakan, mereka belum membuka hubungan depan publik.“Bella lebih suka dance, Larissa mana aja yang penting dia luang, tapi kalau ada Bella pastinya milih kesana. Mereka berdua itu nggak kepisahkan, walaupun sudah menikah.” “Hubungan kalian unik, aku masih suka iri lihat hubungan kalian. Mona juga bilang kalau kalian itu bukan menganggap partner kerja lagi melainkan saudara, awalnya aku nggak percaya tapi lihat sendiri bagaimana sikap kalian baru percaya. Aku bahkan harus menahan rasa cemburu sama cowok-cowok itu yang bisa dekat sama kamu,” ucap Gema sambil menggelengkan kepalanya “Nanti nggak ada yang masuk kesini?”Lily menggelengkan kepalanya “Ini ruangnku, sedang