Share

Bab 5 Ciuman dan Rintihan Hujan

Dring dring ....

"Ya?"

"Dhan, bisakah kita bertemu besok siang? Aku ingin melihat restoranmu, sekalian makan siang."

"Oh, tentu saja."

.

.

.

Hari itu perasaan Ariel mulai membaik dan ia ingin keluar rumah dan melihat suasana kota. Ia tak banyak teman di sana karena apalagi semuanya sudah berkeluarga, Ariel tak enak mengganggu mereka. Dan entah mengapa ia ingin bertemu dengan Dhani dan sekedar mengobrol hal yang ringan.

"Hai," Dhani menghampiri Ariel dan duduk di hadapan wanita yang kini tengah menikmati makan siangnya di sana. "Bagaimana dengan steak-nya?"

"Ini enak," jawab Ariel, "aku suka saos jamurnya, texturenya creamy dan sangat enak."

"Kau tidak ingin bertemu chef-nya?"

"Boleh."

Dhani menepuk dadanya dan itu membuat Ariel tertawa.

"Serius? Aku baru tahu kalau kau bisa memasak," kata Ariel tak menyangka.

"Ya, aku juga belajar memasak saat kuliah di New York, aku bekerja paruh waktu di restoran sana dan akhirnya menjadi chef."

"Bakat terpendam ya, ternyata."

"Ya."

"Um ... seru juga. Kapan-kapan aku mau belajar memasak darimu."

"Tentu saja boleh asalkan suamimu mengijinkannya."

Suami? Tiba-tiba Ariel tampak murung tapi ia mengalihkan suasana hatinya yang buruk dengan melahap masakan Dhani.

Dhani memandang prihatin ke arah Ariel. "Apa ... kau ada masalah dengan suamimu?"

Ariel menaruh sendoknya sambil menghela napas. "Sebenarnya ... aku merasa tidak bahagia dengan pernikahanku," ucap Ariel apa adanya.

Dhani menatap serius Ariel. "Kau bisa menceritakan masalahmu, aku siap mendengarkannya."

Tiba-tiba Ariel menangis sesenggukan dan susah memulai cerita. Sedangkan Dhani mencoba menenangkan Ariel dengan mengusap-ngusap bahu wanita itu.

"Kau bisa mempercayaiku ...."

"Dia mengambil Reyna, Dhan .... aku tidak masalah jika dia memukulku atau menghinaku tapi kenapa dia memisahkanku dengan anakku sendiri."

Dhani terdiam. Diam sebenarnya tak begitu paham dengan maksud Ariel namun ia tahu bahwa Ariel saat ini sedang terguncang karena terpisah dari anaknya.

"Aku tahu rasanya sakit terpisah dari anak sendiri, Riel ...."

Ariel lalu memeluk Dhani dan Dhani mengelus rambut Ariel agar wanita itu lebih tenang. Hampir sejam berlalu dan Ariel hendak pamit dari sana.

"Kau bawa mobil?"

Ariel menggeleng. Mobil pemberian Richard telah ditarik oleh pemiliknya.

"Kalau.begitu biar aku antar."

Ariel mengangguk sembari tersenyum lemvut sebagai jawaban pada Dhani lalu mereka keluar dari restoran.

Mereka pun bergegas menuju ke parkiran dan menaiki mobil Dhani. Sepanjang jalan mereka hanya terdiam tanpa ada lagu yang biasa Dhani putar, Ariel sendiri hanya termangu sambil menatap ke arah jendela. Tiba-tiba hujan turun begitu deras namun Dhani terus melajukan mobilnya.

Yang terdengar hanyalah suara rintihan air hujan yang menghantam bumi seolah membuat semakin pilu hati wanita cantik yang duduk di samping Dhani.

"Stop Dhan!" ujar Ariel tiba-tiba.

"Loh, inikah belum sampai rumahmu. Lagipula, hujan belum reda."

"Berhenti di sini saja ...."

Dhani pun mengiyakan permintaan Ariel dan segera menepikan mobilnya.

Beberapa saat Ariel diam menunduk. Entah apa yang dipikirkan wanita itu lalu ia menoleh ke arah Dhani.

"Dhani ... apa saat malam itu kau masih berstatus suami orang?" tanyanya.

Dhani menoleh ke arah Ariel, tak menyangka pertanyaan itu keluar dari mulutnya lagi. "Kau ingin tahu?"

"Sejujurnya ... ya ...."

Dhani tersenyum pada Ariel. "Tidak, aku sudah bercerai saat itu," jawabnya, "lebih tepatnya baru bercerai."

"Kau tidak bohong?"

"Aku bohong pun tak asa untungnya untukmu."

Ariel tersenyum. "Ya, kau benar."

Mereka terdiam lagi lalu Ariel menoleh ke arah Dhani yang ternyata tengah menatapnya. Entah bak terhipnotis, Ariel tiba-tiba memajukan tubuhnya ke arah Dhani, menangkup pipi pria itu dan menariknya sehingga bibir mereka saling bertemu.

Sementara Dhani tercengang akan sikap Ariel yang begitu tiba-tiba. Sejenak tubuhnya hanya bisa bergeming di sana, membiarkan bibir sintal wanita itu terus menggoda bibirnya seakan memaksanya saling bergumul.

Semakin lama ciuman itu semakin liar dan membuat Dhani sedikit membuka mulutnya, membiarkan bibir wanita itu terus menjelajahi bibirnya di sana.

"Umhh ...." Ariel melepaskan ciumannya sambil mendesah. Mereka saling berpandangan satu sama lain dengan napas terengah-engah. Lipstik yang tadinya rapi di bibir Ariel kini berantakan di sekitar bibirnya.

Kali ini mereka saling berinisiatif. Dhani menarik tubuh Ariel hingga wanita itu berada di pangkuannya. Ariel melingkarkan lengannya ke leher Dhani dan kembali kedua bibir itu saling bergumul dengan liar.

Kini bukan hanya bibir mereka yang saling memagut namun tangan nakal Dhani turut neraba bagian sensitif pada tubuh Ariel. Mengabsen area terlarang baginya dan membakar birahi wanita itu.

Yang terdengar hanyalah suara isapan dan kecupan-kecupan mesra seolah-olah mereka saling menyesap bibir dan liur satu sama lain. Saling beradu dengan suara rintihan hujan yang semakin membuat larut dalam keintiman. Hingga mereka melupakan segala status di antara mereka.

.

.

.

Sejak kejadian kemarin, Dhani terus memikirkan Ariel dan bagaimana ciuman panas yang mereka lakukan hingga hujan reda. Dhani tahu itu adalah kesahalan besar karena bagaimanapun Ariel masih status istri seorang pria lain.

"Bodoh!" Dhani mengumpat pada dirinya sendiri.

Ia lalu meraih handphone-nya dan mencoba menghubungi Ariel namun wanita itu tak menjawab panggilan telepon Dhani. Segera Dhani mengirim pesan chat.

"Maaf atas kejadian kemarin, kuharap di antara kita tidak ada apa-apa."

Dhani duduk sebentar, berharap chat-nya segera dibalas oleh Ariel. Namun, wanita itu tak kunjung membalas chatnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status